Hubungan antara Darren dan Vivi berjalan dengan baik, hanya perbedaan beberapa pendapat yang menyebabkan mereka bertengkar kecil, termasuk saat Vivi menyinggung tentang kebiasaan buruk Darren yang selalu merokok dan beberapa kenakalan remaja lainnya. Tapi semua itu terselesaikan dengan baik, Vivi yang mengalah dan memilih menasehati Darren pelan-pelan, sementara Darren selalu bisa meluluhkan hati Vivi yang selalu galak padanya.
"Huft....Gue galak itu karena gue sayang, gue itu ga mau lo kenapa-kenapa, gue ga mau jadi orang yang memaksa lo untuk merubah kebiasaan buruk lo, karena gue tau, cowok itu ga mau diatur, tapi gue juga ga mau lo begini terus, ga baik buat kesehatan lo, ga baik juga buat orang lain,"Vivi menasehati Darren setelah emosinya mereda, mereka berdua duduk di pinggir lapangan futsal, menikmati waktu istirahat dengan saling bercerita.
"Iya Pi, gue tau kok, lagian aku berubah bukan cuma demi kamu, tapi demi diri aku sendiri, kamu tau ga, kemarin itu waktu di jalan aku ga sengaja liat seorang anak korban bullying, anaknya sih masih SD, dia mau dipukulin sama anak SMP gitu, aku kasian, jadinya aku tolongin aja, aku cepet-cepet turun dari motor terus hentiin mereka, awalnya sih mereka berontak, aku ancam mereka aja, pura-pura lapor polisi,"cerita Darren, kedua tangannya direntangkan ke belakang untuk menahan tubuhnya.
"Terus, anak SMP itu pergi?"Vivi memutar tubuhnya menatap Darren.
"Iya, mereka ketakutan, terus lari, setelah itu aku antar anak itu pulang, di jalan anak itu bilang makasih sambil cerita tentang dirinya yang selalu jadi korban bullying di sekolah, kamu tau ga, anak itu lucu, cewek sih, badannya rada gemuk, dikepang dua terus pake kacamata,"Darren sedikit tertawa mengingat anak kecil yang ditolongnya kemarin.
"Tapi dari situ aku sadar, kalo apa yang selama ini aku lakuin mungkin bisa menyebabkan mereka korban bullying jadi teringat sebagai kenangan pahit sepanjang hidupnya,"Darren menegakan tubuhnya, tak lagi merentangkan tangannya ke belakang.
"Iya begitu deh,"Vivi memiringkan kepalanya, mengangkat kedua bahunya.
"Iya, ya udah, aku janji akan berubah, udah dong, jangan ngambek melulu, senyumnya mana hehehe..."Darren nyengir lebar.
Vivi sedikit memaksakan dirinya tersenyum,"Iya...ya udah, aku percaya, eh iya, hari ini aku mau kembaliin surat-surat dan barang yang dikasih Boy nih, ternyata bener itu semua dari Boy, aku yang liat sendiri waktu itu,"cerita Vivi menatap Darren dengan serius.
"Oh, jadi bener dari dia, berarti yang waktu itu kamu bilang, kamu tau dari Sasa itu beneran dong, eh...tapi kenapa baru mau dibalikin sekarang?kan udah lama, lagian kenapa harus dikembaliin?"
"Iya, ya ga apa-apa, pengen kembaliin aja, lagian buat apa aku simpen itu semua, kan aku juga ga suka sama dia, sok kecakepan, udah punya Sasa juga, masih aja deketin orang lain, lagian aku kan udah punya kamu hehehe..."Vivi nyengir lebar, membuat Darren semakin gemas melihatnya.
"Oh..."balasnya tersenyum
"Ya udah yuk ke kelas, udah mau bel,"ajak Darren meraih tangan Vivi, yang langsung dilepaskan olehnya.
"Kenapa?"Darren mengernyitkan dahinya.
"Ini di sekolah Dar, ga enak sama yang lain,"
"Oh...ya udah, kita jalan sama-sama aja kalo gitu,"Darren berjalan berdampingan dengan Vivi menuju ke kelas.
Pelajaran pun kembali dimulai, Bu Ros meminta pada siswa-siswi di kelas untuk mengumpulkan tugas yang diberikan darinya beberapa hari yang lalu.
"Baik anak-anak, sebelum kita belajar materi baru, kumpulkan tugas kalian masing-masing di depan kelas, sekarang juga!"perintah Bu Ros, masih dengan posisi duduknya
Tanpa menunggu kata-kata kembali diulang, para siswa berhamburan menuju meja guru. Setelah itu Bu Ros memeriksa buku-buku yang telah tertumpuk di atas mejanya.
"Buku yang terkumpul hanya lima belas buku, yang lain kemana?"tanya Bu Ros membenarkan letak kacamatanya.
"Siapa yang tidak mengerjakan tugas, maju ke depan sekarang, sebelum saya menghukum kalian dengan sangat berat!"Bu Ros kembali memberi perintah.
Seperti anak SD, yang sedang dihukum karena berbuat kesalahan, dengan cepat siswa-siswi yang tidak mengerjakan tugas maju ke depan, terhitung ada sepuluh orang siswa yang tidak mengerjakan tugas.
Berdiri dari tempat duduknya, berjalan mondar-mandir di hadapan siswa-siswi yang tidak mengerjakan tugas.
"Jelaskan alasan kalian tidak mengerjakan tugas yang saya berikan, apa menurut kalian tugas dari saya tidak penting, atau kalian sudah merasa pintar, jadi tugas dari saya diabaikan, kalian berdua...jelaskan alasan kalian,"Bu Ros menunjuk Darren dan Boy yang sedang menunduk, tak berani menatap mata elang Bu Ros.
"Kita bu?"tanya Boy memasang wajah polos, sambil menunjuk dirinya dan Darren secara bergantian
"Iya,"balas Bu Ros menyilangkan tangannya di depan dada sembari mengetuk-ketukan kakinya tak sabar.
"Kita lupa bu, maaf bu bukannya sengaja mengabaikan tugas, tapi beneran deh bu, lupa....lupa...lupa...lagi kuncinya...ingat...aku ingat...ingat...cuma ingat syairnya,"Boy asyik bernyanyi membuat seisi kelas tertawa, sementara Bu Ros menatap Boy seakan ingin menelannya hidup-hidup.
"Maaf bu,"seketika Boy sadar akan tingkahnya yang membuat seorang guru sejarah bermata elang itu menatap geram terhadap dirinya.
"Heran saya, kapan sih Boy Xaquino Collins dan kawan-kawannya bisa berubah, dan kapan kalian-kalian ini bisa berubah HAH,"bentak Bu Ros
"Kapan aja boleh bu, eh...ma...maaf bu,"Boy meringis ketika Bu Ros mendekat dan menarik telinganya, membuat murid seisi kelas kembali tertawa.
"Bisa tidak kamu tidak bercanda,"Bu Ros melotot tepat di depan Boy.
"I...iya bu...maaf..."tangan Bu Ros masih setia berada di telinga Boy yang saat ini meringis kesakitan
"Sekali lagi kamu bercanda hukuman kamu akan saya tambahkan, bahkan lebih berat daripada yang lain, mengerti,"Bu Ros menatap Boy tajam
"Iya bu,"kali ini tangan Bu Ros telah lepas dari telinganya Boy. Boy hanya bisa memegangi telinganya yang memerah akibat tarikan yang diciptakan oleh Bu Ros tadi.
"Oke, sebagai gantinya kalian harus mengerjakan tugas lain, ini adalah tugas tambahan untuk kalian, kalian harus bekerjasama menjelaskan sejarah suatu kerajaan secara detail, dalam satu kelompok tidak boleh ada yang sama, dikerjakan dalam bentuk tulisan, tidak boleh mencari di internet, sumber kalian hanya boleh dari buku, terserah dari judul buku apa saja, oh iya...tuliskan juga sumbernya dari buku mana yah...dan satu lagi, tulisan harus rapi agar bisa dibaca, mengerti,"tegas Bu Ros.
"Ehm...saya tunggu besok pagi, bagi yang tidak mengumpulkan siap-siap dapat tugas tambahan, paham,"lanjutnya.
"Paham bu,"jawab siswa-siswi yang berada di depan kelas serempak
"Oke kalian boleh duduk, kita lanjutkan pelajaran,"ucap Bu Ros sambil menaikan kacamatanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/247970309-288-k946784.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (COMPLETE)
Teen FictionDarren seorang siswa SMA yang terkenal tampan, pintar, dan berprestasi, namun tak pernah disangka saat di luar jam sekolah, dia sering membully bersama teman-temannya, merokok bahkan mabuk-mabukan, meski begitu dia tidak pernah mempermainkan wanita...