Berita dan fakta terbaru mengenai hubungan Darren dan Vivi, membuat satu sekolah gempar, para fans Darren pun patah hati dibuatnya, terutama Tania yang menjadi salah satu fans berat Darren, dia sangat kesal dengan berita itu sampai-sampai dia menghampiri kelas Sasa, dan dengan sengaja memanas-manasinya, agar ikut menemaninya memberi pelajaran pada Vivi.
"Sa, lo pernah bilang kalo Boy pernah taruh surat di salah satu loker murid kan?"Tania menarik salah satu kursi di dekatnya, mendudukinya, dan mulai bertanya. Suasana kelas tak begitu ramai, siswa-siswi sudah beranjak keluar, di saat jam istirahat seperti ini, hanya beberapa siswa saja yang masih menetap di kelas.
"Ya, terus kenapa?"balas Sasa membalikan pertanyaan.
"Gue tau Boy taruh surat di loker siapa, dan buat siapa,"ungkap Tania, matanya seakan mengatakan kejujuran, padahal dia tidak tahu apapun mengenai hal itu.
"Siapa?"Sasa kembali bertanya, tatapannya menatap Tania dengan serius dan penuh rasa penasaran.
"Vivi,"tuduh Tania, satu kata yang cukup memancing emosi Sasa.
"Apa, wah bener-bener ya itu cewek, bener-bener harus dikasih pelajaran, lo tau ga, gara-gara dia, gue sama Boy itu berantem, bahkan sampai sekarang, gue diem-dieman sama Boy, dimana dia sekarang,"Sasa terkejut dengan pernyataan Tania, berdiri dengan rasa penuh emosi
"Hm...dia kayaknya di ruang musik deh, gue ikut lo kesana, lo mau nemuin dia kan, gue juga mau kasih dia pelajaran, lo tau kan dia udah ngerebut Darren dari gue, gue ga akan lepasin dia begitu aja,"Tania bangkit berdiri, berjalan bersama dengan Sasa, menemui Vivi yang sedang berada di ruang musik
***
"Heh...lo jadi cewek bisa ga, ga kegatelan, udah gangguin Boy, sekarang malah jadian sama Darren, sok cantik banget sih jadi cewek, iyuhhhhh...."Tania mengibaskan rambutnya yang panjang ke belakang punggung.
"Asal lo tau ya, Darren itu punya gue, milik gue, bukan punya lo, jadi lo ga seharusnya jadian sama dia, ngerti lo,"Tania sengaja menekan-nekan bahunya Vivi, yang sejak tadi hanya diam, dan sibuk dengan gitarnya.
"Apa sih mau kalian hah...gue ga ada urusannya yah sama kalian, bisa ga, ga ganggu gue,"Vivi meletakan gitarnya di atas meja bersama dengan buku catatannya, berdiri menggertakan bibirnya menahan emosi.
"Lo tau jelas apa mau kita, gue minta lo putusin Darren, dan jangan ganggu Boy, karena Boy milik gue, Darren milik Tania,"perintah Sasa berkacak pinggang.
Vivi menaikan sudut bibirnya, tersenyum remeh, "Kalian pikir mereka itu barang apa, sekarang gue tanya sama kalian, ada tulisannya yang menyatakan mereka milik kalian?hak apa kalian nyuruh gue putus sama Darren, dan sorry untuk Boy, gue ga pernah ganggu dia, jangankan ganggu, ngobrol aja ga pernah, lucu banget sih,"
"Jangan bohong, lo sering kan nerima surat kaleng dan hadiah-hadiah, lo pikir gue ga tau, lo pikir gue akan tutup mata dengan semua itu, hah...HEH...ngaca dong lo, punya kaca ga sih di rumah, lo itu ga pantes sama Boy atau Darren, dasar cewek gatel,"cibiran Sasa bahkan lebih tajam daripada sebilah pisau, begitu menusuk Vivi.
"Tunggu...maksud lo, Boy yang selama ini ngasih surat-surat dan hadiah itu ke gue?kok gue ga paham ya...maksudnya apa ngasih itu semua,"Vivi menaikkan kedua alisnya.
"Ya iyalah, wah...pura-pura bodoh nih anak,"Sasa memutar bola matanya kesal, dia melipat kedua tangannya di depan dada.
"Udahlah...ga ada gunanya ngomong sama cewek gatel kayak dia, pokoknya ini peringatan pertama dan terakhir buat lo, lo putusin Darren dan jauhin Boy, atau lo akan menyesal, ngerti lo, cabut Sa,"Tania menunjuk-nunjuk Vivi dengan geram, berjalan ke arah pintu, disusul oleh Sasa.
"Hahaha...kalian pikir gue akan ngikutin omongan kalian, gue ga takut, daripada kalian buang waktu ngancem gue, lebih baik lo Sa, urusin cowok lo yang bernama Boy itu, lo jaga dia, pegang dia erat-erat supaya ga kabur, dan untuk lo Tan, hello...tadi lo bilang apa, lo milik Darren..."Vivi terdiam sejenak, mengangkat kedua bahunya.
"Lo pikir gue ga tau, kalo Darren itu selalu nolak lo, gue kan sekelas sama kalian, oppps....sorry,"Vivi menutup mulutnya dengan salah satu tangannya sambil tersenyum mengejek.
"Banyak omong lo,"Tania membalikan tubuhnya, matanya menyala menyimpan kemarahan, dengan langkah cepat setengah berlari, Tania menghampiri Vivi, berniat menutup mulutnya dengan tamparan keras.
Tapi Vivi tak kalah cepat dari gerakan tangan Tania, dia seakan bisa memprediksi gerakan Tania yang berniat ingin menampar wajahnya.
"Ah...lepasin tangan gue..."protes Tania, menarik tangannya yang kesakitan karena cengkraman kuat dari Vivi.
Vivi tersenyum remeh,"Makanya kalo ga ada tenaga, jangan coba-coba ngajak ribut, lo pikir semua cewek itu lemah, lo pikir lo paling berkuasa, dan gue mau gitu nurutin keinginan lo sama itu anak buah lo, pergi darisini sebelum gue berbuat lebih kasar daripada ini,"tatapannya menatap Tania dengan tajam, seakan ingin menelannya hidup-hidup
Tania gemetar ketakutan, tangannya sudah terlepas dari cengkraman Vivi, tanpa berkata apapun lagi, Tania dan Sasa keluar dari ruang musik.
"Ada-ada aja sih itu orang, ganggu aja, huft..."Vivi kembali duduk di kursinya melanjutkan kegiatannya menulis lagu.
Sementara itu di luar ruang musik, sambil berjalan kembali ke kelas, Tania dan Sasa masih belum jera juga, mereka kembali menyusun rencana untuk membuat Vivi menjauh dari laki-laki yang mereka suka.
"Itu cewek ternyata kuat banget, kayaknya kita harus pikirin cara lain Sa, yang lebih halus, supaya dia mau ngikutin omongan kita,"
"Kayaknya gue ga ikut-ikutan lagi deh Tan, lo denger sendiri kan, dia ga pernah ganggu Boy, dan selama ini juga Boy ga pernah berusaha deketin dia, itu artinya memang Boy aja yang tertarik sama dia, bukan sebaliknya,"tutur Sasa sambil berjalan berdampingan dengan Tania.
"Yah...kok gitu, bisa aja kan dia pake ilmu apa gitu, untuk memikat Boy, coba lo pikirin lagi deh Sa, mana mungkin Boy bisa berpaling dari cewek cantik kayak lo,"ucap Tania masih berusaha agar Sasa membantunya.
"Ga, ga mungkin, lagipula dari awal gue juga tau Boy gimana, udahlah...gue ga ikut-ikutan,"
"Tapi Sa..."belum selesai Tania menyelesaikan kata-katanya sudah dipotong duluan sama ucapan Sasa.
"Gue duluan ya Tan, mau ke perpus dulu sebelum ke kelas, bye..."Sasa menepuk pelan bahu Tania, berlari kecil menuju ke perpustakaan.
"Ah...ya udahlah...kita liat aja nanti gimana,"dumel Tania pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (COMPLETE)
Teen FictionDarren seorang siswa SMA yang terkenal tampan, pintar, dan berprestasi, namun tak pernah disangka saat di luar jam sekolah, dia sering membully bersama teman-temannya, merokok bahkan mabuk-mabukan, meski begitu dia tidak pernah mempermainkan wanita...