Perpustakaan sekolah cukup besar, beberapa rak buku tertata rapi, mulai dari buku novel, komik, buku pelajaran, bahkan kamus dan ensiklopedia tersedia di rak buku itu, beberapa meja dan bangku diletakan di tengah dan di pojok ruangan, di sebelah kiri pintu masuk ada seorang penjaga perpustakaan dengan meja berbentuk melingkar.
Darren dan Boy serta beberapa siswa lainnya, yang biasanya menghabiskan waktu mereka di kantin atau di belakang sekolah saat jam istirahat, terpaksa harus berkumpul dengan buku-buku, mengerjakan tugas dari Bu Ros.
"Dar,"panggil Boy sedikit berbisik.
"Apa?"Darren yang sedang mengerjakan bagiannya menoleh menatap Boy yang duduk di sampingnya.
"Selesai ini, pulang sekolah ke tempat biasa yuk, udah lama nih lo ga ikut gabung sama gue dan temen-temen,"ajak Boy, Darren terlihat acuh tak acuh, kembali fokus ke tugasnya.
"Ga,"
"Yah...kenapa?oh iya...lo tau ga, si Mario udah mulai berulah, dia ga ngerjain tugas dari Bu Ros untuk kita, makanya kita bisa dihukum begini, padahal Gio sama Kenny dibuatin tugasnya, bener-bener itu si Mario harus dikasih pelajaran, gimana menurut lo Dar?"tanya Boy menoleh menatap Darren dengan tatapan menunggu jawaban.
"Hm..."gumam Darren tanpa menoleh sedikitpun, masih fokus dengan pekerjaannya.
"Dar, lo kok aneh sih, belakangan ini suka ngejauh dari kita, ga pernah ikut ke belakang lagi, terus juga ga pernah ikut kita beraksi,"balas Boy, kali ini lebih memelankan suaranya.
Suasana di perpustakaan cukup ramai, apalagi mereka mengerjakan hukuman tidak hanya berdua saja, ada siswa-siswi lain yang ikut mengerjakan bersama, dia tidak ingin ada yang mendengar obrolan mereka.
"Huft...Boy, udah deh selesaiin aja hukuman kita ini dulu, gue pusing denger lo ngomong mulu, urusan lain nanti aja baru dipikirin,"balas Darren beralasan.
"Ya...ya udah,"
Darren dan Boy kembali sibuk dengan buku-buku dan catatan mereka.
***
"Eh, ada yang liat Boy ga?"tanya Vivi pada salah satu siswi si koridor kelas.
"Oh, enggak liat Vi, mungkin di lapangan kali,"ucap seorang siswi yang berdiri sambil megenggam handphone di tangannya.
"Oh ya udah, makasih ya,"balas Vivi tersenyum tulus, lalu bergegas menuju lapangan.
Baik Darren, Boy maupun teman-temannya yang lain tak terlihat di lapangan itu, hanya beberapa siswa kelas X yang sedang bermain basket, Vivi kembali mencari Boy, bertanya pada salah satu siswa yang ternyata mengetahui keberadaan Boy, Darren dan kedua temannya.
"Eh....liat Boy ga?"
"Oh...Boy ada itu, tadi sih sama Darren, Kenny dan Gio, ada Mario juga, mereka jalan ke atas, ke rooftop,"jelas seorang siswa yang sedang duduk melihat handphonenya.
"Oh, ok deh, thanks ya,"Vivi berlalu pergi ke tempat yang ditunjukan padanya, sambil membawa kotak berisi surat-surat dan hadiah yang diam-diam dikirimkan oleh Boy padanya.
Sesampainya disana, dia melihat Mario yang sedang dikepung oleh Darren dan teman-temannya. Boy yang melihat Vivi datang dari kejauhan sengaja membuatnya marah pada Darren.
"Hey...ayolah...kalian bisa ga sih, ga maksa gue ikutin kalian begini, lagian Mario juga udah ngaku salah, udahlah...males gue, gue ga ikutan deh,"elak Darren.
"Hey bro...lo kenapa sih...kok aneh banget biasanya lo paling semangat kalo mau bully orang,"cibir Kenny
"Oh iya Dar, sebelum kita menghajar orang ini, gue mau bilang selamat buat lo hehehe...sorry gue melewatkan momen lo dapetin Vivi, ternyata lo bisa juga menaklukan hati cewek yang lo bilang galak itu cuma dalam beberapa minggu, selamat ya...lo menang, jangan lupa traktir gue nanti, oke bro..."Boy merangkul Darren.
"Maksud lo apa sih?"Darren melepas rangkulan Boy, matanya menangkap Vivi yang sedang berjalan ke arahnya, ternyata Vivi mendengar semuanya.
"Sorry udah ganggu kalian, gue kesini cuma mau kembaliin kotak ini, hm...Boy thanks, tapi gue ga butuh semua ini, dan makasih juga buat lo Dar, tapi kita sampe sini aja,"Vivi menaruh kotak itu, membalikan badannya lalu berlalu pergi, sambil berlinang air mata. Darren pun mengejarnya, sementara Kenny dan Gio yang tak mengerti memilih diam dan melepaskan Mario yang sudah berada di ujung tebing dengan batasan tembok yang hanya setinggi dada.
"Vi, dengerin gue dulu,"Vivi yang berlari menuruni tangga, tapi langkahnya masih kalah cepat dengan Darren, Darren berhasil mengangkap tangan Vivi.
"Cukup, lo ga perlu jelasin apa-apa, gue udah tau, gue udah ngerti semuanya, gue bisa terima dengan kebiasan lo yang membully, gue perlahan-lahan mengingatkan lo, tapi kali ini lo keterlaluan Dar, lo pikir hati gue terbuat dari apa, lo bikin gue jatuh cinta sama lo, lo buat gue terbuai dengan cara lo memperlakukan gue, Dar...gue ini punya perasaan, dan lo seenaknya aja mempermaikan perasaan gue, PLAKKK..."Vivi menampar Darren cukup keras.
"Itu untuk lo yang udah buat gue sakit hati,"Vivi kembali menuruni tangga, meninggalkan Darren yang beku di tempatnya berdiri, mengepalkan tangannya, menahan emosi yang membuatnya meledak.
Dengan cepat dia berlari menaiki tangga, mendorong pintu rooftop dengan kasar dan langsung meninju sahabatnya. Boy yang tidak siap menerima pukulan Darren pun terjatuh dan tersenyum sinis.
"Puas lo, lo sengaja kan ngomong gitu di depan Vivi, busuk lo Boy, selama ini gue anggep lo sahabat bahkan sodara buat gue, tapi lo justru nusuk gue,"
"Gue busuk atau lo yang busuk, lo bahkan ga lebih baik daripada gue, tapi lo selalu yang jadi nomor satu dimata orang-orang, gue kan udah pernah bilang sama lo, gue akan mendapatkan Vivi, see...sebentar lagi dia akan jatuh ke pelukan gue,"Boy berdiri dengan bangganya, tapi justru membuat Darren semakin geram, dia menarik kerah baju Boy, hendak memukulnya sekali lagi, tapi Boy kembali tersenyum sinis.
"Kenapa berhenti?pukul gue, setelah itu lo akan terima akibatnya, karena berani mukul gue di sekolah, apalagi ini masih jam pelajaran,"Boy tersenyum puas, saat Darren melepaskan kerah bajunya.
"Lagipula, omongan gue bener kan tadi, lo menerima game alias taruhan yang gue kasih ke lo waktu itu, cuma sayangnya setelah lo pikir-pikir lo justru berubah pikiran, dan menolaknya, lalu siapa sangka Vivi mendengar semuanya,"Boy menepuk bahu Darren pelan, berjalan keluar pintu meninggalkan dia, setelah Boy keluar, Darren berteriak kencang menahan marah.
Tiba-tiba dia mengerti maksud dari permintaan Boy waktu itu, saat dia mengajaknya pergi makan di salah satu cafe yang berada di dekat sekolah.
“Lo mau ngomong apa?”tanya Darren to the point
“Lo suka sama Vivi ya?”tuding Boy, berusaha untuk bersikap santai, Boy menyeruput segelas es jeruknya
“Kenapa lo nanya begitu?”alis Darren berkerut, tak mengerti maksud pertanyaan Boy
![](https://img.wattpad.com/cover/247970309-288-k946784.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (COMPLETE)
Teen FictionDarren seorang siswa SMA yang terkenal tampan, pintar, dan berprestasi, namun tak pernah disangka saat di luar jam sekolah, dia sering membully bersama teman-temannya, merokok bahkan mabuk-mabukan, meski begitu dia tidak pernah mempermainkan wanita...