12. BERSAMA, SEMENTARA

10 1 0
                                    

[Vote before reading this chapter]

Hari sial bagi Stefy, cewek itu tengah dalam perjalanan menuju sekolah bersama seseorang yang sangat ia hindari selama ini. David Angga Danendra. Dikarenakan motor yang ia punya dibawa pergi Surya, Stefy harus nebeng cowok tembok dihadapannya ini.

Mengapa cewek itu tidak menggunakan mobil saja? Oh, untuk opsi yang satu ini sungguh buruk jika dipilih. Konsekuensinya bisa saja Stefy telat karena jam sudah menunjukan pukul 06.20 saat ini. Ya, gadis itu kesiangan. Bahkan untuk sekedar sarapan ia tidak sempat.

Awalnya Stefy menghubungi Ferdy dan meminta tolong kepadanya untuk berangkat bersama pagi ini. Namun Ferdy tidak mengiyakan sebab ia akan menjemput Nita. Oh ayolah! Dewi Fortuna tidak berpihak pada Stefy.

"Sorry banget Stef, gue gak bisa. Ini gue juga ditungguin Nita." Ucap Ferdy di seberang sana.

"Terus gimana dong? Yakali gue naik mobil, macet kali jam segini."

"Bentar, ni ada yang chat." Beberapa lama tidak terdengar suara dari Ferdy karena orang itu tengah membalas chat entah dari siapa, sampai akhirnya. "Nih David belum berangkat, lo bareng dia aja. Dia otw ke rumah lo."

"Tap—"

"Lo mau telat?"

"Enggak."

"Yaudah, see you di sekolah. Nita dah ngamuk."

Setelahnya sambungan itupun terputus, atensi Stefy teralihkan kepada suara motor yang cukup ia kenal. Motor hitam milik David berhenti tepat di depan pagar rumahnya. Sang empu hanya melirik sekilas ke arah cewek yang masih mematung di tempatnya, berpikir apakah ia harus berangkat bersama David atau tidak.

Dapat Stefy lihat, David menaikkan sebelah alisnya. Bertanya tanpa mengucap apakah gadis itu akan terus diam sampai keduanya telat dan berakhir di hukum. Bagi David, hukuman bukan masalah, justru karena dihukum ia akan bisa bolos pelajaran pada hari ini.

"CK!" Stefy berdecak kesal, mulai melangkahkan kakinya menuju David yang masih setia memandanginya dengan raut datar. Kesal menyelimuti, tidak bisakah takdir menyatukannya dengan David dengan cara yang lebih baik? Ia masih belum siap, entah sampai kapan.

Motor David melaju dengan kecepatan sedang cenderung ngebut, dalam perjalanan hanya ada keheningan diantara keduanya. Ya memangnya harus berbicara apa? Keduanya bukanlah teman dekat, setidaknya seingat David.

Disaat Stefy sibuk membuang mukanya dan menestralisir rasa yang menggebu-gebu di dadanya, David justru curi-curi pandang kepada cewek berambut hitam legam sepanjang punggung yang saat ini dibiarkan tergerai itu lewat spion tanpa disadari sang empu.

Ada segelintir rasa aneh yang entah mengapa muncul dalam dada cowok itu. Berdekatan dengan Stefy rasanya nyaman—tanpa ia sadar. "Masa gue jatuh cinta sama ni cewek." Batin David kala itu.

Ia segera menepis jauh-jauh pikirannya tentang 'cinta' kepada sosok Stefy Winata yang tengah ada di boncengannya. Kembali fokus untuk mengemudikan motornya sampai tak terasa keduanya sudah sampai di kawasan SMA Wijaya tepat waktu.

Begitu memasuki kawasan SMA nya, kedua orang itu langsung mendapat atensi penuh dari para siswa yang juga baru datang. Aneh rasanya melihat David yang selama ini tidak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun tiba-tiba datang ke sekolah bersama sosok baru, Stefy Winata.

"Makasih buat tumpangannya." Cewek itu sudah turun dan melepas helm yang tadi ia kenakan. Rasanya, Stefy ingin cepat cepat menghilang dari radar David karena berdekatan dengan cowok itu sangat tidak baik bagi jantung dan hatinya.

[SDS#2]Other Side of DavidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang