(9) Blown Away

157 25 0
                                    

Ira sedang membaca buku di kelas, menunggu Mita yang tak kunjung datang. Kelas Ira sedikit ramai dengan perbincangan para penghuninya. Yuna sudah bergabung dengan teman lamanya, Ira pun memperhatikan mereka dengan sesekali mengerutkan keningnya. Seperti ada keganjalan di dalam hatinya ketika salah satu dari mereka melirik Ira dan detik itu juga Yuna tertawa setelah berbisik-bisik.

Ngomongin gue deh kayaknya, batin Ira.

Berusaha menghiraukan mereka, tak jarang pula Ira mengumpat di dalam hati kepada Yuna. Sepertinya Yuna dan temannya memang sedang membicarakan dirinya. Terbukti kala Mita lewat, gerombolan tersebut langsung diam.

"Tumben pagi," ujar Mita sambil melepas tas nya.

"Mit, duduk deh," ujar Ira.

Hatinya sudah panas, Ira tidak bisa berfikie positif lagi kepada Yuna. Tapi ia juga tidak akan berbuat nekat, misalnya menggebrak meja mereka karena ketahuan menggosipi Ira. Takutnya nanti malah Ira yang dipermalukan karena gadis itu tidak mempunyai bukti.

"Yuna kek lagi gosipin gue," ujar Ira saat Mita sudah menatap dirinya.

"Kenapa emang?" tanya Mita.

"Ningrum kan liatin gue, terus pas Yuna udah bisik-bisik. Mereka ketawa," ujar Ira. Wajahnya terlihat sedih. Itu tidak di buat-buat, karena Ira akan merasa dirinya punya salah kepada mereka.

"Tapi penampilan lo kaya biasanya kok Ra, cantik. Mungkin Ningrum nggak sengaja liat lo, jangan overthinking," ucap Mita menenangkan sahabatnya.

Ira berbisik kepada Mita untuk mengubah posisinya. Setelah itu Ira beranjak dari duduknya dan menghampiri meja Yuna. Mita memperhatikan.

"Yun, lo lagi ngomongin siapa sih?" tanya Ira.

Yuna yang sedang tertawa, langsung terdiam.

"Kepo lo," jawab Yuna.

"Ira nanya sopan kok lo jawab begitu?" tanya Mita tidak terima. Masih duduk dengan santai, melipat tangannya di depan dada.

"Ya lagian ngapain nanya, kan dia bukan sahabat gue," ujar Yuna. Membalikan ucapan Ira saat ia ingin menyontek jawaban Mita.

"Hm, kalo udah gini gue tau sih. Lo pasti ngomongin Ira," ujar Mita. Menatap tajam Ningrum yang langsung menundukan kepala.

Mita itu terkenal galak di kelas. Mereka berani ngomongin Mita di belakang, tapi kalau udah di samperin ya langsung diem nggak ngomong apa-apa. Mita tidak mempermasalahkan itu semua, lebih baik ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan di belakangnya daripada ia harus tahu. Tapi kalau Ira itu urusan beda, Yuna sudah memberi kode kalau ia dan teman-temannya memang membicarakan Ira.

"GR banget sih, kaya siapa aja mau di omongin. Emang Ira siapa di sekolah ini?" tanya Yuna.

Ira mengerutkan keningnya. Setahu dirinya ia tidak mempunyai masalah sebelumnya dengan Yuna. Apa Yuna marah karena dirinya tidak memperbolehkan ia menyontek jawaban Mita?

"Kalo bego jangan di tunjukin banget kali. Ira ya murid disini, pake nanya," jawab Mita. Santai tapi menusuk.

"Pantes sih kemarin lo nggak ditemenin sama mereka," ujar Ira. Melenggang pergi dan duduk di samping Mita lagi.

Yuna diam, ia mulai menatap teman-temannya yang sedang diam juga. Di benak Ningrum, ia juga menyetujui ucapan Mita dan Ira. Yuna sebenarnya baik, tapi ucapannya menusuk. Nah tahu kan definisi begitu?

"Jangan di ladenin lagi, Mit. Biarin dia mau ngomong apa," ujar Ira.

"Kan lo duluan yang ladenin mereka."

Eh, Mba CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang