Kini, Rei datang ke rumah sakit untuk menjenguk korban bunuh diri keluarga, lebih tepatnya menjenguk anak laki-laki itu bersama Kaley, Faisal, dan Degra.
Tap tap tap
"Detektif Rei!" Panggil Han sambil berlari ke arah para rekannya
"Hey bro, wah sudah lama tidak bertemu karena kau selalu menjaga korban disini" ucap Faisal sambil merangkul Han
Han melepas rangkulannya
"Diamlah" ucap Han dengan datar
"Okey okey sorry" ucap Faisal sambil menyengir dan menaiki kedua tangannya
Han memutar bola matanya malas
"Baiklah, Detektif Han bagaimana keadaan korban?" Tanya Rei
"Korban sudah keluar dari masa kritisnya, korban juga sudah sadar, kau bisa melihatnya" ucap Han sambil berjalan menunjukkan ruangan
Mereka berjalan mengikuti Han. Setelah sampai di depan ruangan, terlihat sekitar 5 polisi yang menjaga di luar ruangan tersebut.
"Kalian tunggulah disini, biar aku yang masuk" ucap Rei sambil terus berjalan
Ketika Rei hendak masuk, 2 polisi yang menjaga di depan pintu melarangnya masuk.
Rei mengambil kartu identitasnya yang ada di dalam kantong jasnya. Polisi itu mengangguk
"Maaf, kami tidak mengenalmu detektif" ucap salah satu polisi yang melarang Rei tadi
"Tidak apa-apa. Sekarang boleh aku masuk?" Tanya Rei dengan senyum ramahnya
"Oh tentu saja detektif" ucap polisi itu dan membuka kan pintu ruangannya untuk Rei
Rei masuk ke dalam. Terlihat anak laki-laki yang sedang melamun di kasur pesakitnya.
Rei mendekati anak itu dan duduk di kursi samping anak itu
"Halo, aku Rei" ucap Rei sambil menjulurkan tangannya jangan lupa dengan senyum manisnya
Anak itu melihat Rei dengan lekat, lalu beberapa saat kemudian dia mengeluarkan suaranya
"Apa kau mau membantuku?" Tanya anak itu
"Tentu saja, kami akan membantumu" jawab Rei yang masih menunggu uluran tangannya
Anak itu melihat tangan Rei, dia menerima uluran tangan Rei
"Yesga" ucap anak itu dengan datar
Rei tersenyum.
"Baiklah, aku ingin bertanya padamu boleh?" Tanya Rei
Yesga hanya diam tak berkutik
Di dalam kantong jasnya, Rei menekan atas pulpen yang biasanya akan mengeluarkan tinta tapi pulpen ini berbeda, ini adalah pulpen perekam. Kalian tau bukan?
"Yesga, bisa ceritakan apa yang terjadi saat itu?" Tanya Rei yang belum melunturkan senyum manisnya
Yesga masih diam, tatapannya kosong.
"Sepertinya kau belum siap--" ucap Rei yang kalimatnya terpotong oleh Yesga
"Yesga akan menceritakan nya" ucap Yesga
"Yesga pulang sekolah, rumah gelap, sepi. Yesga masuk kamar mamah, mamah mati" ucap Yesga datar
Rei mengerutkan alisnya, ini semakin aneh. Laporan dari Han berbeda dengan ucapan anak ini.
"Yesga masuk ke kamar mamah, Yesga liat papah di pojok kamar, papah takut. Yesga datengin papah tapi papah larang Yesga, papah suruh Yesga kabur" ucap Yesga mulai ketakutan
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood [END]
Action"Tolong aku" "Mereka membunuh semua orang" "Blood mereka datang kembali" "Lindungi kami, kami mohon" "TIDAK" "HEI, JANGAN TIDUR DULU" "JANGAN TIDUR KUMOHON" DUARR Bom itu kehabisan waktu, gedung hancur tak ada sisa, siapa yang selamat melarikan diri...