Sudah hampir dua minggu sejak kejadian Jimin yang akhirnya menunjukkan jati dirinya tanpa sengaja. Dan dua minggu itu jugalah Yuna tidak lagi bertemu dengan Jimin, atau lebih tepatnya— menghindarinya.
Ya, Yuna menghindari sosok Jimin. Perempuan itu masih takut dan canggung akan kejadian sore itu. Ia bahkan mencoba untuk berpikir jika kejadian itu hanyalah mimpi. Namun, kenyataan menolak hal itu.
Hari itu, sore, Yuna jelas melihat kekuatan Jimin. Tidak mungkin jika itu hanyalah mimpi.
Yuna memang sudah tidak terkejut dengan adanya manusia seperti Yoongi di dunia ini, ia bahkan berpikir jika memang ada beberapa manusia yang seperti itu. Namun— jika itu Jimin, bagaimana mungkin?
Bagaimana mungkin laki-laki yang menjadi pujaan hatinya selama ini bukanlah manusia sepertinya? Bukankah hal itu berarti Jimin telah menyembunyikannya untuk waktu yang cukup lama? Tapi, untuk apa Jimin menyamar selama ini?
Sungguh, butuh waktu lama bagi Yuna untuk mempercayai hal seperti ini.
Selama dua minggu itu juga Yuna tidak bertemu dengan Yoongi, entah kemana laki-laki yang selalu menciumnya itu. Hingga saat ini Yuna belum juga bertemu atau sekedar berpapasan di kampus.
Padahal, ia ingin sekali menceritakan hal ini pada Yoongi.
Yoongi juga tidak memberinya kabar. Saat Yuna menanyakan tentang Yoongi di gedung rektorat, dosen yang berjaga disana hanya mengatakan jika Yoongi sedang mengambil cutinya.
Entah kenapa, hal itu membuat Yuna kesal bukan main. Dirinya juga tidak tahu kenapa ia harus kesal seperti ini. Hanya saja— Yuna merasa sedang di permainkan oleh Yoongi.
"Yuna! Kau melamun?" Aeri menepuk pundaknya. "Bus mu sudah datang, tidak naik?"
Seketika Yuna langsung menghadap depan dan terkejut. Ia beranjak berdiri dengan cepat dan melambaikan tangannya pada Aeri. "Aku duluan, Aeri! Sampai bertemu senin depan!" Serunya dengan cepat lalu masuk ke dalam bus yang sudah hampir berjalan itu.
...
Yuna melempar totebag nya ke sembarang tempat dan langsung merebahkan tubuhnya pada sofa besar yang berada di ruang tengah.
Tatapannya menatap ke langit-langit atap rumahnya.
Masih bertanya-tanya dimana sebenarnya keberadaan Yoongi sampai tidak muncul di hadapannya selama dua minggu.
Yuna sangat ingin bercerita sekarang pada Yoongi, memberitahu bagaimana Jimin ternyata bukan manusia sepertinya. Dan juga, Yuna ingin sekali di cium oleh bibir ranum Yoon— "Astaga!"
Mata Yuna membelak saat terdengar ketukan pintu di rumahnya. Jantungnya hampir saja berhenti karena hal itu.
Ahh— padahal Yuna sedang membayangkan bagaimana Yoongi menciumnya tadi. Tapi harus terjeda karena seseorang mengetuk pintunya.
Alhasil, Yuna beranjak berdiri dari sofa dan berjalan menuju pintu dengan tidak minat. Ia membuka pintu dan terkejut saat mendapati seorang laki-laki yang ia tidak sangka sebelumnya.
"Jongho?"
...
Yuna meletakkan gelas yang sudah berisi teh hangat di hadapan Jongho. "Dari mana kau tahu rumahku?" Tanyanya penasaran.
Jongho menggaruk belakang lehernya canggung. "Aeri." Jawabnya dan Yuna sudah menduga hal itu sebelumnya.
Aeri sialan.
"Maaf karena membuatmu tidak nyaman karena—"
"Tidak masalah!" Yuna memotong cepat. Takut jika Jongho salah paham karena pertanyaannya barusan. "Aku juga jarang sekali menerima tamu, rumah ini sepi." Lanjutnya dengan senyum tulusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon
FantasyIm Yuna tidak tahu jika akhir dari kehidupannya akan berakhir satu tahun dari sejak masuknya ia pada dunia perkuliahannya. Tapi, siapa yang menyangka jika malaikat maut yang akan merenggut nyawanya sendiri sudah ada di sekitar kehidupannya dan menja...