Warehouse

576 67 1
                                        

Han diam di belakang rumahnya sambil meneguk sebuah coffee. Langit sudah mulai gelap, bertanda malam akan segera tiba.

"Huh, aku harus masuk" gumamnya

Dia membuka pintu dan masuk ke dalam, terlihat wanita paruh baya yang tengah menyiapkan makan malam.

"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Han

"Tidak perlu, ibu bisa melakukannya" Jawab wanita itu dengan senyum hangatnya

Han mengangguk, menyimpan gelas coffeenya di wastafel dan keluar dari dapur menuju ruang tengah.

Kini Han sedang duduk di ruang tengah sambil berkutat dengan ponselnya.

"Faisal belum mengabari apapun setelah dia bertemu dengan Bellies tadi siang" Pikirnya

Han mulai bosan dengan ponselnya, dia melihat sekeliling rumahnya. Sepi itu yang digambarkan nya setelah ayahnya meninggal.

Han memasukkan ponselnya ke dalam saku, dan berjalan mengelilingi rumah.

"Apa yang kau lakukan sayang?" Tanya wanita paruh baya itu

"Aku bosan" Jawab Han

Wanita paruh baya itu mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya lalu memberikannya pada Han.

"Ini kunci apa bu?" Tanya Han

"Bisakah kau mencari ruangannya?" Ucap wanita paruh baya itu

"Untuk apa?" Tanya Han lagi

"Aku mohon cari saja" Jawab wanita paruh baya dan mengelus rambut Han lembut

Wanita paruh baya itu pergi ke arah dapur untuk melanjutkan pekerjaannya sedangkan Han masih diam di tempatnya.

"Haruskah aku mengikuti permintaannya?" Gumamnya

"Aku harus mencarinya, mungkin ada sesuatu yang ingin ibu tunjukkan" Gumamnya lagi lalu pergi menuju beberapa ruangan

Han sedikit bingung, rumahnya lumayan besar dan dia sudah memasuki semua ruangan yang ada didalam rumahnya sejak kecil, itu hanya ruangan biasa.

Apa ada ruangan yang tersembunyi? Atau ruangan yang letaknya cukup strategis?

Han keluar dari rumah menuju halaman depan dan mulai berkeliling. Langitnya sudah mulai gelap, lampu-lampu dijalan juga sudah menyala.

"Dingin..." Gumamnya lalu memasukkan tangannya ke dalam saku

"Aku masuk saja" Gumamnya lagi namun saat dia berjalan untuk masuk, mata dan kakinya terhenti

Han melihat ke arah pojok halaman dengan dadaunan yang sangat lebat.

Han sudah lama tinggal disini, namun jarang sekali berjalan-jalan atau sekedar mengelilingi halaman depan rumahnya tapi dia sadar ibunya sangatlah protektif pada tanaman, saat ada rumput panjang di halaman rumahnya dia pasti langsung membersihkannya lalu...

Han mendekati sebuah pintu yang sedikit ditutupi oleh rumput-rumput. Wajar jika dia tidak melihatnya kemarin-kemarin, rumput nya sangat banyak dan tinggi bahkan Han kesulitan saat melewatinya.

"Kenapa ibu membiarkan rumput sebanyak ini di depan halaman rumah?" Gumamnya lalu melihat ke arah pintu besi yang tergembok

Han membuka gemboknya dengan kunci yang diberikan ibunya dan...

"Oh masuk" Gumamnya senang

Han membuka pintu besi itu dan masuk ke dalam ruangan. Gelap dan berdebu.

"Apa tak ada lampu disini?" Gumamnya sambil berkeliling mencari kontak lampu

"Oh ini dia" Gumamnya lagi.. namun sayang sepertinya lampunya sudah tidak berfungsi

Han menarik nafasnya, dia mengambil ponselnya dan menyalakan senter.

Han sesekali terbatuk, debu di dalam ruangan sangat tebal.

Han mengelilingi ruangan tersebut, terdapat barang-barang lama disana.

"Aku menemukannya" Gumam Han lalu mengambil sebuah mainan kecil yang tergeletak di lantai.

Itu mainan pemberian Rei sebagai hadiah ulang tahun saat mereka umur 7 tahun. Yap, Rei adalah teman masa kecilnya sebelum Rei menemukan Kaley.

Han memasukkan mainan lamanya ke dalam saku, saat dia berdiri matanya tertuju pada sebuah peti harta Karun.

Han mendekati peti itu, berdebu. Dia membuka peti itu, barang-barang yang terlihat asing dimatanya.

Han membuka sebuah lembaran-lembaran kertas lebih tepatnya dokumen-dokumen perusahaan.

"Apa ini sudah tidak berlaku? Kenapa ibu tidak membuangnya saja? Ini akan menjadi sampah jika tetap di simpan" Gumamnya

Dia menyimpan kembali dokumen itu dan mengambil sebuah foto.

"Ayah, ibu, orang tua Rei, oh apa ini? Kenapa ada orang tua Degran disini? Apa mereka saling mengenal?" Ucap Han terkejut

"Ini... Siapa?" Gumamnya

Terlihat seorang lelaki gagah dengan toxedo hitamnya tersenyum riang melihat kamera. Ini sangat asing di mata Han, dia belum pernah bertemu dengan lelaki itu.

Han membalikkan fotonya, ada tulisan 08.07.82

"Ini tanggal saat dipotret nya foto ini bukan? Sebelum aku lahir" Gumam Han bingung

Han mulai mencari-cari barang yang mungkin bisa dijadikan petunjuk, bisa di bilang Han mulai tertarik dengan semua ini.

Han mengambil sebuah buku berwarna hitam.

"Diary? Ini tulisan ayah dan..... Untukku?" Lagi-lagi Han bergumam bingung

Han membuka setiap lembaran bukunya, terkejut itu yang bisa digambarkan dari wajahnya.

"Bodoh" Ucapnya pelan

Setelah beberapa waktu Han mulai berdiri sempoyongan keluar ruangan, tak lupa dia mengunci kembali pintu itu.

Han masuk ke dalam rumah dengan buku yang setia digenggamannya.

"Han" Ucap wanita paruh baya itu pelan

"Aku ke kamar" Ucap Han datar lalu menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya.

Han mengunci pintu kamarnya dan merebahkan dirinya diatas kasur.

Berkutat dengan pikirannya, kenapa ini terjadi? Apa yang harus aku lakukan?

Han mengacak-acak rambutnya gusar. Dia berdiri lalu menyimpan mainan lamanya di atas meja dan memasukkan foto ke dalam buku diary yang dia temukan lalu menyimpannya di sebuah laci tak lupa juga untuk menguncinya.

Tringggg

Bunyi ponsel Han membuyarkan lamunannya.

"Halo" Ucapnya pelan

"Han!!!" Itu suara Rei dari seberang sana

"Ada apa Rei?" Ucap Han bingung

"Faisal" Jawab Rei gelisah

"Kenapa? Ada apa?!!!" Teriak Han

"Tak ada kabar..." Ucap Rei pelan

Deg...

Next>>>

Blood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang