0.8

273 78 11
                                    

Joy terperangah sejenak saat Danu memegang tangannya dan menawarkan tumpangan itu.

"Joy??" Suara berat itu memenuhi telinga Joy lagi.

Drrt Drrt..

"hmm.. sebentar nu."

Danu pun langsung melepaskan tangannya pada Joy yang membuat gadis itu langsung membuka notifikasi ponselnya. "Ada apa Joy?"

"Kelas aku kayanya dibatalin deh nu" Jawab Joy yang masih fokus pada ponselnya.

"beneran? Kelas selanjutnya jam berapa?"

"ngga, aku cuma satu kelas doang kok hari ini, kalo sekarang dibatalin berarti aku gaada kelas." Kata Joy memasukkan ponselnya kembali. "Aku disini aja nemenin kamu."

"hah? Gausah gapapa kok, kamu udah dari pagi disini. Aku gaenak sama kamu."

"Apaansih nu, pake gaenakan segala. Lagian aku juga dirumah sendiri, Mami sama Abang pasti udah berangkat Jam segini."

"Mami kamu kerja? Aku kira ibu rumah tangga, soalnya masih bisa sempet bikinin makanan ampe bawain bekel segala."

"Iya, Mami tuh punya butik gitu. Makanya kerja nya bisa terserah dia mau jalan atau pulang jam berapa, lagian Mami emang tipikal yang gabisa diem gitu nu. Dia gabakal bisa ninggalin rumah gaada makanan kalo tau anaknya bakal pulang sebelum dia."

Keduanya pun akhirnya tengah berbincang di ruang tengah milik Danu. Mulai dari menceritakan mengenai Bang Sam yang menyambi magang untuk belajar mengelola perusahaan milik Papi Joy sampai menceritakan tentang Orang tua Danu yang selalu bepergian keluar kota bahkan keluar negeri untuk bekerja. Hal tersebut membuat Joy merasa beruntung karena tetap bisa merasakan kehangatan dan perhatian dari keluarganya. Hal itu membuat Joy ingin agar Danu dapat merasakan kehangatan seperti apa yang ia rasakan.

Bunda Danu bekerja sebagai seorang Account Executive suatu perusahaan yang selalu memasarkan produk dan mencari klien keluar kota, sedangkan ayah Danu bekerja di Pertambangan yang sangat jarang sekali pulang. Bahkan sejak Danu kecil, ia sangat jarang bertemu dengan orang tua nya. Danu kecil sudah terbiasa dengan ketidakhadiran orang tua di rumahnya, hanya Mbak pengasuhnya yang selalu menemani Danu setiap hari.

Walaupun Danu tidak mendapatkan perhatian yang begitu besar dari Orang tua nya, hal itu tidak menjadikan Danu menjadi seseorang yang tidak peduli pada sekitarnya. Pada kenyataannya, Danu sangatlah peduli terutama pada adiknya. Ia tidak ingin adiknya merasakan kesepian seperti apa yang dia rasakan saat kecil. Oleh karena itu, Danu selalu menyempatkan untuk pulang setiap minggu agar bisa menemani adiknya dan quality time bersama.

"Nu, kamu sama Dani kalo apa-apa tuh main aja kali kerumah. Lagian juga Jill suka kesepian dirumah gara-gara gaada temen. Jadi kadang dia suka banget bawa temen-temennya kerumah."

"Jill?"

"Jillian, adek aku. Kamu belom pernah ketemu ya? Nanti deh kapan-kapan aku kenalin dia ke kamu sama Dani."

Danu mengangguk dan tersenyum tipis. "nanti aku bilang deh sama Dani, dia orangnya suka malu-malu gitu tapi." Katanya sambil tersenyum, namun senyum tiba-tiba hilang saat ia mengingat sesuatu. "Ohiya, kemarin pas aku lagi ngambil materi di Fasilkom, aku kaya ngeliat kamu lagi berantem gitu di gerbang belakang FISIP."

"Hah?" Joy mengingat-ingat kejadian kemarin diotaknya. "ohh kamu liat? kemarin tuh.. ada deh salah paham gitulah." Jawab Joy setengah-setengah karena sejujurnya ia malu ketahuan berantem oleh tetangganya sendiri.

"emang dia siapa?"

"he is my boyfriend." Jawab Joy dengan senyum canggung.

Jujur saja Danu merasa sedikit kecewa, entah kenapa. Benar apa yang dikatakan Juna semalam, bahwa ia tidak menjadi mengantarkan Joy pulang sesuai amanah Danu, karena Joy sudah dijemput oleh laki-laki yang merupakan kekasih Joy tersebut. "ohh, tapi kamu gapapa kan?" Tanyanya menyembunyikan perasaan kecewa nya dengan senyuman tipis.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang