(29) Jealousy

754 151 10
                                    

Taehyung tidak berbohong saat ia mengatakan jika dirinya menginginkan ciuman sehari penuh dengan Yuna. Mereka bahkan tertidur di malam hari karena kelelahan saking lamanya mereka berciuman.

Saat bangun di pagi hari, Yuna bisa merasakan bibirnya yang memanas. Untuk kali ini, ia bangun duluan. Matanya langsung mengarah otomatis pada Taehyung yang masih tertidur pulas di sebelahnya.

Semalam, Taehyung sedikit merajuk dan menangis. Merengek karena tidak ingin di tinggalkan dan ingin ikut. Laki-laki itu bahkan mengatakan akan menyusulnya setiap sabtu minggu saat libur kerja.

Yuna benar-benar merasa seperti sedang mengurus bayi besar yang sangat rewel.

"Kau tampan sekali." Lirih Yuna dengan membenarkan letak rambut Taehyung yang menutupi dahinya. "Banyak wanita di luar sana yang akan menerimamu, tidak sepertiku yang bimbang dengan perasaanku sendiri." Jarinya menyusuri garis hidung Taehyung yang mancung. "Aku ingin membuka hatiku untukmu, tapi kenapa sangat sulit sekali?"

Senyum tipis Yuna terukir di wajahnya. Merasa aneh karena berbicara sendiri.

Ia lalu turun dari ranjang tanpa mengatakan apapun lagi. Meninggalkan Taehyung dengan mata yang baru saja terbuka.

...

Yoongi berjalan mondar mandir di ruangan kerjanya. Memikirkan tentang semalam saat Yuna terburu-buru untuk turun karena melihat mobil Taehyung terparkir di depan gangnya. Dan pagi tadi saat Yoongi melewati gang itu, mobilnya masih terpakir di tempat yang sama.

Taehyung menginap?

Mereka tidur bersama?

Yuna mengatakan jika mereka tidak berkencan.

Tapi kenapa mereka bersama semalaman?

"Tuan."

Yoongi hampir saja terlonjak terkejut saat mendapati Juyeon berada di ambang pintu dengan membawa beberapa dokumen di tangannya.

"Maaf jika membuat Anda terkejut, tapi saya sudah mengetuk sejak sepuluh menit yang lalu dan berdiri di sini selama tiga menit." Ujarnya dengan ekspresi yang datar. Merasa bingung karena Yoongi yang bersikap aneh akhir-akhir ini.

Yoongi berdehem untuk menghilangkan rasa kesalnya. "Kenapa?" Ia berjalan menuju meja kerjanya lalu duduk.

Juyeon menghampirinya dan meletakkan beberapa dokumen di hadapan Yoongi. "File yang Anda butuhkan ada di sini." Jawabnya menjelaskan tujuannya kemari. Yoongi mengambil dokumen itu dan membaca sebentar.

"Kim Juyeon." Panggilnya tiba-tiba yang membuat Juyeon mengerutkan dahinya terkejut.

"Ya, tuan?" Laki-laki itu merasa jika ia tidak melakukan kesalahan apapun. Tapi kenapa Yoongi memanggilnya dengan nama lengkap? Membuatnya sedikit ngeri.

Yoongi meletakkan dokumen itu di mejanya. "Menurutmu, bagaimana dengan karyawan baru itu?" Tanyanya dengan pertanyaan random. Jauh dari topik yang di bahas di dalam dokumen ini.

Juyeon menghela napas panjang, ia hampir saja ketakutan karena mengira jika Yoongi akan memarahinya karena ia melakukan kesalahan di dokumen itu. "Dia cerdas." Ujarnya yang membuat Yoongi mengangguk setuju. "Dan juga cantik, sebenarnya dia adalah tipe ideal saya, tuan." Juyeon menunjukkan sederetan giginya.

Bagai tidak terima akan hal itu, Yoongi memberikan tatapan mematikannya pada Juyeon. "Dia tidak akan mau berkencan denganmu."

"Bisa saja mau, tuan. Saya dan dia seumuran." Juyeon merasa bangga karena hal itu.

Tatapan Yoongi semakin mematikan padanya, tapi tiba-tiba ia terkekeh pelan. "Tipe idealnya adalah yang lebih tua. Seperti aku contohnya. Apa kau percaya jika aku pernah berkencan dengannya?"

Demon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang