Mendengar langkah kaki Pak Denis mendekat, Darren, Boy dan teman sekelasnya kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.
"Pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru, siswa baru yanga ada di samping bapak ini namanya Vivi, nah...Vivi silahkan perkenalkan dirimu,"Pak Denis mempersilahkan gadis itu untuk memperkenalkan dirinya
"Pagi semua, nama saya Vivian Zivana Letisa, saya pindahan dari Bandung, kalian bisa panggil saya Vivi, salam kenal,"sapa Vivi pada murid-murid di dalam kelas. Para cowok yang tadinya berisik, langsung hening, diam dan hanya memperhatikan Vivi.
"Vivi boleh tau nomor handphone kamu, kamu cantik deh,"celetuk Riki, si raja gombal, membuat seisi kelas tertawa dan ikut-ikutan menggoda Vivi
"Hush...sudah...sudah...nah Vivi kamu boleh duduk, silahkan cari tempat duduk yang kosong ya,"ucap Pak Denis
Rambut kecoklatan yang sengaja digerainya, dengan sorot mata yang tajam, berparas cantik serta bertubuh mungil membuat para cowok menatap Vivi terpesona, tapi tidak dengan Darren. Dia hanya menatapnya sekilas, meskipun sempat terkejut mengetahui bahwa gadis yang ditabraknya kemarin satu sekolah, bahkan satu kelas dengannya.
Vivi berhenti di samping meja Darren, matanya menatap Darren seakan tak percaya bahwa mereka kembali bertemu.
Loh, bukannya ini cowok yang nabrak gue kemarin ya, ternyata dia sekolah disini juga, sekelas lagi -batin Vivi
Vivi melirik ke kiri dan kanan, mencari bangku kosong, tapi yang tersisa hanya di sebelah Darren.
Ini ga ada bangku kosong lagi ya, terpaksa deh duduk sebangku sama nih cowok sombong -batin Vivi
"Hm...gue boleh duduk di sebelah lo?"tanya Vivi masih berdiri di sebelah meja Darren, sambil menatap Darren yang sibuk mengalihkan perhatiannya, berpura-pura untuk tidak melihat Vivi.
Darren mengangkat kepalanya menatap Vivi sekilas dan mengganggukan kepalanya.
"Thanks,"Vivi menaruh tas ranselnya dan duduk di sebelah Darren.
"Baik anak-anak, buka buku kalian halaman delapan puluh, kita mulai pelajarannya,"perintah Pak Denis, seorang guru matematika, berumur sekitar 30an, dengan tinggi 170cm, berkacamata tebal, dan berkulit sawo matang serta berambut hitam rapi.
Dua jam sudah Pak Denis menerangkan berbagai rumus matematika di papan tulis, sementara para siswa bergelut dengan angka, berusaha memahami beberapa soal yang diberikan olehnya. Jam pelajaran matematika pun akhirnya selesai, bel tanda istirahat berbunyi.
"Baik anak-anak, sampai disini dulu pelajaran kita, jangan lupa tugasnya dikerjakan, untuk Vivi nanti kamu tanya teman-teman kamu ya, yang lain tolong bantu Vivi ya,"perintah Pak Denis mengakhiri ucapannya, berlalu meninggalkan kelas.
"Baik pak,"jawab siswa-siswi di kelas serempak terutama siswa cowok.
Siswa-siswi di kelas berhamburan keluar, ada yang ke perpustakaan, ada yang ke lapangan olahraga, ada yang memutuskan untuk mengisi perut mereka yang kosong di kantin sekolah. Kantin sekolah cukup ramai, berdesak-desakan untuk membeli makanan sudah biasa bagi siswa-siswi SMA Dream School, ruangan ber-AC yang cukup besar ini, membuat siswa-siswi nyaman dan betah berlama-lama menikmati makanan atau hanya sekedar mengobrol santai.
Cowok yang memiliki hobi mengoleksi action figure, menyukai film atau buku-buku anime ini, juga sangat menyukai gadis-gadis bertubuh mungil seperti Vivi, baginya cewek mungil itu punya daya tarik sendiri, karena secara fisik, tubuh mereka berbeda dengan wanita lainnya,"Dar, anak baru di kelas kita cakep juga ya, boleh juga dideketin,"Kenny membuka tutup botol air mineralnya, menenggaknya hingga tinggal separuh.
"Iya tuh Dar, coba lo deketin deh, eh...gue kenal lo emang belum lama, Boy yang lebih kenal lo, karena dia lebih lama dari gue, tapi sejauh yang gue tau, lo itu tertutup banget sih soal cewek, coba deh sekali-kali lo coba rasanya pacaran, enak tau...jangan jones terus kayak kita-kita gini,"Gio ikut memprovokasi, cowok yang paling pendek diantara Darren dan teman-temannya, bermata sipit, dengan tubuh yang sedikit berisi, dan mendapat gelar raja jones di sekolahnya.
"Eh...jangan salah, sorry yah...gue ga seperti kalian yang jones, gue kan uda punya Sasa, hehehe...”Boy terkekeh.
“Hm...iya lo enak Boy, eh...tapi kalo liat cewek kayak Vivi, bakal berpaling ga sih lo dari Sasa hahaha...”ledek Kenny
Boy Xaquino Collins, sahabat yang paling dekat dengan Darren, berteman sejak duduk di bangku SMP, membuatnya sangat mengenal Darren. Dengan wajahnya yang ganteng, tubuh atletis, kejahilan, serta rayuan gombalnya, tentu saja membuat para siswi jatuh hati padanya.
“Gue....deketin itu cewek, ga deh....makasih...kalian belum tau aja segalak apa itu cewek, jangankan deketin dia, liat mukanya aja gue uda males,”Darren menyandarkan tubuhnya ke kursi.
“Tuapi...kan...lo blom....tauk....ya...langnya...gimana,"mulut yang penuh bakso membuat cara bicara Kenny tak beraturan.
“Eh...tapi tunggu dulu, lo bisa bilang begitu, emang sebelumnya lo pernah ketemu dia?dimana?kapan?kok ga cerita sama kita,”Gio mencomot kentang goreng, mencolek sambal di hadapannya, lalu memakannya dengan lahap
“Panjang ceritanya, jadi gini...”Darren menceritakan pertemuannya dengan Vivi pada teman-temannya, sambil menikmati makan siang mereka.
"Oh, jadi gitu ceritanya...tapi yah...tetep aja lo yang salah Dar, walaupun dia juga salah sih, tapi yah...udahlah, lo jangan terlalu kesel atau marah juga, apalagi benci,"pesan Gio, menyeruput jus jeruknya
"Iya, karena katanya benci itu benar-benar cinta, nanti karena lo terlalu benci sama dia, lo malah jadi suka lagi sama dia,"Kenny ikut memberi nasehat
"Ga lah..."Darren menyuap sesendok nasi beserta potongan telur dadar ke dalam mulutnya.
Kenny melihat Vivi duduk seorang diri menikmati makanannya, tak jauh dari tempat mereka duduk,"Eh...eh...yang dibicarain orangnya ada tuh, ga jauh dari kita duduknya, dia denger ga yah...yang kita omongin, sendiri aja lagi makannya,"
"Dar, sana samperin, kesempatan emas, jangan disia-siain,"dukung Gio. Darren hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lo yang maju, atau gue yang kesana,"tantang Boy
"Buruan sana..."Kenny ikut-ikutan mendesaknya. Darren tetap berdiam diri di tempat duduknya
"Ah...ya udahlah, gue aja yang kesana,"Boy bangkit dari kursinya, berniat untuk menghampiri Vivi, sebelum akhirnya tangannya ditahan oleh Kenny
"Boy, lo udah punya Sasa, lo mau hubungan lo sama Sasa berakhir gitu aja, lo kan tau dia cemburuan banget,"
"Dia ga akan tau Ken, dia kan ga masuk hari ini, lagi sakit...lagipula gue juga ga ngapa-ngapain...cuma berusaha kenal sama temen baru aja, apa salahnya?udah...lepas,"Boy melepaskan tangannya dari Kenny, berjalan menghampiri Vivi yang sedang duduk, mendengarkan musik dengan headsetnya, ditemani nasi kari ayam dan segelas teh manis.
"Hm...hai...boleh gue duduk disini?"sapa Boy melambaikan tangannya, tapi tak ada respon dari Vivi.
Kesal karena sapaannya tidak direspon Vivi, dia menarik headset yang menempel di telinga Vivi.
"Apaan sih, ganggu aja,"protes Vivi, kembali memakai headsetnya.
Masih tetap dengan posisi berdirinya, Boy masih berusaha mengajak ngobrol Vivi,"Gue cuma pengen kenalan aja sama lo, oh iya...gue ajak lo keliling sekolah ya, lo kan baru disini, gue tau semua tempat di sekolah ini, jadi gue bisa bantu lo mengenal sekolah ini,"
Vivi berdiri, menarik salah satu ujung bibirnya dan terpaksa tersenyum.
"Makasih bantuannya, tapi gue rasa ga perlu, permisi,"Vivi berlalu begitu saja meninggalkan Boy yang masih terpaku di tempat. Kenny dan Gio yang melihatnya, tentu saja tertawa terbahak-bahak, sementara Darren hanya mengulum senyumannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/247970309-288-k946784.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (COMPLETE)
Genç KurguDarren seorang siswa SMA yang terkenal tampan, pintar, dan berprestasi, namun tak pernah disangka saat di luar jam sekolah, dia sering membully bersama teman-temannya, merokok bahkan mabuk-mabukan, meski begitu dia tidak pernah mempermainkan wanita...