Jam pelajaran telah usai. Siswa-siswi di kelas berjalan keluar kelas, berniat untuk pulang ke rumah masing-masing. Vivi masih setia menganggu dan mengekori Carla, yang berjalan menuju parkiran sekolah, sambil melirik ke kiri dan ke kanan, dengan perasaan yang tidak tenang.
"La, ayolah....gue pulang bareng lo ya,"rengek Vivi sambil merangkul lengan Carla.
Carla sudah sejak tadi mendengar rengekan Vivi, yang persis seperti anak-anak yang minta diberi makan oleh ibunya. Pasalnya setelah jam istirahat terakhir selesai, Vivi selalu mengganggunya.
"Lo kesambet apa sih Vi, tiba-tiba minta pulang bareng gue, ga biasanya...kan gue dari tadi udah bilang, kita beda arah, lagian gue juga ga langsung pulang, mau main dulu, nanti lo pulangnya kesorean, ortu lo nyariin, pulang sendiri aja ah..."jelas Carla melepaskan rangkulan tangannya dari Vivi. Vivi mengerucutkan bibirnya, tiba-tiba dia teringat kejadian saat dia ditahan Darren di kantin tadi.
“Vi, tunggu sebentar,”panggil Darren ketika dia berhasil menangkap tangan Vivi.
“Apaan sih,”protes Vivi melepaskan tangannya dari Darren.
“Gue cuma mau kasih ini buat lo,”Darren menyerahkan satu kantong tas kecil yang sudah sejak tadi dipegangnya.
“Apaan ini?”tanya Vivi bingung.
“Dipake ya, tadi gue makan di luar terus liat itu bagus, ga tau lo suka atau ga, tapi gue beli aja,”jelas Darren menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. Sedikit tertawa, Vivi menerima dan membuka bungkusan kantong itu. Diliriknya isi kantong itu, dia mengeluarkan isinya dari kantong itu, sebuah gantungan boneka bear kecil berwarna cokelat yang sangat lucu.
“Boneka?tumben banget...oke gue terima, makasih ya hadiahnya,”balas Vivi tersenyum tulus, walaupun dia terkenal galak tapi dia tipe orang yang selalu menghargai pemberian orang lain.
“Ya sama-sama, oh iya...nanti pulang bareng ya, lo kan ga bawa sepeda tadi,”ajak Darren, nada suaranya lembut, tak seperti biasanya.
“Ga, gue mau pulang sendiri, rumah gue kan deket darisini, lagian lo aneh, tiba-tiba nongol depan pintu rumah gue pagi-pagi terus kasih gantungan boneka begini, sekarang ngajak pulang bareng,"
"Gue baik salah, gue ga baik salah juga, gue itu cuma mau mulai temenan sama lo, syukur-syukur bisa lebih dari temen sih,"
“Maksudnya lebih dari temen?”Vivi mengerutkan keningnya, pertanda tak mengerti
"Yah itu deh, ah...udahlah...pokoknya lo harus pulang sama gue, gue ga terima penolakan, gue tunggu lo di parkiran sekolah nanti,"putus Darren tanpa memikirkan pendapat Vivi.
"Dih...seenaknya aja, ga...."Vivi menggantungkan kata-katanya, belum sempat Vivi membalasnya, tiba-tiba dari arah belakang ada yang datang dan merangkul Darren.
“Woi...dicariin dari tadi, kemana aja sih lo tadi sama Boy, eh...sekarang udah disini, berduaan lagi...cie...cie...”ledek Gio yang merangkul Darren, membuat Kenny ikut tertawa meledek.
“Apaan sih, gue cuma kebetulan aja ketemu sama ini cewek bar-bar,”jelas Darren beralasan.
“Tadi itu dia...dia nabrak gue, makanya kalo jalan dipake itu mata, udahlah gue mau ke kelas, kalo kalian masih mau disini silahkan, bye,”Darren berjalan cepat menuju ke kelasnya, Kenny dan Gio ikut menyusul.
“Apa sih itu orang, ga jelas banget, tadi ngasih ini, giliran temennya dateng, langsung marah-marah,”dumel Vivi, berjalan menuju ke kelasnya.
"Maunya apa sih itu orang, ga jelas banget ih...."omel Vivi, membuat Carla yang melihatnya bergidik ngeri.
"Woi Vi...kenapa lo tiba-tiba ngoceh sendiri, terus marah-marah lagi,"tegur Carla, membuat Vivi tersadar dari lamunannya.
"Eh...ga apa-apa, La...ayolah...gue pulang sama lo ya, nanti gue traktir deh, ya...ya...plisss..."Vivi masih mencoba merayu Carla, memasang wajah sememelas mungkin.
"Ya udah deh, tapi sekali ini aja ya, ah...ribetin banget sih lo,"dumel Carla, yang disambut dengan wajah riang oleh Vivi.
"Beneran...yeay....ayo..."Vivi kembali merangkul lengan Carla dengan erat, dengan senyum yang menular, membuat Carla ikut tersenyum melihatnya. Mereka berjalan bersama menuju parkiran.
Di sisi lain, tanpa mereka ketahui, ada Darren yang menunggu Vivi di dalam mobilnya, tanpa sengaja Darren melihat Vivi yang berjalan bersama Carla menuju mobil Carla.
"Loh...kok dia pulang sama Carla sih...kan gue udah bilang mau pulang sama dia, ih...tuh anak bener-bener ya...ngeselin banget, ga...gue ga boleh nyerah gitu aja, liat aja nanti...gue bakal dapetin hati lo,"Darren mencibikan bibirnya sambil menyalakan mobil, lalu keluar meninggalkan parkiran.
Keesokan malamnya, Darren kembali muncul di depan pintu rumah Vivi. Setibanya disana, dia tidak mengetuk pintu rumahnya, tapi menelpon Vivi, yang sedang berada di kamarnya. Mendengar handphonenya berdering di atas nakas, Vivi yang sedang menonton tv segera mengambilnya, dilihatnya layar handponenya, tertera nama cowok gila. Dengan malas Vivi mengangkat telpon darinya.
"Ha..."belum sempat Vivi menyapa dengan kata halo, suara dari seberang telpon sudah menyambut duluan, tanpa bertele-tele.
"Lo di rumah kan, bisa keluar sebentar, gue di depan rumah lo,"Darren menunggu dengan tidak sabar, mengetuk-ngetukan sebelah kakinya di depan pintu, jantungnya berdegup kencang. Hari ini dia berencana untuk mengatakan perasaannya pada Vivi, dia tak ingin berlama-lama menyembunyikan perasaannya, apalagi beberapa hari ini, banyak gosip mengenai surat kaleng yang diterima Vivi.
"Mau ngapain?ya udah tunggu,"Vivi menutup panggilan telponnya. Dia mengganti pakaian tidurnya, dengan t-shirt berwarna peach dan celana pendek, dan keluar menemui Darren yang berdiri di depan pintu, sambil memegang cokelat dan boneka kecil di tangannya.
"Kenapa?"panggil Vivi begitu pintu rumah terbuka. Darren yang semula berdiri membelakangi pintu, berbalik memandang Vivi.
"Lo..."Vivi menatap Darren dari atas ke bawah, pakaiannya rapi seperti orang yang akan pergi ke acara formal, dengan jas hitam berlengan panjang, serta celana bahan berwarna senada dan rambut yang ditata dengan style cowok korea, lengkap dengan boneka dan cokelat di kedua tangan Darren.
"Lo mau kemana?mau ngapain, bawa-bawa boneka sama cokelat segala,"tunjuk Vivi, matanya tertuju pada barang yang digenggam Darren.
"Vi, gue mau ngomong serius sama lo, gue ga mau nunda lama-lama lagi, gue ga butuh waktu berhari-hari untuk meyakinkan perasaan gue,"Darren menghela nafas pelan.
"Vi gue suka sama lo, gue...gue pengen lo jadi pacar gue, kalo lo nolak, lo ambil boneka kelinci ini, tapi kalo lo terima, lo ambil cokelat di tangan gue,"lanjutnya, jantung Darren semakin berdetak cepat, menanti jawaban Vivi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (COMPLETE)
Fiksi RemajaDarren seorang siswa SMA yang terkenal tampan, pintar, dan berprestasi, namun tak pernah disangka saat di luar jam sekolah, dia sering membully bersama teman-temannya, merokok bahkan mabuk-mabukan, meski begitu dia tidak pernah mempermainkan wanita...