22. U&I

17 1 0
                                    

[Vote before reading this chapter]

"Stefy berangkat dulu Mah."

Seperti pagi-pagi pada hari biasanya, Stefy yang sudah rapi dengan seragam sekolah dan ransel hitam dipundaknya itu berpamitan kepada Ayla sambil memakan sepotong roti tawar sisa sarapannya hari ini. Cewek yang nampak mengikat separuh rambutnya dengan asal itu lalu menghampiri sang Mamah yang tengah berada di dapur dan menyalimi tangan wanita yang telah melahirkannya.

"Yaampun Stef, dimakan dulu ah! Kamu tuh cewek tapi kelakuan kayak cowok." Ayla tak habis pikir dengan kelakuan anak gadisnya yang satu ini. Sunguh sangat jauh dengan sang kakak, Vina Winata.

"Hehe, nanggung Mah. Yaudah ya, Stefy berangkat sekarang. Dah Mamah!"

Ayla hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah Stefy. Cewek itu sendiri langsung bergegas ke mobilnya dan mulai melajukannya keluar dari garasi rumah.

Bukannya langsung bergegas ke sekolah, cewek ini justru berhenti dan menepikan mobilnya di depan sebuah rumah bercat putih yang tak jauh dari rumahnya. Stefy turun dari mobil range rover hitamnya seraya menghela napas sambil memejamkan mata. Mencoba menahan bulir bening yang selalu ingin lolos ketika mengingat 'nya'.

"Eh Stefy udah dateng, makasih ya udah mau bantu Bunda. Sini masuk dulu!" Stefy berbalik, nampak seorang yang sangat ia kenal muncul dibalik pagar rumah tersebut seraya tersenyum.

Dengan senyum yang sama lebarnya, Stefy berjalan menghampiri Nurul lalu menyalaminya. "Nggak usah masuk Bun, ntar telat. Makin siang makin macet."

"Yaudah, kalo gitu Bunda panggil Davidnya ya." Stefy mengangguk.

Tak berselang lama, keluarlah sosok laki-laki yang menjadi pengisi hati seorang Anggelina Yumna Stefany Winata selama ini. Dengan bantuan kruk dan dipapah Nurul, David dengan susah payah menuruni anakan tangga depan rumahnya karena kondisi kakinya yang terkilir bekas tanding waktu itu.

Bersamaan turunya David, Stefy juga membukakan pintu mobilnya untuk cowok itu. iya, hari ini keduanya berangkat bersama karena Nurul yang tidak bisa mengantar David sebab mobil keluarga tersebut tengah rusak.

Keduanya sudah berada di dalam mobil dan siap untuk berangkat ke sekolah. "Hati-hati bawa mobilnya ya Stef!"

"Siap Bun."

Brum...

Mobil itupun mulai melaju menuju sekolah. Jangan bayangkan suasana akan cair, tidak ada obrolan sama sekali. Yang terdengar hanya suara decapan Stefy yang tengah melanjutkan makan roti selai coklatnya yang tertunda tadi.

Tanpa Stefy sadari, sedari tadi ada yang memperhatikan setiap gerak-geriknya. Ya, David Angga Danendra.

Stefy merasa sangat canggung sekarang, perjalanan nampak panjang karena tidak ada satupun diantara mereka yang memulai obrolan. Cewek yang sudah mulai jenuh itupun mulai membuka mulutnya setelah menghabiskan rotinya.

"Gimana kaki lo? Udah lebih mending dari kemaren kan?"

"Hmm." Stefy melirik sekilas cowok disebelahnya, 'tidak pernah berubah' batinnya.

"E-eh, jaitan lo gimana? Gatel gak?"

"Mayan."

"O-okelah. Btw ntar yang ganti perban jaitan lo gue, gue rasa bunda dah ngomong ini ke lo." Hari ini Stefy memang ditugaskan langsung oleh nurul uantuk menjaga David, mulai dari mengantar kesekolah samapi mengganti perban jahitan di pelipis cowok itu.

"Hmm."

Ayolah, kalau saja yang dihadapannya ini bukan David yang sedang sakit mungkin dengan senang hati Stefy menghajarnya, minim minim sampai dihung cowok itu patah. "Sabar Stef, lo lagi ngomong sama kulkas 33 pintu." Gumam cewek itu yang ternyata mampu didengar David.

Cowok disebelahnya itu hanya menyeringai sambil menatap jalanan kota yang sudah mulai ramai dengan hilir midik kendaraan pekerja kantor sampai anak sekolahan.

Tibalah mereka di sekolah yang sudah mulai ramai pada jam 07.20 hari ini. Seperti biasa, Stefy memarkirkan mobilnya.

"Dah, turun lo!" Ucapnya kepada David. Bukannya turun, cowok itu justru terkekeh saat memandang wajah Stefy. "Ih, lo kenapa sih? Kesambet dijalan?"

Kemudian, tanpa Stefy sangka, tangan David terulur menyentuh ujung bibirnya yang ternyata masih ada bekas selai coklat disana. "Makan aja belepotan." Stefy mematung, bingung harus bereaksi apa. Tanpa dirinya kehendaki, pipi dan telinganya memerah menandakan bahwa dirinya sedang menahan malu yang berlebih.

Dengan cepat, Stefy memundurkan badannya. "Mending kita masuk!" Setelahnya, cewek itu keluar dan berjalan menuju ke sisi dimana David berada lalu membuka pintunya.

"Eh, lo mau ngapain?" Tanya David saat melihat Stefy menurunkan kakinya perlahan.

"Ngepet gue! Ya mau bantu lo lah." Stefy mampu menangkap raut wajah berpikir David. "Gak usah kebanyakan mikir, cepetan!"

Mau tidak mau David memang memerlukan pertolongan tersebut. Cowok itu mengalungkan lengan kekarnya ke pundah Stefy dan perlahan menapakkan kakinya ke tanah. Setelah berhasil berdiri dengan sempurna, baru ia berjalan menggunakan kruk dalam pengawasan Stefy.

"Tas lo gue aja yang bawa." Hanya deheman yang keluar dari mulut David Angga Danendra sebagai jawaban. Sambil membawa tas David di punggungnya, Stefy juga memapah cowok itu dari sebelah kiri agar tidak kesusahan berjalan.

David berhenti sejenak saat Stefy melingkarkan tangan dipingganya dan menuntunnya berjalan menuju ke dalam kawasan sekolah. Cewek yang melihat David berhenti, ikut menghentikan langkahnya dan memandang wajah cowok di sebelahnya. Dan keduanya pun beradu pandang sejenak. "Kenapa Vid?"

Cowok itu menggeleng lalu kembali melanjutkan langkahnya dengan tertatih-tatih.

"Astaga David! Kamu kenapa?" Baru saja keduanya memasuki lobi, mereka sudah disambut oleh cewek ganjen bernama melody dengan lagak centilnya. Cewek yang nampak mengubah lagi warna rambutnya menjadi ungu pada ujungnya itu langsung menghampiri David dan dengan lancang menyentuh perban di pelipis cowok itu. "Ini kenapa?"

Stefy tak tinggal diam, ia menghempas tangan cewek itu dengan cukup kasar. David yang melihatnya juga sedikit heran. "Maaf ya mbak cantik. Itu perban luka dan lo main megang, liat dulu tangan lo. Banyak kuman!" Ucap Stefy dengan tatapan tajamnya.

"Lo lagi, lo lagi. Bisa gak si lo jauhin David! David tuh punya gue!" Ucap Melody tak kalah keras. Stefy hanya meresponnya dengan tatapan meremehkan dan hal itu sukses membuat Melody kesal. "Dah deh, mending sekarang lo minggir, biar gue yang bantu David!"

Saat Melody hendak menyingkirkan tangan David yang mengalung di pundak Stefy, cowok itu justru semakin mengeratkan rangkulannya dan mendekatkan Stefy sampai menempel tepat disampingnya. "Dan sayangnya, gue Cuma mau ditolong PACAR gue."

Tak hanya melody, orang-orang yang tengah berada di loby sontak berhenti dan langsung berbisik-bisik setelah David mengatakannya. Bahkan Stefy saat ini tidak berkedip di tempatnya.

 Bahkan Stefy saat ini tidak berkedip di tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC❤

dwyaanrbti

[SDS#2]Other Side of DavidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang