Epilog

7 0 0
                                    

Hari pernikahan antara Cleoandra Zaqueenela dengan Hans Giorgino Alvero akhirnya tiba. Setelah penantian panjang selama 1 tahun, pekerjaan yang terus berdatangan membuat keduanya sibuk satu sama lain, dan terpaksa tinggal lebih lama di Amerika.

Pernikahan digelar di sebuah taman yang terbuka, banyak tamu yang berdatangan, mulai dari rekan kerja, mitra bisnis, teman-teman Darren dan teman-teman Tania. Nuansa putih dan hijau muda mendominasi dekorasi taman, terlihat begitu indah dan menyejukan hati.

Selepas acara ikatan suci pernikahan, para tamu dipersilahkan menikmati makanan yang sudah dihidangkan. Terlihat Darren sedang menikmati makanannya sambil mengobrol dengan Tania.

"Jadi ceritanya gue udah dimaafin nih?"ledek Tania sambil tertawa

"Terpaksa, lo kan uda jadi sodara gue, lagian lo juga udah punya Boy, jadi buat apa gue terus-terusan marah sama lo,"balas Darren mengangkat kedua bahunya.

"Hehehe...eh iya...Vivi sama Boy kemana ya?dari tadi belum keliatan,"

"Ga tau nih, oh iya...gue masih belum tau, gimana sih, lo kok bisa jadi sama Boy,"

"Jadi dia itu ternyata temen kecil gue,"

"Waktu itu, gue sama mama lagi belanja di mall, terus ga sengaja ketemu dia, nah...mama gue inget dia, gue juga baru tau kalo dia temen kecil gue, ternyata waktu kecil dia pernah suka sama gue, sampe sekarang dia masih inget sama gue,"cerita Tania tersenyum kecil mengingat pertemuan mereka.

"Kalo dipikir-pikir jodoh itu lucu ya, gue ngejarnya siapa, yang didapet siapa hahaha..."lanjut Tania tertawa, Darren pun ikut tertawa.

"Hayo...lagi pada ngomongin gue ya,"Boy tiba-tiba datang menghampiri Darren dan Tania, dan merangkul bahu Tania.

"Hai panda, hari ini kamu cantik sekali,"sapa Boy.

"Makasih bear,"balas Tania, membuatnya tersenyum, sabrina dress berwarna putih, dengan perpotongan gaun yang sederhana dan tidak banyak detail dan bahu yang sengaja dibiarkan tersekpos, serta rambut yang dibuat messy hair, dengan sisa rambut yang diikat sedikit ke belakang memang membuatnya terlihat anggun.

"Uhuk...uhuk...uhuk...gue mau nyari belahan jiwa gue dulu lah, bye..."pamit Darren, melenggang pergi meninggalkan Boy dan Tania yang tertawa.

Terlihat Vivi sedang memperhatikan kedua mempelai yang sedang duduk dan tertawa bahagia diatas panggung. Darren tiba-tiba datang menggengam tangan Vivi, dan tersenyum menatapnya, Vivi balas menatap dan tersenyum.

"Mikirin apa?"tanya Darren

"Ngeliat mereka bahagia banget, aku lagi mikir mungkin ga yah...kita sebahagia itu, kalo aja waktu itu aku ga menemukan kamu di bandara,"

"Hm..."

"Loh Vivi...kok disini, kenapa nangis?"Darren yang baru saja mengantar papanya di bandara, tanpa sengaja melihat Vivi yang sedang berjongkok sambil menangis di antara kursi penumpang.

Vivi mendongakan kepalanya, menatap Darren, mengambur ke pelukan Darren, sambil terus menangis.

"Eh...kenapa Vi?ada apa?kok nangis,"suara lembut Darren, menepuk-nepuk pelan bahu Vivi.

Sekitar lima menit, Vivi menangis sesunggukan di tubuh Darren. Setelah tangisnya reda, dia melepas pelukannya dari Darren.

"Aku kira kamu pergi, ninggalin aku, tadi Carla sama Gio bilang kamu mau pindah sekolah ke Amerika,"suara serak Vivi masih terdengar akibat tangisannya tadi.

"Hahaha...ga kok, aku ga kemana-mana, tadi cuma anter papa aku aja, dia, Tania dan mamanya, tante Cleo, yang juga akan jadi mama aku, ada urusan bisnis ke luar negri, supir papa lagi ijin, jadi aku yang anter,"

"Oh..."Vivi membulatkan bibirnya, tertunduk malu, membuat Darren gemas melihatnya.

"Takut banget ya kehilangan aku, hehehe..."ledek Darren

"Pede banget sih kamu,"Vivi mencubit hidung Darren, membuatnya meringis.

"Sakit tau, kayaknya kamu udah ga marah atau benci sama aku ya, oh iya...ada yang mau aku jelasin, tentang meninggalnya orangtua kamu...."kata-kata Darren terputus, tiba-tiba saja Vivi meletakan jari telunjuknya dibibir Darren.

"Sssttt...aku udah ga butuh semua itu, aku tau kalo semua itu cuma kebohongan yang dibuat Boy aja, dan selama ini aku juga ga pacaran sama Boy, aku cuma pura-pura pacaran sama dia, untuk buat kamu sakit hati, karena aku pernah membenci kamu, maaf, harusnya aku ga membalas kamu, maaf karena udah benci dan ga percaya sama kamu,"

"Ga perlu minta maaf, kamu ga salah kok, semua itu cuma salah paham aja,"tangan Darren kembali memeluk Vivi.

"Makasih karena kamu selalu ada, makasih karena kamu ga pernah membalas kebencian aku,"

Pelukan hangat Darren, terasa begitu nyaman bagi Vivi, rasa nyaman itu berganti dengan kecupan di kening Vivi. Tiba-tiba terdengar suara-suara temannya di sekeliling mereka

"Hm...cie...cie...hm...dunia terasa milik berdua, yang lain ngontrak hahaha..."ledek Carla, Gio, Kenny dan Boy kompak, mereka semua tertawa melihatnya.

Darren dan Vivi langsung melepas pelukan mereka.

"Se...sejak kapan kalian disitu, ngangetin aja sih,"seru Darren terkejut, begitu pula dengan Vivi yang tertunduk malu, dan salah tingkah.

"Sejak tadi, gimana....gimana La tadi, coba kita ikutin,"tawa Gio

"Makasih karena kamu selalu ada, makasih karena kamu ga pernah membalas kebencian aku, uh...uh...uh...gemas banget sih kalian,"tawa Carla semakin keras, begitupula dengan yang lainnya

"Heh...heh...heh...udah deh, kalian ngeledek aja bisanya, ayo pulang...bubar barisan,"Darren mengibas-ngibaskan tangannya mengusir Carla, Gio, Kenny dan Boy yang masih saja tertawa.

"Ada-ada aja sih mereka,"Darren tersenyum senang.

"Dar, kok ngelamun sih,"tegur Vivi, yang masih berdiri di samping Darren

"Hehehe...maaf, tadi tiba-tiba keinget kejadian di bandara,"

"Oh...ya udah, yuk...kita ke atas, ucapin selamat ke papa dan mama kamu,"

"Oke,"

Acara pernikahan terus berlangsung, setelah makan-makan selesai, diiringi ucapan selamat dari para tamu, kini waktunya mempelai pria dan wanita melempar bunga.

Dalam hitungan ketiga, Cleo dan Hans melempar bunga yang dipegang oleh mereka berdua. Lemparan bunga jatuh kepada Vivi, yang berada tak jauh dari mereka.

Semua orang bersorak gembira, termasuk teman-teman Vivi dan Darren.

***

7 tahun kemudian

"Dar, kamu cepat pulang ya, istri kamu sebentar lagi melahirkan, papa sama mama akan bawa Vivi ke rumah sakit dulu, nanti kamu nyusul ya,"Hans, papa Darren yang sekarang sudah tidak bekerja di perusahaannya, dan memilih tinggal di rumah, karena usianya semakin bertambah, uban di kepalanya juga semakin bertambah, dan kemampuan berpikirnya sudah berkurang, tapi tidak mengurangi ketampanannya, postur tinggi dan masih tegap di usianya yang sudah kepala enam, dia memutuskan untuk pensiun dan istirahat di rumah.

Vivi terus saja mengaduh kesakitan dan memanggil nama Darren, dengan cepat papa dan mama mertuanya membawanya ke rumah sakit terdekat dari rumah. Sesampainya disana, Vivi dibawa ke ruang bersalin. Tak lama kemudian Darren datang, dan menunggu kelahiran anaknya.

Satu jam berlalu, suara tangisan bayi pun terdengar, suster keluar dari ruang bersalin sambil menggendong bayi perempuan mungil itu.

Tangis Darren pecah, melihat putrinya lahir, dengan selamat, rasa syukur dia panjatkan kepada Tuhan atas segala yang telah didapatkannya, bahagia sekali rasanya, Vivi wanita yang sangat dicintainya, begitu banyak membawa perubahan dan kebahagiaan bagi dirinya.

Bad Boy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang