(25) Persetujuan

129 16 0
                                    

Untung saja Alsaki dapat ditenangkan oleh Naja, Biyan dan Friska. Tanpa melibatkan perkelahian tentunya walaupun Alsaki sangat tidak terima jika ada seseorang yang mengganggu Friska. Apalagi tadi wajah cewek itu sangat merah menahan kesal. Alsaki sangat memahami perasaan Friska.

Saat ini mereka semua sedang berada di Cafe yang biasa dikunjungi untuk berkumpul. Falan dan timnya memenangkan perlombaan tersebut. Cowok itu masih menggunakan baju futsalnya dan mengipasi dirinya dengan buku. Padahal AC di Cafe tersebut menyala. Keringat bercucuran di dahi cowok tersebut, rambut cowok itu juga basah.

"Tadi ada apaan emangnya?" tanya Raden. Ia tidak sempat menyusul karena sudah diperingati Friska.

"Masalah kecil," jawab Biyan. 

Pandu mengernyitkan dahinya, ia melirik ke Alsaki yang masih memasang wajah galaknya. 

"Masalah apa?" tanya Pandu.

Percuma saja di tutup-tutupi kalau pada akhirnya mereka semua akan menuntut jawaban yang memuaskan. Sehingga Naja berniat menjelaskan semuanya tanpa ada yang ketinggalan. Membuat Alsaki menatap tajam ke arah Naja karena cowok itu juga menceritakan kejadian dimana Alsaki memeluk pinggang Friska!

"Kalau denger cerita dari Naja. Gue gak yakin kalau lo berdua nggak ada hubungan," ujar Olin.

Hani mengangguk. "Sama-sama saling cinta pasti!"

"Bocil gak usah mikirin cinta!" balas Alsaki sambil melemparkan bungkus rokok ke arah Hani.

Alsaki tidak merokok. Itu bungkus rokok milik Raden.

"Hani kecil-kecil tapi udah tau banyak soal cinta," ucap  Raden.

"Badannya doang kecil, pengalamannya mah besar," sahut Falan.

Friska melirik ke arah Alsaki yang sedang memakai jam tangannya. Gerakan cowok itu selalu menjadi hal yang sangat diperhatikan cewek-cewek di sekitarnya. Termasuk Friska yang mendapat predikat cewek tercantik di sekolah. Friska memalingkan wajahnya saat Alsaki membalas tatapannya. Ia akan sangat malu kalau Alsaki tahu ia sedang memperhatikan cowok itu.

"Kalau kalian berdua pacaran, gue pastiin berita itu langsung jadi paling hot di Adijaya," ujar Ajun.

"Ayo cepet tembak si Friska, Al! Jangan sampai gue gercep duluan nanti lo nangis!" ujar Raden.

Alsaki mengangkat satu alisnya. "Emang Friska mau sama lo?"

Semua orang disana tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Alsaki. Sedangkan wajah Raden langsung berubah menjadi datar. Tetapi cowok itu tidak marah kepada Alsaki karena tahu kalau hal itu hanya candaan belaka.

Friska hanya duduk dengan tenang, tidak memperdulikan ocehan teman-temannya yang sedang membahas ia dan Alsaki.

"Dari tatapan lo ke Friska aja udah beda banget Al, yakin lo nggak ada rasa sama dia?" tanya Naja.

Naja mengatakannya tidak terlalu keras. Karena tidak ingin menggoda lebih dalam lagi dan mengakibatkan Friska bad mood. Mereka semua memang selalu memaklumi sifat dingin dari kedua sahabatnya, Biyan dan Friska. Mereka tidak pernah mempermasalahkan hal itu. 

Karena Friska dan Biyan jarang menimbrung percakapan. Sebaik mungkin mereka semua yang sedang mengobrol mengajak kedua orang itu untuk berbicara.

"Beda gimana sih?" tanya Alsaki.

"Kaya tatapan orang jatuh cinta," sahut Ajun dari belakang.

Alsaki berdecak. Sebenarnya ia ingin mengatakan kalau dirinya tidak suka digoda seperti ini. Tetapi Alsaki juga tidak mungkin melukai hati Friska. Entah mengapa ia ingin selalu melindungi cewek dingin itu.

Eh, Mba CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang