(26) Confusion

640 133 5
                                    

Yuna bisa merasakan tangannya yang bergetar bukan main, sekarang ia berada di hadapan Min Yoongi yang siap untuk memarahinya.

Sejak seluruh karyawan keluar ruangan rapat, Yuna sudah pasrah dengan keadaan. Ia pasti akan dipecat setelah ini. Karirnya di perusahaan ini akan hancur.

"Kau pikir menjadi karyawan baru sangat menyenangkan?" Suara dingin Yoongi menembus sampai paru-parunya. Rasanya begitu sesak dan takut di saat bersamaan. "Apa hal mendesak yang membuatmu sampai tidak mengikuti rapat ini, hah?"

Yoongi memang tidak berteriak, tapi intonasi suaranya membuat siapa pun yang mendengarnya akan terintimidasi.

"Ku dengar dari karyawan lain, kau tidak ikut rapat ini karena mempunyai janji dengan kekasihmu?"

Yuna menggigit bibirnya dalam, tangannya yang bertautan di depan tubuhnya semakin mengerat.

"Apa berkencan adalah hal mendesak bagimu dari pada rapat ini?"

Gadis itu tidak bisa mengatakan apapun lagi. Jika ia menyangkalnya, pasti Yoongi akan membalasnya lagi. Ia tahu jika Yoongi sangat pintar dan jenius. Laki-laki itu mempunyai banyak kata-kata untuk membunuhnya lebih dulu.

"Pakai mulutmu, Im Yuna." Sarkasnya dalam.

"Ma-maafkan saya." Yuna membungkukkan tubuhnya. "Saya tidak akan mengulanginya lagi." Suaranya bergetar bukan main. Ia sudah berusaha keras manahan tangisannya, tapi sepertinya Yuna tidak bisa menahannya lagi.

Air matanya turun begitu saja dan hatinya terasa sangat sakit karena perkataan Yoongi barusan.

Terdengar helaan napas panjang dari Yoongi. "Karena ini lah aku tidak begitu menyukai karyawan wanita." Ia kembali berbicara. "Selalu bersembunyi di balik tangisan lemahnya."

Hal itu bukannya membuat Yuna berhenti menangis, tapi malah semakin membuat tangisannya mengencang. Dan hal itu tidak mampu lagi membuat Yoongi berkata-kata.

"Kau boleh keluar, aku akan mengirim berkas ke email pribadimu dan presentasikan di hadapanku dan karyawan lainnya saat rapat besar minggu depan."

...

Yuna menangis kencang saat berada di taxi yang ia pesan. Bahkan, supir taxi itu tidak berani bertanya apapun karena saking kencangnya Yuna terisak.

Saat sampai di depan gangnya, ia langsung turun dan berjalan lemas menuju rumahnya setelah memberikan dua lembar uang lima ribu won. Masih dengan bahunya yang bergetar, Yuna menangis di jalanan gang rumahnya yang sudah sepi karena malam ini sudah pukul sebelas malam.

Gadis itu tidak pernah menangis seperti ini, tidak ada yang pernah mengintimidasinya seperti Yoongi tadi selama hidupnya. Ia merasa jika Yoongi benar-benar menyakiti hatinya dan membuatnya takut bukan main.

Terlebih lagi tugas yang diberikan padanya, yaitu presentasi di depan seluruh karyawan minggu depan. Yang benar saja, karyawan baru sepertinya harus presentasi di tengah rapat penting ini?

Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya dengan benar?

Bagaimana jika Yuna malah merusak perjanjian ini?

Karirnya akan hancur, dalam waktu beberapa hari lagi.

Ia akan menjadi pengangguran.

"Astaga Yuna, kenapa tidak meneleponku?" Seru Taehyung tiba-tiba, laki-laki itu terkejut karena sudah mendapati Yuna yang berada di depan rumah dan terduduk di tangga kecil depan rumah.

Gadis itu menundukkan kepalanya dan memeluk lututnya yang lemas.

Taehyung yang melihat itu malah semakin panik. Tadi Hyera meneleponnya dan menceritakan apa yang terjadi. Dan Taehyung tahu betul bagaimana perasaan Yuna sekarang. Alhasil ia tidak bertanya dan hanya menyentuh kedua lengan Yuna untuk berdiri.

Demon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang