Chapter 23-

241 30 0
                                    

Warning! Beberapa kata mungkin typo dan mungkin alur cerita ini mirip dengan karya orang lain, tapi cerita ini pure dari imajinasi author. Jadi, selamat membaca!






" Kau bisa menjaga amanah dariku kan? " Malay bertanya kepada Timor.

Timor mengangguk gugup. Dia dan Nesia akan pergi ke rumah sepupunya selama dua hari libur. Dan Malay menyuruhnya untuk selalu mengawasi Nesia. Walaupun Timor sedikit kebingungan, Timor hanya mengiyakan saja.

Sebenarnya, Timor juga ingin untuk terus mengawasi kakaknya itu. Tetapi dia merasa tidak enak karena itu sama saja dengan dia tidak percaya kepada Nesia.

" Oke deh, sana urusin barang kamu dulu. Nesia sudah menunggu di depan. " Malay kembali berkata. Timor berlalu pergi sambil mengangguk.

Singa yang sedari tadi memperhatikan Malay dan Timor dari ruang keluarga menghampiri Malay. " Jadi bagaimana? " Singa bertanya kepada Malay.

" Aku sudah meminta Timor untuk mengawasi Nesia selama mereka di rumah Jaka dkk. " Malay menjawab pertanyaan  Singa.

" Semoga dia bisa mengawasi Nesia, soalnya akhir akhir ini setelah Nesia datang kembali, semua kembali menjadi abnormal juga. " Singa berkata.

Malay mengangguk, memang benar. Semenjak Nesia kembali kesini, Nesia terlihat berubah. Awalnya Malay tidak mempedulikan hal tersebut, selama tidak mengganggu kenyamanan. Tapi sekarang itu malah mengganggu.

Contohnya saja tentang makanan waktu itu, Nesia yang biasanya tidak suka marah marah hanya karena Viet ledek malah tidak ingin berbicara dengan mereka. Thai pun dia tinggalkan memasak keesokan paginya.

Dia yang biasanya suka berkumpul bersama Malay dan Phil, atau bersama sahabat-sahabatnya, kini sering hilang tidak tau kemana.

Di bilang marah? Tidak sih..
Di bilang trauma? Juga tidak, buktinya dia sangat senang saat kembali kesini, dia tidak menghindari siapapun kan?
Tapi kenapa dia jadi aneh?

Ya.. Itulah yang sedang mereka cari tau sekarang.


" Timor! Cepetan~ " Nesia memanggil Timor dari luar rumah.

" Sebentar kak! " Timor membalas, dia segera menyandang tasnya. Berlari dari lantai atas menuju kebawah. Melewati kembali Malay dan Singa.

" Jangan lupa ya. " Singa berkata kepada Timor. Timor mengangguk kecil, kemudian berlari menuju keluar rumah.

" Oke, Timor sudah siap kak. Yuk kita pergi! " Timor menepuk kecil lengan Nesia yang sedang membaca buku di bangku luar rumah.

" Okey? Ayo " Nesia beranjak ke sepedanya, diikuti oleh Timor. Nesia menaiki sepedanya, lalu Timor duduk di kursi penumpang di sepeda Nesia.

Ya, mereka memang biasanya hanya menggunakan sepeda untuk ke rumah sepupu mereka. Karena jarak rumah sepupu mereka tidak sampai 5 km.

" Pegangan ya? " Nesia berkata kepada Timor, Timor mengangguk.

Nesia mulai mengayuh sepedanya. Nesia mengayuh lambat, agar bisa merasakan sejuknya angin sore di sepanjang jalan menuju rumah sepupu mereka. Karena jalan kesana hanya memiliki hutan dan cuma melewati satu lampu merah.

Jalan disana lumayan sepi. Tapi masih ada beberapa rumah disekitar pinggir jalan. Terlihat beberapa anak sedang bermain bola, beberapa ada yang sedang bermain masak-masak, dan hal-hal lainnya.

Setelah 15 menit mengayuh sepeda, Nesia dan Timor telah tiba di rumah sepupu mereka. Terlihat Yogya, Maluku dan Bali sedang menyiram tanaman. Terlihat juga Papua, Kalteng, dan NTT sedang memberi makan binatang di kebun- eh bukan di kandang hewan maksudnya.

「 TR(US)T 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang