(21) Jadi Gimana?

178 21 3
                                    

Dirumah Ajun sedang sangat ramai karena beberapa temannya mengumpul. Naja juga berada disana, ia sedang tersenyum sumringah karena beberapa menit yang lalu telah mengetahui kabar dari seseorang. Entah perasaan apa yang sedang menjalar di hatinya, Naja tidak tahu dan tidak ingin memikirkannya terlebih dahulu.

Naja meletakan handphone miliknya di meja lalu menyeruput minuman yang sudah disediakan oleh tuan rumah. Banyak cemilan yang terhidang di meja, Hani juga sibuk mencicipi semua cemilan tersebut. Kalau para laki-laki diluar sana yang mengagumi paras kecantikan Hani mengetahui kebiasaan cewek itu. Kecil kemungkinan mereka akan ilfeel. Kecil loh ya. 

Eit, jangan salah. Hani begini sama keluarga dan orang terdekatnya doang. Kalau lagi jalan sama pasangannya atau lagi PDKT terus porsi makanannya banyak Hani akan membayar makanan tersebut. Tidak ingin memberikan kesan menyebalkan kepada cowok yang jalan dengannya. 

"Gaes jangan lupa makan-makan ya, inget tanggal 27 loh," ujar Olin.

"Lin," panggil Pandu dengan menunjukan bogeman tangan yang sudah ia angkat. 

"Oh iya, happy anniversary Pandu! Pantesan di ajak main sama gue gak mau. Pasti lo mojok sama pacar lo, ya?" ujar Hani. 

"Bacot ye," ujar Pandu. Ia sangat tidak suka digoda seperti ini oleh teman ceweknya. Entah mengapa wajah mereka sangat terlihat menyebalkan saat ini. Bau-bau ingin di ajak traktir sudah tercium oleh hidung Pandu. 

"Kalo gini ceritanya gue udahan dulu nyemilnya," ujar Hani. 

"Kenapa?" tanya Friska.

"Lah kan mau di traktir sama Pandu nanti, dia mau rayain satu tahun sama pacarnya, Ka," jelas Hani.

Pandu bersyukur karena teman cowoknya sedang fokus bermain game hanya Naja dan Biyan yang berdiam diri sambil mengobrol. Kalau mereka berdua sih Pandu tidak akan ambil pusing karena tidak terlalu penasaran dengan urusan orang lain. Kecuali kalau itu masalah yang serius.

"Jangan lupa," ujar Olin sambil tertawa, ia sangat suka menggoda temannya.

"Gaes katanya besok kumpul di Cafe biasa, mau makan-makan di traktir sama Pandu!" ujar Olin lagi. Suaranya sengaja di naikan satu oktaf. 

Raden langsung melempar stik PS nya duduk di sebelah Pandu dengan wajah mengintrogasi. Bagaimana mungkin Pandu mengatakan itu? Cowok itu sangat jarang mengajak mereka berkumpul. Pandu lebih bucin kepada pacarnya.

"Oke besok, jam berapa?" tanya Falan.

"Habis pulang sekolah gak papa? Gue ada urusan soalnya, tapi gak mau melewatkan moment berharga juga!" ujar Raden kepada Pandu. 

"Kalian makan-makan sendiri aja, gue nggak pernah ngomong gituan. Halu lo," ujar Pandu.  

"Lah gimana si anjir?!" tanya Raden yang tidak terima. Rela membuang stik PS begitu saja demi mendapatkan informasi yang ternyata hoax

"Ih Pandu mah gitu, sekali-kali ajak kita makan dong!" ujar Hani ikut membujuk Pandu.

"Emang lo nggak pernah makan?" tanya Pandu.

"Udah setahun lebih gue gak makan, nih perut gue rata banget," ujar Hani.

Pandu melirik perut Hani yang memang rata. Sudah mengemil pun tetap seperti itu karena Hani memang tipe orang yang susah menaikan berat badannya walaupun sudah makan banyak. Antara beruntung dan tidak beruntung ketika di posisi Hani.

"Lo nggak hamil, makanya rata," balas Pandu.

"Ya udah hamilin gue!"

"ASTAGHFIRULLAH, TOBAT!" teriak Raden. Baru saja cowok itu kembali bergabung dengan Ajun di depan PS, langsung di kagetkan dengan ucapan Hani yang melantur itu. 

Eh, Mba CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang