Selamat Membaca^-^
****
"Nggak mau kalau Kak Naja belum maafin," ujar Ira.
Oh ayo lah. Wajah Ira sangat menggemaskan di mata Naja. Cowok itu mati-matian untuk menahan diri supaya tidak mencium pipi Ira. Sebenarnya Naja masih ingin memeluk Ira karena cewek itu tidak memberikan penolakan. Namun, ia sadar sekarang masih di sekolah dan tidak patut untuk berpacaran di lingkungan sekolah.
Pada akhirnya. Niat Naja yang ingin mencium pipi Ira tidak terlaksanakan. Naja memilih mengelus rambut cewek itu dengan lembut.
"Udah gue maafin," ujar Naja.
"Nanti makan bareng di kantin, gak usah malu-malu," lanjut Naja lagi.
Sepertinya Ira ingin menolak. Namun, Naja melihat anggukan perlahan dari kepala Ira. Cowok itu tahu kalau pacarnya sedang merasa ragu. Masih merasa takut dan malu-malu.
"Nggak papa, nggak ada yang ngelarang juga," ujar Naja untuk meyakinkan.
"Iya, Kak."
"Jangan lupa baikan sama Mita."
Ucapan Naja yang terakhir sebelum Ira benar-benar pergi dari lorong tersebut langsung di pikirkan cewek itu. Sampai di kelas dan pelajaran berlangsung. Terkadang Ira mencuri pandangan untuk melihat Mita yang terlihat sangat serius dan tidak meladeni Ningrum yang bercerita.
Biasanya Ira yang akan bercerita kepada Mita pada saat jam pelajaran. Ira sangat merindukan moment-moment kebersamaan mereka berdua. Sekarang Ira sangat jarang bercerita dengan temannya apalagi bersama Renata. Karena Renata adalah tipe siswi yang teladan dan rajin. Jika sedang di ajar guru, cewek itu jarang sekali bicara dan memilih untuk menyimak apa yang sedang guru itu jelaskan.
"Lo pasti kangen kan sama Mita?" tanya Renata dengan berbisik.
Ira menoleh. "Hah? Nggak, biasa aja."
"Iyaa deh yang nggak mau ngaku."
Setelah itu, Ira dan Renata kembali terdiam. Kata-kata Naja masih terngiang di kepala Ira. Ira menatap hena di tangannya, bertulisan SD. Masih belum hilang karena baru beberapa hari di tulis di pergelangan tangannya dengan huruf kecil.
Sudah 3 hari mereka bertengkar. Mita juga tidak menyapa Ira sama sekali, mereka berdua sama-sama menghindar. Ira mengelus tulisan hena tersebut yang artinya adalah Syahira Demita. Dipergelangan tangan Mita juga ada, tetapi Ira tidak tahu tulisan tersebut masih atau sengaja di hilangkan Mita.
Guru keluar setelah menjelaskan materi dan mereka disuruh mengerjakan soal. Ira menyenggol lengan Renata sehingga Renata mencoret bukunya sendiri. Renata mendengus kesal sedangkan Ira terkekeh.
"Maaf," ujar Ira masih dengan tertawa kecil.
"Nanti ke kantin bareng gue lagi, ya? Atau lo mau sama temen yang lain?" tanya Ira.
"Sama lo aja deh, temen gue suka ke kantin sebelah," ujar Renata.
Walaupun Renata tidak terlalu akrab dengan Ira. Cewek itu masih mempunyai hati nurani, tidak mau membuat Ira sendirian di kantin padahal Mita selalu bersama Ningrum. Ira juga termasuk temannya. Mungkin saja nanti kalau Ira sudah berteman kembali dengan Mita, Renata akan terlupakan. Namun, apa salahnya menjadi orang baik?
"Nomer ini jawabannya dimana sih, Mit?" tanya Ningrum di sela-sela keheningan yang selalu melanda mereka berdua.
"Halaman 34, makanya teliti," ujar Mita.
Ningrum menyengir. "Tadi udah gue bolak-balik di bagian ini. Nggak ketemu juga."
Mita semakin menjadi orang pendiam setelah bertengkar dengan Ira. Karena memang cewek itu tidak terlalu humble kepada semua orang. Ia memang tipe orang yang sulit beradaptasi, namun setelah akrab ia akan menunjukan sifat aslinya. Seperti bersama Ira, Mita selalu menjadi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eh, Mba Cantik
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT] Syahira Iva Maheswari. Seorang gadis yang bersekolah di SMA Adijaya, pernah dibingungkan dengan dua orang laki-laki yang mempunyai julukan mas Alfamart dan mas Konter. Namun siapa sangka jika orang tersebut adalah satu orang yang...