[Vote before reading this chapter]
Rumah minimalis dengan desine aestetis yang mampu menarik berbagai macam mata itu tengah kedatangan tamu yang sedikit membuat sang tuan rumah sedikit kerepotan. Bagaimana tidak? Rumah Nita yang tidak memiliki ART dan kedua orang tua Nita yang sedang tidak ada di rumah itu kini tengah dibajak oleh Ferdy and gank.
Bukan hal yang jarang untuk jajaran kepala suku itu bertamu, ah lebih tepatnya membajak rumah Nita. Bagaimana bisa Nita? Jangan lupakan kalau Nita itu adala adik sepupu Ferdy dan juga teman perempuan terbaik David sejauh ini.
Rumah cewek itu kini sudah lebih terlihat seperti markas daripada rumah seorang gadis SMA kelas 2. Dengan langkah gontai, Nita berjalan menuju ruang tengah dimana ruang itu terlihat ada Pravis dan Akmal yang tengah bermain catur dan yang lainya menyimak.
Cewek dengan setelan piyama tidur warna lilac itu tiba-tiba mengambrukan dirinya ke sofa putih yang tengah diduduki Ferdy. Ferdy yang menyadari tingkah Nita yang minta diperhatikan itupun akhirnya bertanya ada apa dengan gadis maniak lilac itu? Kenapa hari ini nampak begitu lesu.
"Kenapa lo Nit? Dari tadi abang liat lo kek gak ada semangatnya gitu." Nita yang semulannya menenggelamkan muka cantiknya itu ke bantal sofa kini mengangkat wajahnya yang sudah dipastikan sangat tidak baik-baik saja. "Kenapa si? Muka ditekuk kek karpet gitu?"
Dari yang awalnya komuk cewek itu nampak kesal, kini komuknya berubah lagi seperti hendak menangis. "Stefy dari tadi belum bales chat gue. Padahal penting pake banget."
"Mungkin dia lagi istirahat. Btw lo chat apaan dah?" Yang awalnya nampak khawatir kini Ferdy justru penasaran.
"Kepo amat si jadi orang, Bang." Ferdy hanya bisa memutar bola matanya malas mendengar jawaban Nita. Fyi, Ferdy dan Nita sudah sepakat untuk memanggil satu sama lain dengan panggilan Abang-Adek karena suatu alasan yang cukup rumit.
Diam-diam ada yang mendengarkan obrolan keduanya di pojok ruangan sana. Cowok dengan balutan hoodie putih dan celana cargo selutut yang selalu nampak bodo amat ternyata selalu tertarik dengan obrolan bertopik Stefy. Dirinya juga merasa aneh, ada satu dorongan dalam dirinya bahwa masalalunya juga berhubungan erat dengan Stefy.
"Abang kan tanya baik-baik, kalo gak mau jawab ya udah." Akhirnya Ferdy mengalah, enggan berdebat panjang lebar dengan adiknya itu.
"Punya abang satu ngambekan, kek cewek PMS hari pertama." Lagi dan lagi, Ferdy hanya bisa memutar bola matanya dengan malas. Ingin sekali cowok itu menelan Nita hidup-hidup kalau sedang seperti ini.
Keributan lain terjadi di hadapan kedua kakak beradik itu, Akmal yang tengah bersorak merayakan kemenangan serta Gilang yang sedang berteriak tidak terima kalau dirinya kalah, lagi. "Udah deh, akui aja kalo lo kalah dari gue. Mau main sampe tangan lo mleyot juga gue yang bakal menang."
"Yee, songong banget lo. Baru aja menang 5 kali udah bangga." Tunggu, Gilang sedang merendahkan Akmal atau merendahkan dirinya sendiri?
"Udah deh yang kalah 5 kali ya kalah aja. Gak usah sok nantangin lagi. Mending lo jalanin hukuman lo. C-U-C-I P-I-R-I-N-G." Tawa puas bukan hanya keluar dari mulut Akmal saja, melainkan dari kedelapan cowok itu tanpa terkecuali. Bahkan David menyunggingkan senyumnya.
"Puas ya lo pada gue dapet hukuman. Awas kalian." Ancaman Gilang teralihkan oleh bunyi bel rumah Nita yang menginterupsi perhatian sang pemilik rumah sekaligus teman-temannya yang lain.
Nita terlihat berjalan dengan langkah yang dipercepat untuk membukakan pintu besar berwarna kayu itu. "Silahkan, cari siapa ya?" Begitu membuka pintu rumahnya, Nita langsung disuguhi pemandangan seseorang dengan pakaian serba hitam, mulai dari jaket bombet, celana cargo, sampai sneakers orang itu hitam. Bahkan helm fullface yang digunakannya juga berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SDS#2]Other Side of David
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] .... Setahun sudah David hidup dengan gangguan ingatannya. Amnesia, kondisi dimana seseorang tidak mampu mengingat peristiwa dalam jangka waktu tertentu. Disebabkan oleh suatu kecelakaan di masa lalu yang juga merenggut ses...