Warning! Beberapa kata mungkin typo dan mungkin alur cerita ini mirip dengan karya orang lain, tapi cerita ini pure dari imajinasi author. Jadi, selamat membaca!
Hari Minggu di sore hari, Nesia dan Timor pamit untuk pulang kembali ke rumah ASEAN. Timor dan Nesia melambaikan tangan kepada mereka, lalu menaiki sepeda dan mulai mengayuhnya.
Di sepanjang perjalanan, tidak ada pembicaraan diantara mereka, membuat Timor merasa risih. Karena biasanya Nesia akan mengajaknya bicara disaat seperti ini.
Nesia tiba-tiba tertawa dan berkata kepada Timor, " Timor, aku ingin bertanya sesuatu boleh tidak? "
Timor menoleh kepada Nesia, lalu bertanya, " Ehm.. Boleh, nanya apa Kak? "
Nesia belum menjawab, lalu kembali tertawa, Timor bergidik ngeri dibuatnya. Nesia terlihat seperti orang yang sakit jiwa dan bisa kapan saja menabrakkan sepeda itu.
" Kau tau dimana Nesia sekarang? " Nesia bertanya kepada Timor. Pernyataan yang membuat Timor bingung sekaligus takut.
" Hahaha, maksudnya gimana kak? Kan kakak sekarang disini sama Timor.. " Timor menjawab seadanya, berusaha untuk tetap terlihat biasa saja.
" Oh, ahaha, kau mengerti kan maksudku? Jawab saja. " Nesia kembali bertanya kepadanya.
Kali ini Timor benar-benar panik, karena Nesia kembali bertanya. Dan sepertinya Nesia tau bahwa selama ini Timor mengawasinya.
" Kau selama ini memperhatikanku kan? Apakah kamu mencari sesuatu dariku? " Nesia kembali bertanya.
Timor meneguk ludahnya, ' tepat pada poinnya. Aduh bagaimana ini? ' Timor semakin panik.
Nesia tiba-tiba memberhentikan sepedanya, membuat Timor langsung beranjak dari sepeda tersebut, lalu menatap takut kepada Nesia.
Nesia berjalan mendekati Timor, membuat Timor yang otomatis menjauh dari Nesia. Tetapi Nesia terus maju, sehingga Timor hampir terjungkal ke dalam hutan. Untung saja Nesia menahan tangannya agar ia tidak terjatuh.
Nesia menatap tajam Timor, kemudian berbicara, " Hei, dengar. Aku tau semenjak datang kesini kalian mengawasiku kan? Tidak usah bertanya mengapa aku bisa mengetahui hal tersebut. "
Timor memalingkan wajahnya, berusaha sebisa mungkin untuk tidak melihat Nesia. Tetapi Nesia memegang dagunya dan memaksanya untuk melihat Nesia.
Timor terkejut, karena tatapan mata kakaknya tersebut, bukan yang biasa ia lihat, melainkan tatapan kematian yang seakan akan segera membunuhnya. Timor akhirnya hanya bisa memejamkan matanya.
" Ku beritahu sekarang, lebih baik kalian semua menjauh dariku. Aku tidak suka diperhatikan oleh kalian. " Nesia melanjutkan perkataannya.
" Atau tidak, kau lihat ini.. " Nesia berkata kembali, Timor refleks membuka matanya karena perkataan Nesia.
Terlihat bambu-bambu runcing sudah berada di samping kiri dan kanan tubuhnya. Tiba-tiba bambu-bambu tersebut bergerak cepat kearah Timor. Timor terkejut dan langsung melindungi kepalanya, takut jika bambu-bambu itu akan menusuknya.
Setelah Timor memastikan bambu-bambu tersebut tidak menikamnya, ia kembali memberikan pandangannya kepada Nesia. Bambu-bambu tersebut tinggal beberapa senti dari tubuhnya.
Nesia memegang bahu Timor, lalu berbisik ke telinganya, " Aku tidak akan segan untuk membunuh kalian semua, begiut juga dengan kakakmu.. "
Timor sangat terkejut, berarti benar. Selama ini bukan Nesia yang ada bersamanya, tapi tiruan Nesia. " Di-dimana kakak hah?! " Timor membentak Nesia dengan perasaan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
「 TR(US)T 」
Hayran Kurgu"Jagalah Dia sebelum Dia jatuh ke tangan orang yang salah.." Semua orang tua akan mempercayai anaknya, kan? Apakah aku orang tua yang seperti itu? Orang tua juga harus selalu melindungi anaknya kan? Tapi aku merasa tidak bisa memenuhinya. Aku mera...