15. ORANG SABAR DISAYANG MANTAN

12 1 0
                                    

[Vote before reading this chapter]

Memekik kesakitan setelah sebuah bola basket mengenai kepalanya, entah disengaja ataupun tidak. Pagi-pagi Stefy sudah dibuat kesal oleh seorang David Angga Danendra. Bukanya meminta maaf, David bahkan membiarkan Stefy yang jatuh tersungkur akibat ulahnya.

Stefy yang enggan mati dengan posisi tersebut karena terlalu berharap David membantunya berdiri, akhirnya dengan sisa kesakitanya ia pun mencoba bangkit. Sial! Kakinya terkilir akibat jatuh tadi. Kepalanya juga masih pusing terkena bola basket yang keras, mencoba bertahan untuk berjalan ke kelas namun gagal. Stefy ambruk tak sadarkan diri.

"Kak David, tolong bantuin ya kak. Bantuin angkat Kak Stefy ke UKS." Mengapa harus dirinya? Baru saja David diminta tolong oleh anak PMR untuk memindahkan Stefy ke UKS, ini juga ulahnya. Baru saja David hendak menolak, tapi Ferdy sudah mencercanya dengan kata-kata.

"Tanggung jawab noh, Kakak gue pingsan gara-gara lo." Mau tidak mau David kembali menghampiri Stefy yang kini wajahnya berubah pucat. David tahu mengapa adik kelasnya ini meminta bantuanya. Stefy terlalu besar dan tinggi bagi adik kelasnya yang mungil.

Ingatlah tinggi Stefy yang mencapai 175 cm. Sedangkan, adik kelasnya rata-rata memiliki tingggi 160 cm. Lagi, akibat kejadian di kantin waktu itu anak buah David juga gencar sekali menjodohkan keduanya secara terang-terangan. Jadilah, David yang menjadi sasaran adik kelasnya yang sudah meminta tolong kepada anggota Raeon tapi mereka menolaknya.

Menggendong Stefy bridal style menuju ke UKS, David yang tingginya 188 cm sangat cocok dan pas disaat menggendong Stefy. David juga membayangkan adik kelasnya yang membawa Stefy ke UKS, bisa-bisa jatuh dijalan.

Saat Stefy dalam gendonganya, David merasa sudah pernah melakukan hal yang sama. Sepertinya sepotong ingatan masalalunya kembali. Diingatanya hanya ada gurat cemas dalam wajahnya sendiri dan busa yang keluar dari mulut seseorang saat menggendongnya dengan gaya yang sama. Semakin David memaksa mengingatnya, wajah orang itu semakin buram.

Cukup lama Stefy pingsan, sekitar 10 menit. Dia bangun karena bau minyak kayu putih yang sangat ia benci memasuki indera penciumannya dan membuatnya bersin-bersin. "Gimana? Masih pusing Stef."

"Gak kok Nit. Balik ke kelas yuk!" Saat Stefy menginjakkan kakinya di lantai, dirinya mengerang kesakitan akibat kaki kanannya yang terkilir.

"Aduh aduh, bentar Stef. Gue panggilin David dulu." Apa? David?

"David?"

"Iyalah, siapa lagi? Yang bawa lo ke UKS aja David." Stefy tidak percaya, bukankan David memang sengaja membuatnya terjatuh tadi dengan melemparkan bola basket ke arahnya. "Bantu dia ke kelas!" Nita sudah kembali dengan David yang tanpa ekspresi.

"E-eh, mo ngapain?" Stefy sedikit panik saat David menuntun tanganya agar mengalung ke leher David, sedetik selanjutnya Stefy sudah berada dalam gendongan David, lagi. Lagi, David merasakan hal yang sama seperti waktu pertama kali menggendong Stefy.

Memandangi dengan lekat wajah orang yang tengah menggendongnya, menjelajahi setiap inci wajah yang terpahat secara apik di depannya ini. Hidung mancung, rahang tegas, alis tebal, bahkan bulu mata David yang lentik sudah Stefy pandangi selama perjalanan menuju kelasnya.

Jangan bayangkan David akan mendudukan Stefy dengan lembut, terlhat seperti David membanting Stefy ke tempat duduknya kemudian meninggalkannya tanpa permisi. Satu kelas langsung ricuh setelah kedatangan Stefy yang digendong David, apalagi antek-antek David di kelas ini, Gilang dan Akmal. "Lo pake pelet apa sih Stef? Bisa-bisanya David mau gendong lo."

Stefy tidak mengindahkan pertanyaan unfaedah yang keluar dari mulut Gilang, cewek itu tengah sibuk memasang sepatu tapi...tidak bisa karena kakinya masih sakit. "Udah, gak usah dipaksa!"

[SDS#2]Other Side of DavidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang