MAAF HARI SABTU KEMARIN NGGAK UP.
***
"Mana si Ira?"
Naja menoleh kepada sumber suara. Ia melihat Ajun dan Biyan yang sedang menghampirinya. Bahkan Ajun sampai mengedarkan pandangan untuk mencari seorang perempuan yang bernama Ira tersebut. Karena Naja pamit kepadanya akan datang ke Rooftop bersama Ira dan meminta tolong tidak di ganggu.
"Pergi."
Jawaban singkat itu membuat pertanyaan di otak Ajun. Namun, karena Naja seperti tidak ingin menindak lanjuti pembahasan tentang Ira. Ajun diam, ia duduk di bangku yang sudah rusak. Bangku tersebut di sediakan oleh beberapa murid yang sering datang ke Rooftop untuk menikmati udara atau merokok.
"Gue nggak tau masalahnya, tapi gue percaya lo bisa atasin ini," ujar Ajun.
"Iya Jun," jawab Naja.
"Seger juga disini. Pelajarannya tinggal berapa, Yan?" tanya Ajun.
"Satu," balas Biyan.
"Gue bolos aja lah, sekali-kali astaghfirullah," ujar Ajun saat ia berkata bolos, mata Biyan langsung menatapnya dengan tajam sehingga Ajun mengatakan kalimat selanjutnya.
Seragam sekolah Naja sudah tidak beraturan seperti tadi pagi. Baju yang sudah di keluarkan dan dasi yang entah bebentuk apa tetapi masih digunakan di kerah lehernya. Bahkan sekarang Naja tidak memperdulikan celana miliknya yang kotor karena duduk di sembarang tempat. Pikirannya sedang kacau akhir-akhir ini.
Bukan karena Ira atau temannya yang lain. Ini karena Naja sedang bertengkar dengan Kafin— kakak laki-lakinya. Karena berbeda pendapat dan mereka satu sama lain masih memegang pendirian. Naja berniat akan menceritakan masalahnya kepada Ira dan meminta solusi kepada cewek itu. Namun, yang di lakukan Ira adalah pergi dan marah.
"Bang Kafin udah berapa hari nggak pulang?" tanya Ajun.
"Dua hari mungkin," ujar Naja.
"Mau sampai kapan lo berdua saling menghindar gitu?" sahut Biyan.
Naja pun tidak tahu harus menjawab bagaimana. Ia sendiri masih kesal dan marah kepada Kafin. Padahal menurutnya masalah tersebut sangat sepele. Naja tidak menyukai pacar Kafin karena Naja mempunyai alasan tersendiri mengapa ia mengatakan penilaiannya tentang pacar Kafin. Namun, Kafin tidak terima dan ia sempat memukul wajah Naja dan pada akhirnya terjadilah pertengkaran antar kakak dan adik. Untung saja ada Nawang dan para ART di rumah yang dapat memisahkan mereka berdua.
"Gue masih ngerasa bener, Yan. Gue masih perduli sama abang gue sendiri."
"Emang tuh cewek nggak bener?" tanya Ajun.
"Ya mana ada cewek bener tiap malam minggu mainnya ke Club," ujar Naja.
"Jangan menilai orang sembarangan, Ja," peringat Biyan.
Karena Naja tidak ingin meluapkan emosinya kepada kedua teman-temannya. Ia memilih diam dan mulai berfikir mengenai perkataan Biyan dan perkataan Nawang yang melarangnya untuk menyakiti hati perempuan. Jika saja pacar Kafin mendengar apa yang di katakannya, pasti Naja sudah menyakiti hati perempuan asing untuk kedua kalinya.
"Nanti jadi?" tanya Naja mengalihkan pembicaraan.
Ajun mengangguk. "Jadi, gue udah ngomong sama Mia katanya dia mau."
"Olin, Hani sama Friska di ajak juga?" tanya Naja.
"Di ajak lah, ya kali nggak. Gue bisa di diemin satu bulan kalau gitu konsepnya, Ja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eh, Mba Cantik
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT] Syahira Iva Maheswari. Seorang gadis yang bersekolah di SMA Adijaya, pernah dibingungkan dengan dua orang laki-laki yang mempunyai julukan mas Alfamart dan mas Konter. Namun siapa sangka jika orang tersebut adalah satu orang yang...