Bagian Kesepuluh (2)

1 0 0
                                    

"Hosh...hosh...hosh...Darren buka..."teriak Kenny terengah-engah, nafasnya memburu karena berlari, jantungnya juga berdetak tak beraturan.

Tak lama kemudian bunyi suara pintu dibuka. Darren terlihat dari balik pintu.

"Loh ngapain lo kesini?lo bolos ya?"Darren memicingkan matanya curiga.

"Bisa minta minum dulu ga, haus nih, ada tamu biarin masuk dulu gitu,"

"Eh iya...sori...sori...ya udah ayo masuk,"

Kenny masuk ke dalam rumah besar Darren, rumah yang terlihat cukup besar dengan desain bernuansa modern, dinding yang diberi warna cream, membuat ruang tamunya terlihat begitu luas. Darren mengajak Kenny untuk duduk di sofa kulit berwarna coklat yang sengaja disiapkan untuk tamu yang datang berkunjung.

"Bi tolong air putih dinginnya ya satu,"teriak Darren, sambil mempersilahkan Kenny untuk duduk bersama dengannya

"Iya den,"sahut Bi Inem dari dapur

"Jadi ada apa lo kesini, lo bolos ya?nekat amat sih, kalo ketauan bisa disuruh sikat toilet loh,"

"Gue kesini mau bantu lo, lo masih cinta kan sama Vivi?gue, Gio sama Carla, punya rencana buat bantu lo sama dia bersatu,"lanjutnya.

"Caranya?"kening Darren berkerut, tak mengerti maksud Kenny.

"Lo inget ga, lo pernah bilang ke gue sama Gio, kalo lo yakin yang menyebabkan orangtua Vivi meninggal bukan papa lo, nah...gue kesini mau denger keseluruhan cerita lo, kalo bisa ada bukti yang menguatkan, jadi Vivi bisa percaya,"

Tak lama kemudian Bi Inem datang membawa nampan dengan segelas air putih dingin diatasnya.

Kenny mengambil gelas yang sudah ditaruh di atas meja, menenggak sampai habis,"Oh gitu, gue memang masih sayang sama dia Ken, tapi percuma aja, mau coba jelasin juga, dia ga ngasih kesempatan, kalo soal bukti, gue udah ada bukti, rekaman suara papa gue yang menyatakan, kalo orang yang ditabrak itu namanya Dahlia dan sampe sekarang masih tinggal di panti asuhan,"cerita Darren, bersandar di sofa ruang tamu

"Ya udah, lo hari ini mau ke bandara kan, lo bawa itu buktinya ya, terus gimana sih ceritanya?kok bisa Vivi mikir kalo bapak lo yang udah bikin orangtuanya meninggal,"

"Ntar dulu, gue bawa ini bukti buat apaan?"

"Yah buat nunjukin ke Vivi lah kalo bapak lo ga salah, jadi dia ga benci lagi sama lo, eh...tapi kayaknya bukti itu aja ga cukup deh, nanti kita cari bukti lain deh ya, sekarang gue mau denger dulu cerita lo, masih ada waktu kan sebelum ke bandara?"Kenny memandang Darren serius, siap mendengarkan ceritanya dari awal sampai akhir.

"Ya masih sih, rada siang kayaknya ke bandaranya, gue nunggu kabar dari papa gue dulu,"

Prok...Kenny menepuk kedua tangannya,"Oke good,"

"Ya udah gue ceritain detailnya deh ya,"

Darren mulai bercerita pada Kenny, yang dimulai dari pernyataan Boy, tentang kecelakaan yang menimpa Vivi dan orangtuanya beberapa tahun yang lalu, sampai cerita dari papanya.

"Jadi gitu ceritanya, gue juga sebenernya bingung harus percaya ke siapa, ke pernyataan Boy atau omongan papa gue,"

"Satu-satunya cara adalah bukti, papa lo di rumah ada ruang kerja kan, kita kesana, kita cari bukti untuk mengungkapkan fakta ini,"Kenny berdiri, diikuti oleh Darren.

"Ikut gue,"

Mereka berjalan menuju ruang kerja papa Darren, yang melewati dapur. Di dapur tanpa sengaja mereka mendengar Bi Inem menelpon seseorang, yang diduga papanya Darren.

"Tuan, ini gimana nih?den Darren masih penasaran tuan, temannya datang, dan saya tadi tidak sengaja dengar obrolan mereka tuan,"

"Makanya sudah saya bilang kan, harusnya bibi jangan cerita ke Darren, tapi ya sudahlah...karena Darren masih penasaran tunjukin saja bukti-buktinya bi, saya ga mau nantinya Darren jadi ga percaya lagi sama saya,"jawab suara berat dari seberang telpon.

"Maaf tuan, baik tuan, nanti saya berikan bukti-buktinya ke den Darren,"

"Bukti apa bi?"Darren dan Kenny tiba-tiba muncul dari balik tembok, membuat Bi Inem terlonjak kaget.

"Den...ngagetin aja sih, ga anu...hm...anu..."jawab Bi Inem terbata-bata

"Itu den, maaf tadi bibi ga sengaja dengar kalo den lagi nyari bukti tentang kecelakaan tuan waktu itu,"

"Begini den, sebenernya ada rekaman cctv mengenai kecelakaan itu, waktu itu temen tuan yang seorang polantas, hampir menangkap tuan, karena berpikir tuan lari dari tanggung jawab,"Bi Inem mengambil nafas sejenak

"Temen tuan ini cewek den, cantik banget, masih muda lagi, tapi tuan ga jadi ditangkap, tuan minta bukti rekaman cctv yang menunjukan kalo dia bersalah, ditunjukinlah itu rekamannya, diam-diam tuan ngerekam di handphonenya, terus dipindahin ke laptop, dan terbukti tuan ga bersalah, tapi tuan tetap mau bertanggung jawab sepenuhnya, karena buat tuan ini juga kesalahannya, jadi gitu ceritanya den,"

"Laptopnya ada di ruang kerja papa yah bi?"

"Iya den, saya juga sempat melihat rekaman itu, karena waktu diputar saya juga ada disana, jadi waktu itu hujan deras, jalanan licin, tuan bawa mobil kencang karena buru-buru, terus waktu ditikungan jalan, tuan hampir nabrak mobil sedan hitam, tapi ga jadi tertabrak, karena mobil sedan hitam itu banting stir ke arah lain, dan menabrak mobil yang berlawanan arah, lepas dari itu, tuan justru menabrak mobil lain yang anggotanya pernah bibi ceritain itu,"cerita Bi Inem, membuat Darren mengaggukan kepalanya, begitu pula dengan Kenny

"Ini ga bohong kan Bi, bibi ga ngarang cerita kan?"Kenny menyipitkan matanya, curiga terhadap cerita Bibi Inem

"Kalo ga percaya ya sudah, den cari aja itu filenya sendiri di laptop tuan, di ruang kerjanya, udah ah...bibi mau lanjut kerja dulu, bye..."Bi Inem pergi meninggalkan Darren dan Kenny

"Ya udah, tunggu apalagi, ayo kesana,"Kenny menepuk pelan perut Darren. Darren berjalan ke ruang kerja papanya, disusul oleh Kenny

Saat Kenny dan Darren sibuk mencari file yang diberi tahu Bi Inem, sementara di kantin, Carla dan Gio sibuk menyusun ide untuk memulai rencana mereka, lewat chattingan di handpone yang sengaja mereka pegang dibawah meja, agar tidak terdengar oleh Vivi dan Boy yang sedang makan di depan mereka.

"Hm...Vi, lo udah tau belum?"ucap Carla memulai permainan.

"Belum, lo belum kasih tau, yah...ga tau lah gue,"balas Vivi sedikit tertawa

"Darren katanya mau pindah sekolah, dia mau keluar negri gitu, ga tau juga baliknya kapan, kemarin juga uda pamit sama gue dan Kenny, katanya hari ini mau ke bandara dia,"cerita Gio mendramatisir keadaan, cukup membuat Vivi syok

Bad Boy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang