"Terimakasih Sunbae," Ujar Yuna pada Jimin yang berada di hadapannya. Sekarang mereka sudah sampai di depan pintu rumahnya yang berada di ujung gang. "padahal tidak perlu mengantarku sampai depan rumah." Lanjutnya merasa tidak enak.
Jimin terkekeh pelan, tangannya lalu terulur untuk mengelus puncak kepala gadis itu. "Tidak masalah, lagi pula kita sudah saling mengenal selama hampir empat tahun, kenapa kau masih saja canggung padaku, hm?" balasnya mencubit pelan pipi Yuna.
Karena aku menyukaimu Sunbae, batin Yuna dengan senyum mirisnya. "Kalau begitu aku masuk dulu, hati-hati di jalan Sunbae." Ucapnya membuka pintu rumahnya dan melambaikan tangannya pada Jimin sebelum ia masuk dan menutup pintu.
Saat itu juga Yuna langsung tersandar pada pintu rumahnya dan berjongkok untuk menetralkan detak jantungnya. Aneh, untuk kali ini ia tidak begitu berdebar karena Jimin, ia berdebar karena Yoongi.
Ada apa dengannya? Bukankah seharusnya ia berdebar karena perlakuan Jimin yang sangat manis padanya tadi? Tapi kenapa ia terus memikirkan dosen itu? Bagaimana bisa dosen itu mendominasi pikirannya dan mampu menghilangkan Jimin dari pikirannya sendiri?
"Astaga!" seru Yuna tiba-tiba saat ia bisa merasakan getaran pada saku celananya. Saat ia menyadari jika itu adalah ponselnya yang mendapatkan panggilan masuk, Yuna langsung menetralkan kembali napasnya. Ia mudah sekali terkejut belakangan ini.
Gadis itu mengambil HP-nya dari saku celananya lalu mengangkat panggilan dari sahabatnya, Aeri. "Yeobseo?" (Halo) panggilnya memulai percakapan. "Aku tidak enak badan, katakan saja jika aku sakit." Ujarnya setelah Aeri berbicara di seberang.
Yuna lalu beranjak berdiri dan meletakkan Totebag-nya pada sofa ruang tengah. "Tidak bisa? Memangnya kenapa? Padahal aku juga tidak pernah bolos sebelumnya." Sambil dengan menelepon, Yuna memilih untuk merebahkan tubuhnya pada ranjang kamar tidurnya. "Merepotkan saja...," lanjutnya saat Aeri mengatakan jika dirinya harus ke rektorat jika ingin memperbaiki absensinya.
Aeri terus berbicara di seberang, gadis itu terus saja bercerita tentang betapa lelahnya mata kuliah yang ada pada hari ini. Aeri juga sesekali mengomel karena ia tidak mempunyai teman karena Yuna membolos.
Hal itu membuat Yuna terkekeh pelan karena Aeri yang sejak dulu memang tidak bisa berpisah dengannya. "Baiklah-baiklah, besok aku kuliah. Lagi pula, aku harus ke gedung rektorat untuk membenarkan absensiku." Yuna mengangguk pelan saat Aeri menyuruhnya untuk berjanji. "Aku janji, kalau begitu sudah dulu. Aku tutup."
Yuna menurunkan HP-nya dan meletakkannya pada meja sisi ranjang. Ia menghela napas panjang dan memilih untuk hanya menatap langit-langit atap kamar tanpa melakukan hal apapun. Melamun seperti ini memang yang paling nikmat.
Tanpa pikiran apapun yang sedang terpikirkan olehnya, tiba-tiba saja ia teringat pada kotak berbentuk kubus kecil yang berada di laci mejanya. Yuna beranjak duduk dan dengan ragu kembali membuka laci itu.
"Kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkan benda ini?" ujarnya monolog pada dirinya sendiri lalu tangannya terulur untuk mengambil benda berbentuk kubus dengan kaca yang berada di seluruh sudut sisinya.
Yuna menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, tangannya terus memegang benda itu dan tatapannya tidak teralihkan sedikitpun. Cantik, seperti Eomma. Batinnya dengan senyum tipisnya yang tanpa ia sadari terukir di wajahnya.
Setelah beberapa menit hanya menatap kotak berbentuk kubus itu, akhirnya Yuna membukanya dengan perlahan dan hati-hati seolah kaca-kaca yang berada di setiap sisinya akan pecah jika ia melakukan hal ceroboh.
Cantik,
Hanya kata itulah yang berada di kepala Yuna saat ia membuka kotak itu dan menemukan kalung dengan liontin ungu di dalamnya. Gadis itu juga tidak tahu kenapa ia selama ini menghindari untuk menatap kalung dengan liontin indah ini. Mungkin, karena dirinya akan teringat kembali pada sosok wanita baik yang sudah berada di surga.
Tapi sekarang, entah kenapa ia sangat ingin melihat kalung ini dan bahkan sangat ingin memakainya.
...
Seoul, 07.30
Seperti biasa, Yoongi selalu berdiri di depan kaca besar yang berada di ruangannya yang berada di lantai lima setiap pagi. Ia akan selalu menunggu perempuan dengan rambut sebahu yang akan masuk melalui gerbang utama dan berjalan ke gedung mahasiswa tahun pertama yang berada di sebelah gedung para Dosen dan rektorat.
Kemarin pagi, saat laki-laki itu melihat Yuna yang sudah berjalan di halaman depan gedung, ia langsung memindahkan diri untuk berada di gedung mahasiswa dalam sekejap dan berpura untuk menunggu lift agar ia bisa bersandingan dengan gadis itu.
Namun, yang ia dapat malah gadis itu yang tiba-tiba saja berbalik arah dan bertemu dengan Jimin. Untuk kali ini, Yoongi tidak bisa menyembunyikan rasa jengkelnya.
Ia bahkan juga tahu jika selama beberapa hari terakhir ini Yuna selalu menghindarinya. Padahal, Yoongi selalu mengambil kesempatan agar bisa berbicara pada gadis itu atau bahkan hanya berpapasan dengannya. Tapi, sepertinya Yuna takut padanya.
Pikiran Yoongi harus teralihkan saat tiba-tiba saja matanya bisa menangkap sosok yang ia tunggu sejak tadi. Im Yuna— ia berjalan menuju gedung rektorat dengan langkah yang terburu-buru.
Rambutnya yang terkuncir kuda itu bergerak mengikuti langkahnya yang semakin cepat. Raut wajahnya sangat terlihat jika ia sedang sangat panik akan suatu hal. Seperti biasanya, Yuna sangat cantik dan tidak berubah sejak 200 tahun lalu saat Yoongi terakhir melihatnya.
Namun, bukan itu yang menjadi perhatian Yoongi saat ini. Benda yang berada di leher gadis itulah yang sukses membuat perhatiannya teralih sempurna. Cahaya berwarna ungu yang sangat terang itu memantul di matanya yang sekarang berubah menjadi hitam.
Gadisnya itu akan mempercepat takdirnya saat kalung itu terpasang indah di lehernya.
tbc,
happy birthday to our national demonnnnn, semoga makin savage ya syg🥰🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon
خيال (فانتازيا)Im Yuna tidak tahu jika akhir dari kehidupannya akan berakhir satu tahun dari sejak masuknya ia pada dunia perkuliahannya. Tapi, siapa yang menyangka jika malaikat maut yang akan merenggut nyawanya sendiri sudah ada di sekitar kehidupannya dan menja...