Besoknya, setelah pulang dari pesta perpisahan di bar itu, Yuna langsung mendapatkan notif HP-nya yang merupakan pesan dari Kim Taehyung. Dan tanpa ia sadari, semakin hari, dirinya semakin dekat dengan laki-laki itu.
Bahkan, sesekali Yuna dan Taehyung keluar bersama untuk menonton film atau hanya sekedar berjalan-jalan di trotoar kota Seoul saja.
Mereka benar-benar seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan sampai Taehyung kembali menyatakan perasaannya dan Yuna menolaknya.
Gadis itu masih belum bisa membuka hatinya. Ia juga masih merasa sangat kosong dan hampa. Tanpa hasrat apapun dalam dunia dan kehidupannya.
Saat surat lamaran pekerjaan Yuna diterima di salah satu perusahaan besar di Korea saja, ia merasa biasa saja. Tidak senang atau pun sedih. Taehyung yang menyadari hal itu merasa sangat bingung dan tidak mengerti.
Laki-laki itu menganggap jika Yuna adalah sesosok perempuan yang mudah di dekati namun sangat sulit di dapatkan. Gadis itu sangat independen dan ramah di saat bersamaan. Membuat Taehyung takut jika selama ini Yuna hanya menganggapnya tidak lebih dari sekedar teman.
Sebenarnya, Taehyung mendapatkan tawaran pekerjaan di luar negeri, mengingat jika ia adalah lulusan mahasiswa teknik yang paling pintar. Namun, Taehyung memilih untuk melamar pekerjaan di tempat yang sama dengan Yuna.
Membuat mereka diterima dan menjadi rekan satu kantor.
Semua itu Taehyung lakukan hanya agar ia bisa dekat dengan Yuna. Laki-laki itu tidak menyerah untuk mendapatkan Yuna di hidupnya.
...
"Pulang bersama?" Taehyung meletakkan kopi di meja kerja Yuna sebagai sebuah sapaan.
Yuna terkekeh pelan lalu meminum kopi itu. "Aku ada rapat, Taehyung. Kau tahu jika kita masih di tahun pertama." Balas Yuna dengan bisikan pelan di akhir kalimatnya.
Taehyung memutar kedua bola matanya. "Aku sudah menolak tawaran senior untuk makan bersama agar bisa pulang bersamamu." Ia cemberut. "Tapi kau malah rapat dan menolakku."
Yuna hampir saja tersedak kopinya karena kegemasannya pada Taehyung. "Jika kau ingin menungguku selesai rapat, kita bisa saja pulang bersama." Gadis itu mengangkat bahunya. "Jika kau mau."
Senyum Taehyung melebar. "Easy." Serunya dengan menjentikkan jarinya di hadapan Yuna. "Kalau begitu aku akan menunggumu di kafe kantor, okey?" Ia mengedipkan sebelah matanya, menggoda Yuna. "Kabari aku nanti, selamat bekerja." Lanjutnya sebelum berjalan menjauh dengan kepalan tangan yang ia arahkan ke atas.
Membuat Yuna tertawa karena hal itu.
...
Jam kerja Yuna selesai, meskipun begitu ia masih harus menuju ruangan rapat yang berada di lantai 20 untuk menemani seniornya.
Sebetulnya, di tempat kerjanya, Yuna menjadi 'anak baru' favorit dari setiap rekan seniornya yang berada di divisinya. Entah apa yang membuat Yuna menjadi begitu disenangi oleh setiap atasannya, tapi Yuna merasa sangat terbebani karena hal itu.
Ia merasa harus memenuhi setiap ekspektasi yang diberikan padanya.
Bahkan, seluruh karyawan kantor sudah tahu jika ia adalah lulusan dengan nilai terbaik di kampusnya. Bersamaan dengan Taehyung yang juga terkenal karena kejeniusannya dan ketampanannya tentu saja.
Mereka seolah-olah adalah primadona terbaru di dunia kerja ini.
Taehyung dan Yuna menyadari itu. Tapi mereka berusaha untuk lebih fokus pada apa yang menjadi tujuan mereka. Yaitu bekerja segiat mungkin dan hidup normal.
"Permisi." Yuna mengetuk ruangan yang berada di hadapannya.
Ruangan itu terbuka dari dalam. "Masuklah." Ujar Kim Hyera, salah satu rekan kerjanya yang menjadi atasannya. Perempuan feminim itu menarik kursi untuk Yuna.
Yuna tersenyum lalu duduk di sisi Hyera. "Terimakasih Sunbae. Rapatnya belum mulai?"
Hyera menyusul duduk di sebelahnya. "Belum, klien masih menuju kesini." Jawabnya lalu melihat jam yang berada di pergelangan tangannya. "Mungkin sekitar sepuluh menit lagi." Hyera menatap Yuna dalam. "Kau bisa mempelajari file yang kukirim, kudengar klien ini sangat dingin dan tidak mudah bernegosiasi."
"Sungguh?" Mata Yuna membelak. "Kalau begitu aku tidak usah ikut rapat ini saja ya, Sunbae?" Lirihnya takut-takut. "Bagaimana jika aku tidak membantu dan malah merusak rapat ini?"
Hyera menggeleng. "Hei, tidak masalah. Kau hanya perlu mendengarkan saja apa yang akan dibahas. Kau lihat sendiri masih banyak karyawan lain yang bisa mengurus rapat ini."
Yuna mengikuti arah pandang Hyera yang menyusuri setiap bangku yang terisi di sekitar meja berbentuk persegi panjang ini. Ada sekitar 15 karyawan berumur 25-30 tahun yang sedang menatap layar laptop dan tablet.
Mereka terlihat sedang mempelajari sesuatu dan berpikir keras.
Sepertinya rapat ini akan sangat penting bagi mereka. Yuna jadi semakin takut akan hal itu. Semuanya terlihat sangat siap sementara dirinya hanyalah karyawan baru yang bertugas untuk mendengarkan saja.
"Sunbae, aku sungguh harus ikut rapat ini? Tidakkah rapat ini akan sangat penting?" Bisik Yuna pada Hyera disampingnya yang sudah membuka laptopnya.
"Sstt, santai saja." Hyera berkata dengan mudahnya. "Rapat ini tidak akan terlalu formal. Kau hanya perlu memperhatikan saja untuk menambah wawasanmu."
Mendengar jawaban Hyera membuat Yuna mengeluh pelan. Ia benar-benar belum siap. Karena biasanya Hyera mengajaknya rapat hanya bersama atasan atau karyawan kantor saja. Tapi ini menyangkut orang luar dan Yuna tidak ingin memperburuk suasana jika ia melakukan kesalahan nanti.
"Tenangkan dirimu, jangan terlihat tegang. Rapat ini akan dipimpin oleh—"
Ucapan Hyera terpotong karena suara ketukan pintu ruangan.
Seluruh karyawan terlihat menegakkan tubuhnya dan membenarkan pakaian yang mereka pakai. Hal itu malah semakin membuat Yuna tegang bukan main. Ia ikut duduk dengan tegak dan membenarkan ikatan rambutnya yang berantakan.
Pintu ruangan terbuka.
Langkah kaki terdengar di telinga Yuna yang duduk membelakangi pintu. Dua orang terlihat berjalan menuju meja paling ujung. Semua pasang mata mengarah pada dua laki-laki yang baru saja masuk ruangan itu.
Yuna tidak berani menatap ke arah meja ujung. Tapi semua karyawan mulai berdiri dan memberikan salam. Hyera sampai harus menyikut Yuna untuk memberikan salam pada klien mereka.
Dan saat Yuna menengokkan kepalanya untuk memberi salam pada klien mereka, tiba-tiba saja Yuna bisa merasakan jantungnya yang tiba-tiba berdebar tanpa alasan.
"Klien kita malam ini adalah Min Yoongi. Pimpinan dari perusahaan sebelah yang telah berkembang selama tiga tahun terakhir. Beri salam padanya, Yuna." Bisikan Hyera hampir tidak terdengar oleh Yuna saat matanya dan mata klien itu bertemu.
tbc,
yoongi comeback??!!!🌚🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon
FantasyIm Yuna tidak tahu jika akhir dari kehidupannya akan berakhir satu tahun dari sejak masuknya ia pada dunia perkuliahannya. Tapi, siapa yang menyangka jika malaikat maut yang akan merenggut nyawanya sendiri sudah ada di sekitar kehidupannya dan menja...