(52) Ini Serius?

98 16 0
                                    

Kemarin pas update lupa mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Jadi ucapannya sekarang aja, ya🙏💖 selamat membaca teman-teman.

****

Tidak terasa Ira sudah tumbuh menjadi anak kelas X yang sebentar lagi akan menginjakan kaki di bangku kelas XI. Minggu depan seluruh murid SMA Adijaya akan melaksanakan PTS untuk kelas X dan XI. Sedangkan kelas XII akan melaksanakan PAT.

Ini bukan kali pertamanya Ira melaksanan ujian di sekolah ini. Namun, sekarang ia sedang berdo'a semoga minggu depan kelasnya akan dipasangkan dengan kelas XI IPA 3. Dimana sang mantan adalah penghuni kelas tersebut, syukur-syukur bisa duduk bareng walaupun itu sedikit mustahil karena huruf depan nama mereka berbeda.

Kedua perempuan yang sedang duduk di perpustakaan dengan saling berhadapan itu, sama-sama diam, sama-sama memikirkan sesuatu. Ira dengan tebak-tebakannya kelas mana yang akan menjadi pasangan kelasnya esok saat PTS. Dan Mita yang sedang memikirkan apakah ia bisa melewati PTS ini dengan baik atau tidak. Alasannya, semester ini Mita tidak terlalu serius dengan pelajaran.

Iya sih, Mita itu rajin. Namun, kapasitas otak Mita jika disuruh menghafal beberapa sejarah atau lebih parahnya lagi rumus-rumus matematika. Itu langsung loading lama. Ia tidak terlalu mahir dalam menghafal.

"Gimana dong?" celetuk Mita.

Ira tersadar dari lamunannya. "Gimana apanya?"

"Kalau gue gak dapet nilai bagus di semester ini gimana? Atau paling parahnya lagi gak ikutan sepuluh besar?"

"Nggak mungkin." Tentu saja Ira tidak percaya dengan omongan sahabatnya itu.

Mita? Tidak mengikuti sepuluh besar? Ah rasanya tidak mungkin. Selama bertahun-tahun Ira sekelas dengan Mita dari jamannya SMP, anak itu tidak pernah keluar dari lima besar.

"Nggak ada yang nggak mungkin perasaan."

"Gue ini nggak sepinter itu, Ra. Liat aja sekarang temen kita pada ambis parah."

"Ya lo kudu ambis juga."

"Gampang banget ngomongnya, kepengin gue sleding tuh mulut," kesal Mita.

Beruntung mereka berdua sedang berada di perpustakaan. Mita masih mengontrol nada bicaranya meskipun kesal dengan Ira. Melihat Ira yang kembali membaca novel, Mita pun langsung mengikuti. Namun, sedetik kemudian Mita meletakan bukunya di meja lalu menatap Ira dengan tatapan serius.

"Gimana hubungan lo sama kak Naja? Ada perkembangan gak?"

"Not clear," jawab Ira.

"Sekarang gue tanya, do you still like him?"

"Ya kali lo nanya gituan sama gue, yang udah jelas-jelas lo tau jawabannya, Mit."

"Ya kali lo gantungin dia terus, yang udah jelas-jelas lo tau jawabannya, Ra."

Ira terdiam cukup lama.

"Saran gue, cepet kasih dia kepastian atau lo bakal nyesel."

***

Setelah jam pelajaran telah usai, Ira disuruh menunggu Naja didepan kelas cewek itu. Karena menurut Ira ada banyak sekali yang harus ia bicarakan dengan Naja, ia rela menunggu ketika Naja menginformasikan ada rapat penting bersama OSIS sebentar. Sebagai perwakilan ekstrakurikuler Basket, Naja memang harus hadir dalam ekstra tersebut.

Kini Ira seorang diri dan tidak ada lagi orang yang melewati koridor di depan kelasnya. Ia benar-benar bosan. Membuka handphone hanya untuk melihat ada notifikasi chat dari Naja atau tidak. Ia memang sedang menunggu kabar dari cowok itu, tidak mungkin kan ia harus menunggu di depan ruangan OSIS? Yang ada malunya kian bertambah.

Eh, Mba CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang