1.3

238 68 27
                                    

siang itu, Joy dan keluarga nya sibuk menata ruangan di Apartemen baru Joy. Apartemen ini tidak terlalu besar, hanya ada 1 kamar. Namun terdapat ruang TV serta Dapur dan kamar mandi.

Dengan langkah gontai, Joy duduk di sofa ruang TV yang sudah di duduki oleh Jill yang asik bermain dengan handphone nya.

"Kak, tau ga? Ternyata Dani adiknya kak Danu tuh aku kenal tau." Sahutnya tiba-tiba dengan mata yang masih sibuk dengan benda dihadapannya itu.

"Kenal dimana?"

"Dia tuh pernah main basket sama aku waktu itu, rumahnya di blok depan kan?"

Joy mengangguk, "bagus dong, ajak main aja Jill kapan-kapan."

"Iya, kapan-kapan Jill ajak main. Bakal tambah sepi deh rumah gaada kakak, gaada yang bisa aku cengin grgr cupu main game lagi."

"yeu!" Joy menoyor kepala adiknya itu.

"kak" Panggil Jill yang sudah memfokuskan tatapannya pada Joy. "Jangan suka nangis sendiri lagi, kan ga lucu tetangga kakak ketakutan denger cewe nangis malem-malem. Kalo kakak sedih telpon kak Danu aja, biar kakak tenang kaya semalem."

Joy terperangah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh adiknya. "Kamu denger?"

"hm?"

"Kamu sering denger kakak nangis?" Tanya Joy kembali.

"gimana ga kedengaran, orang kamar kita aja sebelahan. Mana kakak suka nangis di balkon, tambah kedengeran dari balkon kamar aku. Aku gatau apa yang kakak tangisin, dan aku juga gaberani nyamperin kakak. Tapi sebisa mungkin disini kakak jangan terlalu sering nangis yaa.. Buang aja semuanya yang bikin kakak nangis, jauhin.."

"Aaaaaa jilliannn, sayang banget." Joy kemudian memeluk erat tubuh Jillan. "btw, kenapa takut?"

"abang aja kakak marahin, gimana aku? Abang aja takut tau kakak kaya gitu, gimana aku."

"dasarr!" Dijitaknya kepala sang adik sebelum ia kemudian bangkit berdiri dan memeriksa kembali kamar yang sudah rapi.

.

Terhitung sudah 3 hari Joy berada di tinggal Apartemen, dan selama itu pula hubungannya dan Malik belum membaik. Joy selalu menelpon Malik dan mengirimi nya pesan, tapi hal itu tidak pernah digubris oleh malik, hanya balasan singkat yang Joy dapat.

"Joy, kantek yuuu.. Dah lama nih ga kesana." Rengek Sindy tiba-tiba saat kedua nya sudah menyelesaikan kelas terakhir mereka.

"dih, ngapain?? Males ah jauh"

"jalan bentar lewat teksas, plis temenin.."

"Mau ketemuan sama siapa lagi?" Joy sudah mengetahui akal bulus sindy yang suka merengek ditemani ke suatu tempat, pasti akhir-akhirnya Joy menjadi kambing conge yang melihat temannya itu sedang pendekatan dengan kenalan-kenalannya.

"ada anak arsitektur, cakep deh Joy mau liat ga?" Sindy mengeluarkan handphonenya yang langsung ditepis pelan oleh Joy.

"dahlah, ga tertarik. Tapi abis itu pulang yaa.."

"Iyaa, janji."

Karena kesepakatan tersebut, disinilah Joy sekarang. Kantin Teknik yang dipenuhi oleh 75% laki-laki. Terlihat banyak sekali mahasiwa yang bukan hanya makan disini, tetapi juga orang-orang yang sibuk rapat nonformal, sampai dengan bergerombol dengan geng nya.

Baru beberapa langkah Joy menapaki kakinya sambil matanya mengitari seisi kantin, tiba-tiba mata Joy menangkap sosok yang sudah hampir seminggu tidak ia temui, Malik. Pria itu sedang asik bercanda dan tertawa dengan teman-temannya sambil menghisap rokok ditangannya. Joy ingin sekali memanggil laki-laki itu dan memeluknya, betapa rindunya Joy kepada sosok laki-laki itu. Namun seperti biasa, yang Joy lakukan adalah ia selalu berpura-pura tidak melihat Malik setiap kali melihat laki-laki itu berada di Kantin Fakultas nya sendiri.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang