Hari demi hari berlalu. Sejak diberitahu oleh Yoongi jika Jimin adalah malaikat pelindungnya, entah kenapa hal itu membuat Yuna menjadi sedikit tenang dalam melakukan kegiatan apapun. Ia juga yang sebelumnya menjauhi Jimin, menjadi kembali dekat.
Bahkan sangat dekat sampai mahasiswa di kampusnya mengira jika ia dan Jimin menjadi sepasang kekasih.
Namun, kedekatannya dengan Jimin membuat Yuna juga merasa jika Yoongi menjadi begitu posesif terhadapnya. Meskipun Yoongi terkadang menghilang beberapa hari, tapi setiap ia muncul di hadapannya, Yoongi akan menjadi begitu posesif dan selalu menciumnya.
Saat Yuna bertanya kenapa Yoongi menjadi suka menghilang beberapa hari, laki-laki itu menjawab jika ia menghilang diakibatkan karena Jimin dan Yuna sendiri yang selalu bertemu setiap saat.
Yuna sedikit tidak percaya akan hal itu dan mengatakan apa hubungannya. Tapi Yoongi tidak ingin menjawab dan hanya mengatakan jika ia tidak boleh terlalu dekat dengan Jimin. Karena hal itu akan membuatnya menghilang.
Seperti saat ini, saat Yuna sedang bersama Jimin di koridor gedung kampusnya, tiba-tiba saja Yoongi keluar dari salah satu kelas dan langsung menatapnya tajam. Sangat tajam sampai Yuna tahu jika Yoongi mengambil alih kendali tubuhnya.
Langkahnya yang berat berjalan menuju laki-laki itu dan masuk ke dalam kelas yang sudah kosong. Saat pintu kelas sudah tertutup dan hanya ada mereka berdua di sini, Yuna kembali bisa mengambil alih tubuhnya.
"Yuna." Yoongi memanggilnya dengan suara yang berat.
Yuna, yang baru saja bisa bernapas karena dominasi tubuhnya yang digerakkan Yoongi tadi langsung menjauhkan tubuhnya saat Yoongi mendekat. "Ssaem, sebentar, aku ingin bernapas." Ujarnya lirih karena tahu jika Yoongi pasti akan menciumnya setelah ini.
Yoongi menghiraukannya dan langsung menyentuh lengan Yuna untuk bertelepotasi ke ruangannya. Saat itu juga Yuna langsung merasakan mual bukan main. Kali ini Yoongi benar-benar kasar dalam melakukan teleportasinya.
Gadis itu langsung berlari ke arah kamar mandi yang berada di dalam ruang kantor Yoongi dan langsung memuntahkan semua yang berada di perutnya. Padahal, biasanya ia tidak akan mual saat Yoongi melakukan teleportasinya. Tapi sepertinya tadi Yoongi sedang sangat marah karena itu dia kasar dan terburu-buru.
Sekarang, Yuna malah takut ingin keluar kamar mandi.
Apa yang harus ia katakan pada Yoongi nanti?
Dia sudah sangat sering bertengkar dengan Yoongi akhir-akhir ini perihal Jimin, dan Yuna benar-benar ingin menghindari pertengakaran itu dengan Yoongi.
Alhasil, setelah berada di toilet selama hampir 30 menit lamanya, Yuna memilih keluar dengan memegangi perutnya. Dia sudah mengira jika Yoongi akan mengomelinya, tapi laki-laki itu malah menyuruhnya duduk di sofa dengan teh hangat yang sudah tersedia di meja.
"Maaf, aku terlalu kasar, ya?" Yoongi mengelus rambutnya dan mengaitkan rambutnya pada telinganya agar wajahnya terlihat jelas. "Minumlah ini, mualmu akan hilang." Yoongi mengambil cangkir yang berada di meja, meniupnya sebentar lalu memberikan pada Yuna.
Saat ini, rasa jatuh cintanya pada Yoongi semakin tumbuh di hatinya.
Yuna mengambil cangkir itu dan mulai meminumnya dengan perlahan. Ia tahu jika sedari tadi Yoongi sedang menatapnya, tapi Yuna memilih untuk menghabiskan teh hangat itu dengan durasi yang cukup lama.
Setelah ia menghabisi teh itu, Yoongi langsung mengambil alih cangkirnya dan meletakkan kembali pada meja. "Bukankah ada yang harus kita bicarakan?" Yoongi memulai topik yang paling di hindari Yuna.
Gadis itu menunduk dalam, tangannya meremas ujung rok rempel setengah paha yang ia pakai. "Aku akan mengurangi bertemu dengan Jimin Sunbae setelah ini." Ujarnya yang membuat Yoongi menghela napas panjang, ia tahu jika Yoongi pasti akan membahas itu.
Tangannya lalu mengangkat dagu Yuna agar menatapnya. "Kau sudah mengatakan itu setiap hari, tapi nyatanya bagaimana?" Saat sadar suaranya mulai tajam, Yoongi kembali menghangatkan tatapannya pada Yuna. "Kau tetap saja lebih sering bertemu dengannya daripada denganku, Im Yuna."
Jika Yoongi sudah menyebut nama lengkapnya, itu berarti dia benar-benar serius.
"Ssaem juga menghilang terus beberapa hari terakhir ini, bagaimana bisa aku menemui Ssaem sesering mungkin?" Yuna membela diri.
"Aku mulai menghilang karena kau semakin dekat dengan Jimin. Bukankah aku sudah sering memberitahumu hal itu?"
"Tapi Ssaem sendiri yang mengatakan jika Jimin adalah pelindungku, bukankah aku harus dekat dengannya agar kematian juga semakin menjauh dariku?"
Yoongi terdiam, kematian yang dimaksud Yuna adalah dirinya. Kekasihnya ini tidak tahu jika dia semakin dekat dengan pelindungnya, itu berarti Yuna semakin menjauhi kematian yang didatangkan darinya. Dan perlahan-perlahan, sosoknya pasti akan menghilang dari dunia ini.
"Sebenarnya Ssaem itu apa? Bukankah pelindungku juga? Lalu kenapa terus menghilang jika aku dekat dengan Jimin? Apa aku harus memilih salah satu dari Ssaem dan Jimin? Kalau begitu apa aku harus memilih Ssaem saja agar Jimin yang menghilang?"
'Kematianmu akan semakin datang jika dekat denganku dan menjauhi pelindungmu, Yuna.'
Yoongi menghela napas, ucapan itu hanya bisa sampai pada kerongkongannya saja. Dia belum siap untuk memberitahu Yuna siapa dirinya sebenarnya. Ia masih tidak ingin Yuna menjauh darinya. Ia masih ingin menikmati kebersamaannya dengan perempuan ini.
"Kemarilah, aku ingin menciummu." Ujarnya dengan menepuk pahanya beberapa kali.
...
Besoknya, meskipun Yoongi sudah memperingatinya untuk tidak dekat dengan Jimin, Yuna dan Jimin tetap bertemu di koridor saat pergantian kelas mereka. Sebenarnya, Yuna sudah mencoba untuk menjauhi Jimin, tapi ia tidak bisa menghindar saat mereka tidak sengaja berpapasan.
"Kelasmu sudah selesai?" Jimin bertanya dengan merangkulkan lengannya pada bahunya. "Sudah ingin pulang?"
Yuna ingin sekali lepas, tapi ia tidak enak dengan Jimin, karena mereka memang sudah biasa seperti ini sejak sekolah dulu. "Aku ingin ke kafe dulu bersama teman-teman." Jawabnya dengan menengokkan kepalanya untuk menatap wajah tampan Jimin yang berada tepat di sampingnya.
Semoga saja Yoongi tidak muncul lagi dalam keadaan seperti ini.
"Teman? Siapa temanmu yang tidak aku ketahui selain Aeri?"
"Yang bertemu di kafe waktu itu, Yeosang dan Jongho"
Tiba-tiba saja langkah kaki Jimin berhenti, ia lalu menatap Yuna dengan tatapan yang penuh kecemasan. "Kau masih berhubungan dengan dua laki-laki itu?" Tanya Jimin dengan suara yang dingin. Persis terlihat seperti mengintrogasi.
Yuna mengangguk kaku. "Kita sering keluar bersama." Mata Jimin mulai kembali menghitam. "Yeosang dan Aeri juga sudah berkencan." Ia lalu menyentuh tangan Jimin, mengatakan padanya jika matanya mulai menghitam. "Sunbae, kekuatanmu."
Setelah Yuna menyentuh tangannya, mata Jimin kembali normal. Ia lalu menggenggam tangan Yuna dan meremasnya, membuat tatapan mahasiswa lainnya menatap mereka dengan kasmaran.
"Jika aku menyuruhmu untuk tidak dekat dengan dua laki-laki itu, kau mau melakukannya?" Ada tatapan penuh harap di mata Jimin.
Yuna ingin menarik tangannya, tapi Jimin malah semakin menggenggam tangannya dengan erat. Bukannya ia tidak ingin Jimin menggenggam tangannya, tapi Yuna hanya takut jika Yoongi akan melihat ini.
"Sunbae, lepaskan tanganmu, tidak enak dengan mahasiswa lainnya." Ujar Yuna tanpa berniat untuk menyinggung Jimin. Tapi, di luar dugaannya, Jimin malah menarik lengannya dan memeluknya.
Seketika Yuna langsung mendorong kencang dada Jimin dan betapa terkejutnya dia saat ternyata mereka sudah bukan berada di koridor kampus, tapi di ujung jurang yang di bawahnya terdapat lautan luas dengan hiu di bawah sana.
tbc,
lanjutt?
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon
FantasyIm Yuna tidak tahu jika akhir dari kehidupannya akan berakhir satu tahun dari sejak masuknya ia pada dunia perkuliahannya. Tapi, siapa yang menyangka jika malaikat maut yang akan merenggut nyawanya sendiri sudah ada di sekitar kehidupannya dan menja...