Yuna membenarkan pakaian dan rambutnya yang ia kira sudah cukup rapi. Sejujurnya, ia cukup gugup sekarang. Sebelumnya, gadis itu memang meminta revisi absensinya di loby bawah pada pengurus rektorat.
Namun, ia malah disuruh untuk menemui langsung kepala rektorat yang pintu ruangannya sekarang sudah berada di hadapannya. Sungguh, padahal belum ada sebulan ia berkuliah di universitas favorit ini tapi sudah dihadapi dengan masalah rumit.
Semuanya memang karena Dosen itu. Jika saja ia tidak muncul di gedung mahasiswa semestra pertama, mungkin Yuna tidak harus mengurus absensinya seperti ini.
Seketika Yuna langsung menggelengkan kepalanya cepat, ia tidak ingin memikirkan Dosen itu lagi atau moodnya akan menjadi lebih buruk. Ia ingin segera menyelesaikan masalah absensinya dan berkuliah seperti biasa lagi.
Gadis itu menarik napas panjang lalu tangannya perlahan terangkat untuk mengetuk pintu yang berada di hadapannya. Jantungnya berdetak dengan kencang, Yuna benar-benar gugup sekarang menunggu sahutan dari dalam ruangan.
Saat terdengar suara yang menyuruhnya untuk masuk dari dalam ruangan, Yuna kembali menarik napasnya dan perlahan membuka pintu ruangan itu dan langsung menutupnya dengan suara sepelan mungkin.
"Selamat pagi Ssaem, saya Im Yuna dari fakultas Ekonomi Bisnis ingin—" seketika ucapannya terhenti saat kepalanya mendangak dan tatapannya bertemu dengan tatapan kepala Rektorat yang ternyata adalah Dosen yang selama ini ia hindari.
Deg,
Tubuhnya berubah kaku, jantungnya berdetak dengan kencang, dan darahnya berdesir dengan sangat hebat. Matanya membelak sempurna, tanpa sadar gadis itu memundurkan langkahnya dengan kaku. Perasaan takut menguasainya sekarang saat menatap Yoongi yang sekarang sudah beranjak berdiri.
Tanpa persiapan apapun, Yuna langsung berbalik dan ingin membuka pintu yang berada di belakangnya. Namun, pintu itu tidak bisa terbuka meskipun ia sudah mencoba beberapa kali dengan kesadaran penuhnya.
Ada yang salah, kenapa pintu ini tidak bisa terbuka?! Gadis itu tidak menguncinya tadi dan ia sangat yakin akan hal itu. Tapi kenapa sekarang terkunci dan tidak bisa terbuka?!
"Im Yuna?" suara Yoongi yang berada di belakangnya semakin membuat Yuna tidak bisa merasakan apapun selain jantungnya yang semakin berdetak dengan kencang dan juga darahnya yang berdesir dengan hebat seolah seluruh isi tubuhnya memberontak keluar dari dalam.
Gadis itu juga tidak mempunyai keberanian sedikitpun untuk berbalik dan menatap Yoongi. Ia tahu jika Yoongi melangkah kearahnya dengan suara sepatu kulitnya yang semakin terdengar jelas di telinganya. Bahkan hal itu membuat keringat dingin keluar dari seluruh tubuhnya.
Ini adalah rekasi terparah sejak ia bertemu Yoongi pertama kali.
Yuna sekarang sadar jika ada yang aneh dengan sosok Dosen itu. Ia tidak bisa seperti ini, tubuh gadis itu akan memberontak hebat saat ia dekat dengan Yoongi. Irisan matanya bahkan tidak boleh menangkap bayangan Yoongi atau ia akan seperti ini.
Sekarang Yuna bisa merasakan kepalanya yang berdenyut hebat dan keringat dingin semakin keluar dari tubuhnya. Tangannya yang menggenggam knop pintu semakin memaksanya untuk terbuka.
Dan saat ia bisa merasakan tangan Yoongi yang berada di pundaknya, seketika seluruh pandangannya menggelap, kakinya lemas dan gadis itu tidak bisa menyangga tubuhnya sendiri sebelum seluruh kesadarannya menghilang.
...
Aeri menggenggam HP-nya dengan cemas, kepalanya tidak berhenti untuk menatap ke arah pintu ruangan kelasnya yang ramai dengan mahasiswa masuk dengan wajah yang terlipat di kelas pagi hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon
FantasyIm Yuna tidak tahu jika akhir dari kehidupannya akan berakhir satu tahun dari sejak masuknya ia pada dunia perkuliahannya. Tapi, siapa yang menyangka jika malaikat maut yang akan merenggut nyawanya sendiri sudah ada di sekitar kehidupannya dan menja...