2. PENYESALAN

13 3 0
                                    

[Vote before reading this chapter]

Raeon , geng sekolah yang beranggotakan 150an anggota. Sudah ada di SMA Wijaya jauh sebelum generasi sekarang seperti David cs lahir di dunia. Geng yang berbasis di SMA Wijaya ini berbeda dengan geng sekolah lain yang sering membuat rusuh. Bisa dibilang anggota geng ini sangat suka melerai tawuran antar geng sekolah yang lain.

Bahkan, dalam peraturannya jika ada anggota Raeon yang terlibat dalam tawuran orang itu akan langsung didepak keluar dari geng dan sekaligus mendapat sanksi yang berat dari sekolah.

Markas mereka terdapat di pojok sekolah. Ruangan seluas 35m2 yang dahulunya merupakan gudang sekolah dimanfaatkan oleh murid-murid ini untuk dijadikan markas mereka.

Meski memang anggota Raeon hampir 100% adalah siswa yang tidak taat aturan, tapi juga ada diantara mereka yang memiliki nilai plus dalam bidang akademik maupun non akademik, hanya saja mereka semua tidak taat aturan.

Contoh saja kepala suku mereka, David Angga Danendra yang juga merupakan kapten utama tim basket JW yang baru dilantik minggu lalu itu. Cowok yang mendapat julukan 'kutub' itu tidak pernah terlihat memasukkan seragam seperti seharusnya. Selalu saja dikeluarkan dan tidak pernah mengancinkan satu kancing baju teratasnya.

Perlu diingat, cowok ini memiliki badan layaknya atlet profesional. Berotot dan sangat proporsional. Kadang saat ia menggulung lengan bajunya, otot bisep cowok iu begitu nampak dan sukses membuat para penggemarnya berteriak dalam hati bahkan mengumpat saking tampannya cowok ini.

Ngomong-ngomong soal David, cowok itu kini tengah membolos pelajaran dan sedang bermain basket di lapangan sekolah bersama antek-anteknya. Sebentar lagi sudah jam istirahat kedua, lapangan pun sudah bertambah panas. Namun cowok itu masih tetap saja bermain, sendirian. Berulang kali memasukkan bola ke dalam ring tanpa bosan.

"Sampe kapan tu bocah berjemur?" Gerutu Pravis Evano Ephraim a.k.a Pravis si ATM berjalannya Raeon sambil memainkan rumput lapangan dengan tangannya. Hampir semua teman David ini sudah bosan menunggu sang kepala suku yang kelewat gabut di pagi menuju siang ini.

"Gak tau lah. Tapi mending disini sih daripada di kelas, males gue ada kimia hari ini."

"Curhat lo Lang?"

"Gak, lagi ngigo." Ucap Gilang tak kalah sinis dengan Ferdy.

Triing...

Bahkan saat bel sudah berbunyipun David masih asyik dengan kegiatannya yang masih sama sama saja seperti puluhan menit lalu.

Merasa lapar, kini antek-antek David sedang meneriaki cowok itu dan mengajaknya pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka dengan makanan. "Woi, Palsuk! Ke kantin kuy, Pravis katanya mau ntraktir." Teriak Gilang dari pinggir lapangan. Pravis yang tidak berkata demikian kemudian menonyor Gilang dengan cukup keras.

"Sejak kapan gue ngomong mau ntraktir?"

"Heh, jadi holkay tuh harus baik hati. Apalagi sama anak yatim kek gue!" Sungguh gelap jokes Gilang siang ini. Nyatanya Pravis terdiam mendengarnya. "Taulah, gue laper. Palsuk yang baik hati, udahan ye."

Setelahnya dapat dilihat David yang membuang bolanya ke sembarang arah kemudian berjalan menghampiri antek-anteknya yang sudah rewel karena cacing di perut mereka yang meminta di beri asupan saat ini.

Belum ada 10 langkah, suara cewek yang ia kenal memanggilnya dengan tidak santai. "Woi David, kalo buang bola tuh yang bener anjir." David menengok ke sumber suara dan terlihat Nita bersama cewek yang menabraknya kemarin pagi yang sedang memegangi kepalanya.

"Bodo amat." Ucapnya, ia tahu kalau bola yang ia buang itu terkena kepala seorang Stefy Winata. Kemudian cowok ini pergi begitu saja tanpa berminat meminta maaf sama sekali.

[SDS#2]Other Side of DavidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang