"Hehehe...jangan gitu dong beb, nanti kalo aku bonyok kamu juga yang repot,"ucap Gio nyengir lebar
Carla dan Gio sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Vivi dan Boy datang menghampiri mereka.
"Hey...lagi pada ngomomgin apa nih?"tanya Boy menginterupsi.
"Ga...ga ada, biasa obrolan couple, hehehe..."balas Gio menyeringai, menampilkan sederet gigi putihnya
"Sejak kapan gue pacaran sama lo, males banget,"protes Carla merengut.
"Ciee...udahlah La, lo berdua cocok kok, eh...kita boleh gabung kan?"ucap Vivi duduk di samping Carla.
"Oh iya Vi, nanti pulang sekolah temenin gue ya,"ucap Boy yang duduk di samping Gio dan berhadapan dengan Vivi.
"Kemana?"
"Ke bioskop, gue dapat dua tiket nonton gratis, anggep aja kencan pertama kita setelah jadian hehehe..."Boy tersenyum lebar, bukannya senang, Vivi justru terlihat biasa saja.
"Oh...hm...gue ada acara,"
"Acara apa?"
"Ada deh,"balas Vivi cuek
"Vi bisa ikut gue sebentar?"
"Kemana?"
"Udah ikut aja ayo,"Boy menarik Vivi berdiri, keluar dari kerumunan kantin, menjauh dari Gio dan Carla, yang menatap mereka heran.
Boy dan Vivi tiba di depan perpustakaan, tangannya mencengkram kuat tangan mungil Vivi, membuatnya mengaduh kesakitan, sejak tadi dia memberontak, tapi tidak bisa terlepas,"Bisa ga lo bersikap layaknya orang yang memang berpacaran, setidaknya bisa kan lo ga permaluin gue di depan temen gue, waktu itu lo yang minta gue bantu, tapi sikap lo begini ke gue,"
"Kasar banget sih lo,"Vivi memegang tangannya yang memerah akibat ulah Boy
"Heh, gue ga pernah bilang akan memerankan sandiwara kita di depan mereka ya, gue cuma minta lo bersandiwara di depan Darren, supaya dia sakit hati melihat gue sama orang lain, jadi jangan salahin gue, kalo gue bersikap begitu ke lo, karena gue ga pernah punya perasaan apa-apa sama lo, semua ini juga cuma sandiwara kan, jadi lo juga jangan berharap lebih dari gue, kalo lo terus begini, lebih baik gue cari orang lain,"
"Jangan...oke, kali ini gue ngalah, tapi gue pastiin suatu saat nanti lo pasti akan jatuh cinta sama gue, dan melupakan Darren seutuhnya,"Boy pergi meninggalkan Vivi, yang tiba-tiba menangis.
"Boy berhenti, gue mau turun,"Vivi menepuk-nepuk punggung Boy, saat mereka sudah berada jauh dari rumah Vivi. Boy pun menghentikan laju sepedanya.
"Kenapa Vi?"tanya Boy saat Vivi sudah turun dari sepeda, dan berdiri di sampingnya.
"Makasih udah bantu gue, sorry tadi gue tiba-tiba bawa-bawa lo begitu di depan Darren, lo boleh pulang buat ganti baju lo, gue mau ke sekolah sendiri,"
"Lo yakin?"
"Iya,"
"Ya udah, nih..."Boy turun dari sepeda Vivi, membiarkannya kembali mengambil alih sepedanya, melambaikan tangan pada Vivi berjalan mencari transportasi umum
"Boy,"panggil Vivi, Boy pun menoleh, tangan Vivi memberikan isyarat agar kembali mendekat padanya.
"Lo bisa bantu gue?"
"Bantu apa?"
"Bantu gue balas dendam, bantu gue untuk buat Darren merasakan sakit yang gue rasain,"
"Bisa, satu-satunya cara, lo harus berpura-pura pacaran sama gue di depan Darren, kita lanjutkan sandiwara yang lo mulai tadi,"
"Oke,"Vivi mengulurkan tangannya, Boy tersenyum lebar menyambut uluran tangannya
Tangisan Vivi membuatnya teringat akan kejadian waktu itu. Salah memang, ga seharusnya dia minta bantuan pada Boy, tapi sudah terlanjur dilakukan, menyesalpun sudah tidak berguna.
"Asal lo tau Boy, mungkin sampai kapanpun gue ga akan bisa melupakan Darren, kenapa gue jadi lemah gini sih,"Vivi bicara sendiri, menghapus air matanya dengan punggung tangannya, lalu kembali ke kantin, menyusul teman-temannya.
***
Bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi, siswa-siswi segera merapikan perlengkapan sekolah mereka, bersiap untuk pulang.
"Vi, yuk pulang, udah selesai kan?"Boy menghampiri Vivi saat Pak Denis meninggalkan kelas.
Vivi yang sedang memasukan buku-bukunya ke dalam tas pun menyahut sembari melirik Darren,"Ayo, eh...tapi nanti sebelum pulang temenin aku jalan-jalan sebentar ya sayang,"
"Oke bu bos,"balas Boy menyatukan jempol dengan jari telunjuknya, sedangkan jari lainnya dibiarkan terbuka.
Darren yang sedang mencatat tulisan yang ada di papan tulis, terlihat tidak peduli dengan kemesraan yang ditunjukan pasangan sebangkunya itu.
"Yuk..."Vivi menggandeng tangan Boy, berjalan keluar kelas bersamanya. Setibanya di luar kelas, dia buru-buru melepaskan tangannya dari tangan Boy.
"Kenapa dilepas?mentang-mentang ga ada Darren lagi, gue rasa lo percuma ngelakuin ini deh, lo liat sendiri kan, tadi Darren keliatannya ga peduli lagi sama lo,"
"Kalo gue percuma ngelakuin ini, itu artinya gue udah harus menyerah dan menghentikan sandiwara kita, Darren keliatannya aja ga peduli, tapi gue tau dia cuma pura-pura ga peduli, dalam hatinya pasti dia cemburu liat gue sama lo, gue duluan bye..."Vivi hendak meninggalkan Boy, tapi lengan Vivi tiba-tiba saja digenggam olehnya, membuat langkah Vivi terhenti.
"Satu minggu, kita mainkan sandiwara ini dalam waktu satu minggu, kalo dalam waktu satu minggu itu, Darren benar-benar ga peduli lagi sama hubungan kita, dan dia ga cemburu liat lo sama gue, boleh gue minta lo buka hati lo buat gue?"
Vivi melepaskan genggaman tangannya dari Boy,"Gue ga bisa kasih jawaban ke lo, gue cuma minta lo jangan terlalu berharap, tapi kita liat aja nanti ya,"
Boy tersenyum miris,"Oke, ya udah, ayo ke parkiran bareng,"
Sesampainya di parkiran, saat Vivi sudah memundurkan sepedanya, dilihatnya ban sepedanya kempes, terpaksa dia harus menuntun sepedanya sampai di rumah, sambil mencari bengkel untuk memperbaiki bannya yang kempes.
"Vi kenapa?kempes?"Boy tiba-tiba muncul di depan bengkel yang memperbaiki sepeda Vivi, menghentikan motor besarnya, mengangkat kaca helm full facenya.
"Keliatannya?"balas Vivi malah balik bertanya, enggan membalas pertanyaan basa-basi Boy
'Udah tau kempes, ga liat tuh lagi diperbaikin bannya, basa-basi banget sih pertanyannya'batin Vivi.
"Ya udah sih santai, ayo naik, gue anter lo pulang, tinggalin aja sepeda lo, nanti kalo uda selesai gue bawa ke rumah lo,"
"Ga, rumah gue deket, ini juga paling cuma bentar, biar gue tunggu aja,"tolak Vivi
"Banyak protes, buruan naik, sebelum gue berubah pikiran nih,"perintah Boy.
"Ga mau, jalan ke rumah gue itu lewatin gang kecil, motor lo ga akan bisa masuk,"
"Emang ga ada jalan lain?"
"Ada sih, tapi cuma jalan itu yang cepet ke rumah gue,"
"Ya udah, kalo gitu gue nemenin lo sampe selesai, dan sampe ke rumah,"
"Udah ga usah, lo pulang aja sana,"usir Vivi
"Ga, gue mau nemenin lo disini, titik ga pake koma,"putus Boy
"Terserah lo deh,"balas Vivi pasrah
![](https://img.wattpad.com/cover/247970309-288-k946784.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (COMPLETE)
Ficção AdolescenteDarren seorang siswa SMA yang terkenal tampan, pintar, dan berprestasi, namun tak pernah disangka saat di luar jam sekolah, dia sering membully bersama teman-temannya, merokok bahkan mabuk-mabukan, meski begitu dia tidak pernah mempermainkan wanita...