1.2

257 71 13
                                    

Seusai makan, Danu masih berbincang asik dengan Sam dan Jill. Sedangkan Joy sedang sibuk dengan teror dari kekasihnya tersebut. Joy sangat panik saat Malik melihatnya dan Danu sedang berboncengan keluar Kutek. Sejujurnya Joy ingin memberitahu Malik, namun 3 hari belakangan ini kekasihnya itu sangat amat sibuk dengan Tugas Praktikumnya.

Karena itu pula Joy merasa tidak perlu memberitahu Malik perihal pulang bersama danu, namun kejadian seperti ini diluar ekspetasi Joy. Cemas. Itulah yang saat ini Joy rasakan, berulang kali ia menghela nafas karena kekasihnya itu yang tidak menerima pendapat dan alasan Joy.

Melihat Joy yang gelisah dengan handphonenya sendirian dididepannya membuat Sam gerah sendiri. "kenapasih Joy?"

Namun bukan jawaban yang Sam dapatkan, melainkan tatapan tajam dari adiknya itu. "Diem deh" Katanya yang kemudian berlalu menuju kamarnya sambil mencoba menelpon seseorang.

"Dihh, stress! Ditanya baik-baik juga." Teriak Sam.

"Abang..!! Adeknya diapainsih?!" Mami Joy berteriak dari lantai atas.

"Apaansih mih? Sam diem doang disini lagi ngobrol sama Danu." Bela Sam.

Mami nya pun akhirnya turun dan menghampiri Sam, "akhir-akhir ini dia jadi sering banget gitu tuh, kalang kabut sendiri, semua orang dimarahin. Pintu ga salah apa apa juga jadi korban tuh."

"Lagi ada deadline tugas kali, mih" Jawab Danu.

Sam mengernyit, "Mana ada, tu anak gapernah yang namanya nge deadline. Gabisa banget dia."

"Waktu itu aku juga pernah denger kak Joy berantem sama orang ditelpon, abistu nangis." Jill pun sebenarnya juga ikut bingung dengan kelakuan kakaknya akhir-akhir ini.

"Kaya punya pacar aja tuh orang, samperin gih nu. Tanyain dia kenapa, kalo kita yang nanya pasti dia ngegas."

Mami Joy ikut mengangguk setuju pada usulan Sam.

"hm?" Sedikit ada keraguan, pasalnya Danu juga takut kena semprot singa yang lagi marah seperti itu. Danu melihat kearah Sam, Jill dan Mami nya yang ikut menatap Danu dengan harap.

"Udah samperin aja, nu. Siapa tau kalo kamu yang nyamperin bisa lembek lagi." tiba-tiba saja Papi Joy muncul dari ruang kerjanya sambil membawa gelas ditangannya, "gih sana.."

Danu pun akhirnya mengangguk dan melangkahkan kaki nya menaiki tangga untuk ke kamar Joy. Namun baru saja di depan pintu keraguan Danu kembali muncul, Joy sedang berbicara dengan seseorang di telponnya dengan suaranya yang gemetar.

Setelah beberapa menit tidak mendengar suara Joy lagi, Danu pun akhirnya mengetuk pintu Joy perlahan.

diketukan kedua, Joy sudah membuka pintu nya dengan sedikit mengintip. Danu bisa melihat mata Joy yang sembab, apa Joy bertengkar lagi dengan pacarnya? itu lah satu hal yang terpikirkan oleh Danu.

"Kalo kamu mau diem doang disana aku tutup. tapi kalo kamu mau pamit yaudah gapapa pulang aja, makasih udah nganterin aku pulang." Sebelum Joy menutup kembali pintunya tangan Danu menahannya.

Raut muka Danu tidak dapat dibaca, mukanya menjadi datar dan dingin setelah melihat keadaan Joy. "aku mau masuk, boleh?"

"ngapain?"

"mau ambil jaket."

"bentar" Joy kemudian meninggalkan pintu kamarnya, dan itu membuat Danu mendapatkan kesempatan untuk masuk. "kan aku bilang bentar." Kata Joy saat melihat Danu yang sudah masuk ke kamarnya sambil melihat-lihat meja belajar Joy.

"pencinta apple banget ya?" Tanyanya saat melihat setumpukan kardus-kardus dari berbagai produk apple.

Joy menghampiri Danu dengan Jaket ditangannya, "nih nu." ia memberikan jaket itu kepada Danu.

Namun bukannya mengambil jaketnya, Danu terfokus pada Mata Joy yang ternyata terlihat sangat sembab dan bahkan terdapat sisa-sisa air mata disana. "you okay?" Tanya Danu memegang sebelah bahu Joy sambil memandang wajah sembab gadis itu dalam-dalam.

Joy menundukan kepala nya. ia malu Danu mengetahui jika ia habis menangis. "i'm okay" suaranya bergetar.

"i know, you're not." detik berikutnya Danu merengkuh tubuh gadis itu dalam dekapannya. "Nangis aja kalo kamu mau nangis, aku gabakalan ledekin"

Mendapatkan izin, Joy langusng mengeluarkan semua tangisan yang ia tahan sejak Danu mengetuk pintu nya seraya memeluk balik Danu.

"kamu boleh keluarin semuanya ke aku, gapapa lampiasin aja yang penting kamu lega Joy." Danu mengatakannya dengan sangat lembut.

Joy tidak menjawab sama sekali, ia sibuk dengan tangisannya yang tanpa ia sadari membasahi bagian depan kaus Danu. Setelah sedikit reda, Danu mendudukan Joy dipinggir ranjang dan menilik sebenarnya apa yang sedang terjadi pada perempuan cantik didepannya ini.

Joy melihat kearah Danu, dan kemudian kembali menunduk. "Aku berantem sama Malik. Dia ngeliat kita." Seperti tahu apa yang Danu pikirkan, perempuan itu kini menjelaskan.

"Aku bener-bener lupa ngabarin dia, dia sendiri bahkan ga ngabarin aku dari kemarin."

"kamu udah jelasin ke dia?"

"aku udah bilang ke dia, kalo aku gamau ikut nongkrong dan kamu nawarin pulang bareng. Tapi dia tuh keras kepala banget, bilang aku emang sengaja gamau hubungin dia lah, diem-diem jalan sama kamu lah. Dia malah jadi nuduh yang engga-engga ke aku. Capek nu. Aku selalu ngertiin dia kalo dia tiba-tiba ngilang, aku selalu ngertiin dia yang kemana-mana sama sahabatnya. Tapi kenapasih dia susah banget buat ngertiin aku?"

Entah perasaan apa yang merasuki Danu, tetapi kini ia sudah mengepalkan tangannya menahan kesal karena mendengar perlakuan kekasih Joy padanya. "that's not fair." Ucapnya dengan suara rendah, yang bisa membuat siapa saja mendengarnya merinding.

Joy menatap Danu yang sedang memandang kearah lain dengan wajah dinginnya. Saat mata keduanya bertemu, pandangan Danu langsung menghangat dan dihiasi senyum tipis.Tangannya mengelus pundak Joy, agar gadis tersebut merasa nyaman. "mau aku yang bilang sama dia? Nanti aku jelasin semuanya, biar dia ga marah lagi sama kamu."

Joy hanya terdiam.

"gaada yang tau tentang persoalan kalian ya?" Danu kembali bertanya karena Joy masih juga diam.

"hmm?"

"kenapa kamu gapernah cerita ke keluarga kamu? atau sahabat kamu?"

"aku belom bisa aja cerita ke keluarga aku. Bahkan aku aja belum ngenalin Malik ke mereka, kalo mereka tahu aku begini karena Malik bisa bisa mereka ga setuju."

"Tapi kalo cuma kamu pendem sendirian, yang ada kamu stress, Joy. Seenggaknya kamu cerita sama sahabat kamu."

"gatau nu, aku cuma ngerasa.. gabisa? aku pengen bisa cerita, tapi aku terlalu malu buat ceritain masalah hubungan aku ke mereka. Apalagi sahabat aku ini yang ngedukung aku buat nerima Malik.. aku cuma males aja nu, denger sesuatu yang ga pengen aku denger dari mereka.."

Danu mengangguk mengerti sebelum menghela nafasnya pelan, "It's okay.. From now, you can tell me about anything." Ucapnya seraya mengelus lembut punggung Joy.

"Thank you so much nu.."

"hmm.."

Joy pun menundukan kepalanya dan mulai kembali tersenyum, "lega banget udah bisa cerita, selama ini aku selalu pendem semuanya sendiri."

"You can trust me" Ucap Danu meyakini sambil masih mengusap punggung Joy. 

"walaupun kita baru banget kenal, tapi aku ngerasa kamu udah kaya sahabat aku banget nu." Balas Joy yang sudah mulai menatap kearah Danu, didepannya. "Semoga kita bisa kaya gini terus ya nu."

Mendengar hal itu keluar dari mulut Joy, Danu hanya dapat tersenyum kecut.

.
Tbc..

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang