Jam pelajaran telah usai, Vivi berniat menceritakan pada Darren tentang masa lalu dan traumanya.
"Dar,"panggil Vivi menatap Darren yang berada di sampingnya. Darren yang sedang menyalakan mobil, menoleh memandang Vivi.
"Hm...ada satu hal yang ingin gue ceritain ke lo, dan gue rasa karena status kita yang sekarang sudah pacaran, gue ga mau ada yang ditutup-tutupin sama lo, begitu pula dengan lo, bisa lo janji sama gue, untuk ga menutupi apapun, bisa kita belajar untuk saling terbuka satu sama lain, dan saling berkomunikasi?"
"Hm...iya, gue janji, dan sebagai pacar yang baik, gue akan jaga rahasia lo hehehe..."balasnya nyengir lebar
"Thanks,"Vivi pun tersenyum tulus.
"Dadar, sebelum pulang, bisa anterin gue ke suatu tempat?"lanjutnya.
"Kemana?"Darren mengerutkan keningnya.
"Nanti juga lo tau,"balas Vivi sambil memasukan handphone yang sejak tadi digenggamnya.
"Bukannya tadi mau cerita?"kerutan di kening Darren semakin dalam.
"Iya nanti, sekarang kita pergi ke suatu tempat dulu sebelum pulang ya,"Vivi tersenyum kecil.
"Ya ok lah baby, let's go,"seru Darren penuh semangat. Vivi kembali tersenyum, senyuman manis yang membuat jantung Darren kembali berpacu, berlompat-lompat kegirangan.
Ini nih yang bikin gue meleleh...manis bener itu senyum kayak gulali, baru pertama kali liat dia senyum begitu -batin Darren
"Pi, kamu kalo senyum ternyata manis juga ya, kemarin-kemarin galak bener, ga ada senyum-senyumnya sama aku, hahaha..."Darren tertawa lebar, teringat masa-masa pertama kali bertemu dengan Vivi sampai akhirnya berpacaran.
"Hehehe...lagian lo ngeselin sih, dari awal ngajak ribut melulu,"balas Vivi nyengir lebar.
"Oh iya ini, kemana lagi arahnya?"tanya Darren kembali menatap ke depan.
"Darisini belok kiri, bentar lagi sampai kok, ga jauh tempatnya,"Vivi memberikan arah jalan pada Darren. Setelah itu keduanya sama-sama terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah rumah, dengan papan besar bertuliskan PANTI ASUHAN KIDS LOVE. Terlihat beberapa anak-anak sedang bermain di halaman yang hijau dan luas, dua bangku berukiran kayu sengaja diletakan di beberapa tempat, untuk memudahkan para wanita menjaga anak-anak itu, juga ada sebuah pasir berukuran persegi yang tak jauh dari sebuah ayunan dan perosotan. Darren menatap Vivi bingung, menuntut penjelasan darinya.
"Iya, gue tau lo minta gue jelasin kan, kita masuk dulu ya, nanti gue jelasin di dalam,"balas Vivi seakan bisa membaca pikiran Darren. Mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah panti asuhan.
Di depan pintu panti mereka disambut oleh seorang wanita cantik, dengan tinggi kurang lebih 150cm, rambutnya diikat ponytail, dengan poni menyamping. Vivi dan Darren diajak menuju ke dalam sebuah ruangan, yang biasa disebut ruang rapat, sambil menunggu pemilik panti asuhan datang menemui mereka.
Pintu terbuka, seorang wanita paruh baya berumur sekitar tiga puluh limaan, dengan wajah baby face, yang membuat orang sering salah megira umurnya, memiliki tubuh yang seperti model, tidak kurus juga tidak gemuk, membuat pakaiannya cukup fashionable.
"Maaf membuat kalian menunggu lama, kami sedang sibuk membuat masakan untuk makan malam, silahkan duduk,"sapa wanita itu memperislahkan Darren dan Vivi duduk berhadapan dengannya.
Ruangan yang biasa disebut ruang rapat itu, tidak terlalu besar, tapi juga tidak kecil, terdapat sebuah lemari besar di dekat jendela bercat putih, serta sebuah lemari berkotak-kotak kecil yang terbuka, berguna sebagai tempat untuk menaruh beberapa buku dan alat tulis. Sebuah meja kotak panjang, dan beberapa kursi berwarna pastel diletakan di tengah-tengah ruangan.
"Perkenalkan nama saya Diana Safriella, biasa dipanggil tante Diana sama anak-anak disini,"wanita bernama Diana itu mengulurkan tangannya, yang disambut bergantian oleh Darren dan Vivi.
"Hm...maaf, tante Diana pemilik baru panti ini ya?karena sebelumnya saya ga pernah liat tante,"
"Oh iya, saya baru disini, baru sekitar satu tahun yang lalu, dulu pemiliknya bernama ibu Maria, tapi beliau sudah tidak tinggal di luar kota, dan ga mungkin lagi mengurus panti ini, saya kakaknya yang menggantikan beliau,"jelas tante Diana.
"Oh begitu, kami kesini hanya ingin melihat-lihat saja tadinya tan, maaf jadi merepotkan tante, saya dulu pernah tinggal disini selama beberapa tahun, saya pikir ibu Maria masih disini, makanya saya kesini mampir, mau menengok beliau sekalian main sebentar sama anak-anak,"balas Vivi terus terang, Darren yang duduk disampingnya sampai terbengong mendengar ucapan Vivi.
"Oh begitu, nama kamu siapa?"tanya tante Diana.
"Nama saya Vivian Zivana Letisa, biasanya dipanggil Vivi,"
"Oh...Vivi yah...dulu adik saya sering cerita tentang kamu, kamu lucu, tapi galak hehehe...dan ini teman kamu?"tante Diana kembali bertanya, hatinya merasa bahagia melihat Vivi yang tumbuh menjadi gadis yang cantik.
"Oh...ini pacar saya, namanya Darren tan,"Darren tersenyum melihat tante Diana saat diperkenalkan oleh Vivi.
"Oh gitu, ya sudah karena kalian hanya ingin mampir dan melihat-lihat, kalau begitu saya tinggal ya, silahkan berkeliling, tidak ada lagi yang ingin ditanyakan kan?"tanya tante Diana sebelum kembali ke dapur.
"Oh ga ada tan, makasih ya, maaf sekali lagi karena mengganggu aktifitasnya,"Vivi mengangkupkan kedua tangannya sebagai permintaan maaf.
"Ya tidak masalah, saya senang kalian kesini, anak-anak juga pasti senang karena ada yang datang menemani mereka bermain,"ucap tante Diana, lalu berlalu pergi.
"Jadi kamu bukan anak mama dan papa kamu yang sekarang?sebelumnya kamu pernah tinggal di panti ini?gimana ceritanya?"Darren memutar tubuhnya kesamping, memandang Vivi sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Satu-satu dong nanyanya, kayak wartawan aja nih hehehe..."
"Iya gue anak panti, mama dan papa gue sekarang itu bukan mama dan papa kandung, mereka mengangkat gue dari panti asuhan ini, mama dan papa kandung gue udah meninggal saat gue masih SD, dulu kita berencana pergi liburan ke Bandung karena nilai gue bagus, tapi di tengah jalan turun hujan disertai kilat dan petir, terus tiba-tiba ada mobil yang ngebut di perempatan jalan, papa gue berusaha menghindari mobil itu, dan akhirnya terjadi kecelakaan,"cerita Vivi mengenang masa kecelakaan itu.
"Lalu mama dan papa kamu?meninggal?"tebak Darren, cukup terkejut dengan cerita Vivi.
"Ya, mereka meninggal sebelum dilarikan ke rumah sakit, gue cuma luka sedikit, gue inget banget, waktu itu gue pegang lolipop yang dibeliin sama papa gue, lolipop itu berdarah sebelum jatuh di dalam mobil, yang bisa gue lakukan cuma nangis, gue ga tau harus gimana, gue...gue ngeliat sendiri papa dan mama gue meninggal di depan mata gue, sejak saat itu gue trauma dengan gelap, apalagi kalo hujan besar disertai petir dan kilat, makanya gue ga pernah keluar malem,"tutur Vivi
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (COMPLETE)
Teen FictionDarren seorang siswa SMA yang terkenal tampan, pintar, dan berprestasi, namun tak pernah disangka saat di luar jam sekolah, dia sering membully bersama teman-temannya, merokok bahkan mabuk-mabukan, meski begitu dia tidak pernah mempermainkan wanita...