Seperti tadi pagi, Ira membonceng dengan posisi miring dan jaket Naja sebagai penutup paha nya. Ira berharap kalau harum di jaket cowok itu menular ke rok sekolahnya. Setelah percakapan itu, mereka kembali di landa hening.
Sebenarnya Ira ingin mengobrol lebih banyak dengan Naja. Namun, Ira juga malas mencari topik pembicaraan kalau Naja hanya membalas seadanya. Mereka sampai di pertigaan dan sialnya, lampu merah menyala.
Ira menatap ke kiri, melihat beberapa pemuda yang sedang tertawa cekikikan. Ira semakin risih kala salah satu pemuda itu menatap paha nya, padahal Ira sudah menutupi rapat-rapat dengan jaket Naja.
Sekarang lampu merah tergantikan oleh lampu hijau. Ira menghela nafas lega, setidaknya ia jauh dari orang-orang seperti mereka yang menatap dirinya tidak wajar.
"Mau makan dulu?" tanya Naja.
Tidak di balas oleh Ira, membuat kening cowok itu mengkerut keheranan.
"Ra?" panggil Naja lagi.
"Eh iya, Kak?" jawab Ira. Sepertinya gadis itu tadi tidak mendengar pertanyaannya. Maklum, helm membuat telinga jadi budeg itu hal wajar sih menurut Naja.
"Mau makan dulu?" tanya Naja.
Deg-degan. Ira semakin gugup. Apakah Naja seperti itu kepada semua perempuan? Ira sangat berharap kalau Naja seperti itu hanya kepada dirinya. Walaupun Ira juga tidak yakin, karena Naja itu orang terkenal yang tentunya banyak di sukai.
"Nggak deh, gue masih kenyang," jawab Ira.
Naja mendesah pelan. Gadis ini selalu menolak tawarannya, hal itu membuat tantangan tersendiri bagi Naja. Jika semua perempuan langsung bersemangat di ajak Naja berangkat-pulang sekolah dan di ajak makan. Tetapi Ira tidak seperti itu. Kali ini, Naja tidak akan memaksa Ira. Karena ia juga mempunyai acara dengan teman-temannya.
"Lo punya pacar, Kak?" tanya Ira.
Di balik helm, Naja tersenyum miring.
"Punya," jawab Naja.
Diam. Menutup mulutnya rapat-rapat. Ira tidak tahu harus berbuat apa. Merasa hatinya di sentil oleh kenyataan, juga tau diri. Mengapa Ira harus sakit hati? Memangnya dia siapa?
Motor Naja sampai di warung nasi, Ira dengan cepat turun dari motor dan mengucapkan terimakasih tanpa menoleh pada Naja. Cowok itu tersenyum kecil lalu menghampiri Ira yang sedang mengobrol dengan ibu-ibu tadi pagi.
"Bercanda," ujar Naja saat Ira sudah duduk di motornya.
Ira membuka kaca helm. "Apanya, Kak?"
"Gue gak punya pacar."
"Ooh," jawab Ira.
Alhamdulilah.
Naja mengernyitkan dahinya bingung. Hanya itu jawabannya? Ooh? Naja tidak mungkin salah dengar.
"Gue pulang ya," ujar Ira. Parkir motor terlebih dahulu tanpa menghidupkan mesinnya, lalu setelah sampai di jalan raya. Cewek itu turun dari motor dan mulai mendorong.
Naja masih diam di tempat mengamati Ira. Cowok itu ingin membantu Ira, tetapi dering ponselnya menghentikan langkah Naja.
Ajun
Lama bgt loDhananjaya Naja
Udh ngumpul semua?Ajun
Udah, tinggal lo doangMenghiraukan chat dari Ajun. Naja berlari menghampiri Ira yang sudah jauh dari dirinya. Gadis itu tampak kelelahan.
"Gue bantuin," ujar Naja. Mengambil alih stang motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eh, Mba Cantik
Fiksi Remaja[DILARANG PLAGIAT] Syahira Iva Maheswari. Seorang gadis yang bersekolah di SMA Adijaya, pernah dibingungkan dengan dua orang laki-laki yang mempunyai julukan mas Alfamart dan mas Konter. Namun siapa sangka jika orang tersebut adalah satu orang yang...