[Vote before reading this chapter]
"Lo baca buku setebel itu?" Nita terheran heran melihat seberapa tebal buku yang tengah Stefy baca pada jam kosong sebelum pulang hari ini. Stefy yang nampak sekali tengah tidak memiliki semangat tidak ingin meladeni perkataan Nita. Ia tau, Nita hanya basa-basi. "Dih bocah, ditanyain gak nyaut."
"Ya seperti yang lo liat. Gue baca ini."
"Dih, ngamuk lo Stef?" Bukan, itu bukan pertanyaan dari Nita melainkan dari teman barunya, Gilang, yang baru saja memasuki kelas setelah dari pagi keluar entah kemana. Cowok yang mengenakan seragam dengan acak acakan itu langsung duduk diatas meja Stefy tanpa permisi. "Jangan marah marah dong, ntar cepet tua."
"Mulut lo tuh cepet tua."
Tentu saja perdebatan keduanya tak pernah luput dari pandangan teman sekelas mereka. Semenjak kehadiran Stefy di kelas XI IPA I, Gilang jadi memiliki sasaran baru selain Nita. Cowok itu memang sering nampak menjahili teman sekelasnya, memanglah Gilang itu sangat menyebalkan.
"Heh Stepi, gak ada tuh yang namanya mulut keriput apalagi kisut. Yang ada, kalo lo marah-marah tuh cepet muncul kerutan tau gak?"
"Kakek gayung tau apa lo soal kek gituan. Taunya nyontek tugas orang doang." Sudah mulai ada sedikit perubahan sikap Stefy kepada penghuni kelas ini dan sahabat-sahabat Ferdy. Cewek itu sudah makin cair namun masih susah untuk membuat wajah datarnya tersenyum tanpa beban.
"Iya deh iya, kakek gayung yang masih dan sangat tampan ini diam. Ntar gue yang cepet nambah tua berabe." Sudah menjadi kemampuan Stefy sejak dulu, jika berdebat dengan seseorang dirinyalah yang akan menang. Dengan siapapun itu, catat!
Stefy, Nita, bahkan Akmal hanya memandang aneh ke arah Gilang yang barusan berujar demikian. Sungguh terlampau percaya diri mengatakan dirinya tampan dihadapan Stefy dan Nita. Kalau di hadapan orang lain mungkin mereka akan mengakui tidak ada kekurangan dalam wajah Gilang, namun yang dihadapannya adalah Nita dan juga Stefy. Ayoolah berkaca wahai Amran Gilang Zayan!
"Ekhem." Suara deheman yang berasal dari ambang pintu kelas XI IPA I mampu menarik perhatian seluruh penghuni kelas. Mereka semua kompak mengarahkan pandangan kepada sosok tinggi yang tengah berdiri di depan sana sambil bersedekap dengan tatapan mengintimidasi.
"Eh, Palsuk. Lo kangen ya sama gue, baru juga 5 menit gue keluar dari markas masa lo udah kangen aja." Ucap Gilang kepada sosok yang masih menatapnya tidak suka seperti cowok itu baru saja melakukan kesalahan.
David nampak membuang napasnya kasar sebelum mengisyaratkan kepada Gilang dan Akmal untuk segera keluar kelas dan mengikutinya. Sepertinya ada masalah besar sampai kepala suku Raeon langsung turun tangan memanggil anak buahnya.
"Eh Stepi, gue keluar kelas dulu. Lo jangan kangen ya."
"Mimpi lo ketinggian. Yang ada gue bersyukur lo gak ada di radar gue seharian ini."
Brak...
Suara pintu yang ditutup secara kencang oleh David mampu mengagetkan semua orang disana termasuk dua anak buahnya yang saling menatap. Ada apa dengan Palsuk mereka hari ini?
"Kenapa tu orang?" Pertanyaan Akmal hanya dihadiahi gelengan dari seorang Gilang sebelum keduanya menyusul David dengan tergesa-gesa.
Stefy juga sama penasarannya dengan dua orang itu, ia bertanya kepada Nita atas sikap David barusan. "Dia kenapa si Nit?"
"Hmm? Cemburu kali."
"Cemburu?"
Melihat Stefy berpikir, Nita langsng menonyor kepala cewek yang merupakan sahabat sekaligus sepupunya tersebut dengan cukup keras. "Iyalah, cowok mana si yang gak cemburu liat ceweknya dideketin cowok lain." Ucap Nita berbisik kepada Stefy agar teman sekelasnya tidak ada yang mendengar percakapan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SDS#2]Other Side of David
Dla nastolatków[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] .... Setahun sudah David hidup dengan gangguan ingatannya. Amnesia, kondisi dimana seseorang tidak mampu mengingat peristiwa dalam jangka waktu tertentu. Disebabkan oleh suatu kecelakaan di masa lalu yang juga merenggut ses...