10. ANEH

7 1 0
                                    

[Vote before reading this chapter]

Bergabung dalam ekskul PMR di sekolah barunya, Stefy langsung mendapat jabatan sebagai ketua PMR di sekolahnya itu. Cewek ini memang sudah mengikuti organisasi tersebut semenjak SMP dan bahkan dulu ia juga mendapatkan jabatan yang sama.

Tengah asyik mencatat keperluan yang harus dibeli Stefy untuk kebutuhan UKS, tiba-tiba ada segerombolan cewek-cewek yang dengan terang-terangan sedang membicarakan Stefy di depan pintu UKS tersebut.

"Eh, itu anak baru kan? Kok dia diangkat jadi ketua PMR si? Ewh banget gak si?" Kata salah seorang perempuan yang tengah memakai bando pink dengan rambut hitam lurus yang sengaja di gerai.

Sosok disebelahnya yang nampak mewarnai ujung rambutnya dengan warna ungu itu kemudian berseru. "Bener kata Anggel, yang cocok tuh seharusnya orang yang udah lama di SMA ini. Mana sekarang ngesok banget lagi ngecekin obat segala."

Stefy yang memang masa bodoh dengan cemoohan yang ia dapat hanya mengangkat kedua bahunya acuh lalu melanjutkan kegiatannya ditemani suara berisik cewek-cewek di depan sana.

"Eh guys, ngomongin tu anak baru. Dia sekilas mirip banget ya sama Kak Berlian, tunangannya Kak Ilham." Ucap cewek yang tengah memakan permen lolipopnya.

"Bener juga kata lo. Mirip banget kalo sekilas."

Ya untuk bagian terakhir, akhir-akhir ini Stefy juga heran banyak yang mengatakan dirinya mirip dengan Berlian, entah Berlian itu siapa. Nanti akan ia tanyakan kepada Nita.

Tugas Stefy sudah selesai, saatnya ia keluar dari UKS dan menuju ruang pembina nya dengan setumpuk kertas yang diminta gurunya bawa tersebut. Tanpa melirik ke arah cewek-cewek yang tengah menatapnya sinis, Stefy berlalu pergi meninggalkan UKS dengan wajah datar seperti biasa yang tentu mengundang mulut lemes cewek-cewek itu.

Bagi Stefy. "Masa bodo."

Untuk pergi ke ruang guru, hanya ada satu jalan yakni melewati lapangan basket yang berada di tengah-tengah kawasan sekolah. Sambil mengecek setiap lembaran kertas yang diminta pembinanya, Stefy tidak melihat-lihat apakah lapangan tersebut tengah digunakan pada jam pulang ini atau tidak.

Setelah melihatnya, seperti biasa Stefy bisa melihat jajaran kepala suku Raeon yang tengah bermain basket sepulang sekolah. Pasti mereka tengah berlatih untuk turnamen yang akan diadakan dalam waktu dekat. Cewek ini mengetahui dari mulut Ferdy langsung saat keduanya tengah mengobrol dirumah Nita kemarin malam.

Dengan langkah cepatnya, cewek yang masih menggunakan seragam putih abu-abu itu melewati segerombolan cowok tak taat aturan yang tengah berlatih memasukkan bola ke dalam ring secara bergantian.

Saat giliran Gilang memasukan bola nya kedalam ring, bola tersebut terkena pinggiran ring dan terpental tepat ke arah Stefy. Gilang yang menyadarinya langsung berteriak memberi peringatan ke Stefy yang sama sekali tidak melihat ke arah bola itu datang.

"Stef, awas!"

Baru Stefy menoleh ke arah sumber suara, udah ada lengan kekar yang menutupi kepalanya dan menghalau bola tersebut agar tidak mengenainya. Cewek itu mendongak melihat siapa yang sudah menolongnya sore ini.

Rahang tegas, hidung mancung, alis dan bulu mata tebalnya yang sangat Stefy hapal kini terkena cahaya senja yang membuat siluetnya menutupi wajah Stefy. Hal itu juga yang mengingatkan Stefy pada kejadian di masa lalu, Senja di atas Garuda.

Menepis jauh-jauh memory tentang hari terbahagia Stefy pada masanya, cewek itu memilih untuk mengucap terimakasih dan berlalu pergi secepatnya dari hadapan David Angga Danendra.

[SDS#2]Other Side of DavidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang