(2) Kafil Dhananjaya Naja

318 33 2
                                    

Kafil Dhananjaya Naja, nama lengkap cowok yang sedang makan di dalam konter milik orang tua nya. Karena beberapa pegawai sedang melakukan cuti, Naja menggantikan posisi tersebut daripada konter tutup satu hari. Sebenarnya sih tidak akan berpengaruh sedikit pun kalau di tutup satu hari, tapi karena Naja di rumah tidak ada kegiatan. Cowok itu menawarkan diri kepada ayahnya untuk menjaga konter tersebut.

Ini jam istirahat, sehingga Naja makan dengan santai. Teman-temannya pun belum datang, sehingga cowok itu menunggu dari dalam saja. Sendok di tangan kanan dan tangan kirinya mengetikan kalimat di handphone, membuat Naja merasa kalau dirinya adalah orang sibuk. Padahal Naja sedang membalas chat grup yang dibuat oleh teman-temannya beberapa bulan lalu. Sudah lama.

Ada bunyi ketukan lantai, Naja menebak kalau ada seseorang yang datang. Tapi sedetik kemudian saat cowok itu mencoba menajamkan indra pendengarnya, suara itu hilang seketika. Daripada pusing memikirkan hal tersebut, Naja melanjutkan makan saja.

"Gue pergi aja deh." 

Naja mendengar suara itu, dengan cepat ia berdiri dan meninggalkan makanan yang masih tersisa setengah. Ia takut kalau itu adalah maling, tapi saat ia melihat perempuan berambut panjang yang sedang memunggungi dirinya. Ia bernafas lega, dari gerik-geriknya perempuan itu bukan lah seorang maling. 

Saat perempuan itu ingin melangkahkan kaki, berniat meninggalkan konter tersebut. Naja mencegah dengan mengeluarkan suara dan gombalan mautnya sebagai seorang laki-laki normal.

"Eh, Mba cantik. Mau kemana?"

Perempuan itu berbalik dan tersenyum canggung.

Wah ini mah beneran cantik.

"Ke supermarket Mas! Gue gak ngapa-ngapain di konter ini sumpah. Lo jangan nuduh gue yang iya-iya, kalo gak percaya liat aja noh di cctv," cerocos cewek itu.

Sedangkan Naja, ia mengangkat satu alisnya supaya terlihat cool. Harus menjaga image di depan cewek cantik, siapa tahu ia akan bertemu di lain hari karena cewek cantik itu ketagihan mengunjungi konter ini.

"Terus ngapain disini?" tanya Naja. Masih berusaha menyembunyikan raut wajahnya yang ingin lebih kenal dengan cewek di depannya.

"Niatnya sih mau beli kuota, tapi tadi gak ada orang."

"Kan udah ada gue, ayo mba."

Cewek itu mengernyitkan dahinya. "Ayo apa?"

"Ya ayo, mba mau beli apa disini? Apa cuman mau mampir doang?" tanya Naja. Mengubah ekspresinya seperti orang mengejek. Berkata seperti itu supaya bisa lama-lama mengobrol dengan cewek cantik.

"Mau beli kuota, Mas."

Setelah mengatakan itu, cewek yang berada didepan Naja langsung melihat-lihat voucher dan menanyakan harga. Naja melayani dengan senang hati, bukan karena cewek ini cantik. Tapi ia juga sebagai penjual harus berusaha sebaik mungkin supaya pelanggan akan merasa di hargai.

"Gue mau beli yang ini," tunjuk cewek itu. Naja mengangguk sambil mengeluarkan voucher yang ada di dalam.

Hatinya sedikit tidak rela melihat kepergian cewek itu. Setelah cewek tersebut benar-benar pergi, Naja merutuki dirinya sendiri mengapa tidak menanyakan nama terlebih dahulu atau mungkin modus minta nomor whatsapp? 

Saat sibuk memandangi punggung cewek cantik yang mulai menjauh itu. Naja kaget karena ada yang menepuk pundaknya, menoleh untuk memastikan itu bukan lah tangan setan. Tadi maling, sekarang setan. Praduga yang buruk.

"Ngelamunin apa lo? Nanti kesurupan baru tau rasa lo," ujar Ajun— teman Naja.

Naja bukan lah orang yang memilih teman sebetulnya. Tapi entah mengapa ia hanya nyaman berteman dengan dua orang yang sedang duduk di sampingnya, Ajun dan Biyan. Di sekolah, Naja cukup terkenal karena parasnya yang tampan. Tapi ia belum bisa mengalahkan Most Wanted di sekolahan tersebut kalau di bandingkan. 

Eh, Mba CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang