Ketidaktahuan dan rasa penasaran Yuna karena kata 'pelamaran secara formal' itu langsung membuatnya mengerti saat tiba-tiba saja panggung di penuhi dengan para petugas yang meletakkan alat musik piano di tengah-tengah panggung serta bunga dan balon-balon disekitarnya.
Yuna menahan napasnya saat salah satu balon itu tertuliskan namanya.
Ia bahkan hampir terserentak saat seluruh lampu aula mati dan gelap total. Namun, beberapa detik kemudian, lampu di atas panggung menyala dan hanya menyoroti kekasihnya, Min Yoongi yang berada di atas panggung.
Yuna terperengah, jantungnya berdebar kencang. Terlebih lagi saat lampu yang berada tepat di atas kepalanya menyala dan hanya menyinarinya seolah lampu ufo yang hanya berbentuk lingkaran kecil.
"Im Yuna, kamu hanya boleh menatap saya, ya. Tidak boleh menatap lain atau menunduk." Suara nyaring Yoongi terdengar sangat jelas di seluruh sudut aula besar ini. Orang-orang lain terdengar berusaha untuk tidak menjerit salah tingkah.
Sekarang, Yuna tidak tahu dia harus bertingkah bagaimana saat secara tidak sadar matanya terkunci pada sosok Min Yoongi yang sudah berjalan menuju piano dan duduk di hadapan tuts.
Alunan irama dari piano itu mulai terdengar sangat lembut.
Aula menjadi hening seketika. Seluruh pandang mata terarah sepenuhnya pada Yoongi yang dengan hikmat memainkan jari-jarinya pada tuts piano. Memainkan irama lembut yang Yuna tidak tahu lagu apa.
Dan saat ia berhenti, tiba-tiba terdengar sebuah suara lembut yang bernyanyi. Menanyikan lagu Beautiful In White.
Sontak Yuna membelak. Suara ini— adalah suara Jimin. Ia berusaha mencari keberadaan sosok laki-laki itu, tapi Jimin tidak ada dimana pun.
"Im Yuna." Suara Yoongi membuatnya kembali memfokuskan pandangannya. "Bukankah saya sudah menyuruh untuk tidak menatap lain?" Ujarnya dingin, dengan mic ditangannya. Meskipun begitu suara Jimin sebagai backsound tetap terdengar.
Yuna menggigit bibirnya, menatap sekitarnya yang gelap. Aeri yang mendapatkan sedikit penerangan dari lampu yang berada tepat di atasnya terus menginjak kakinya sebagai arahan untuk fokus pada Yoongi.
Yoongi berdehem. "Kamu menyuruh saya untuk berbicara formal jika berada di depan rekan kerja lain." Wajahnya terlihat datar. "Saya— mencintai kamu."
Suara histeris dari setiap penjuru ruangan terdengar. Yuna bahkan harus menahan napasnya karena hal ini. Ia malu, tapi juga terharu. Ia sangat ingin menundukkan kepalanya, tapi ia juga ingin menatap kekasihnya.
"Saya bukan orang yang romantis, tapi jika kamu menerima saya sebagai pasangan hidup, saya akan membahagiakan kamu seumur hidup."
Suara histeris kembali terdengar, kali ini Aeri di sampingnya bahkan terus membekap mulutnya sendiri agar tidak berteriak heboh.
"Saat saya memarahimu di ruang rapat malam itu—" Yoongi merujuk pada kedua kali rapat mereka dimulai dan Yuna tidak hadir dalam rapat malam itu. "saya memarahi kamu bukan karena kamu tidak hadir, tapi karena saya kira kamu sudah punya pacar." Gelak tawa terdengar di aula. "Saya cemburu dan tidak rela, karena itu saya memarahimu dengan dalih tidak hadir di rapat kedua."
Sebagian orang yang berada di aula, tidak menyangka jika Yoongi akan begitu manis seperti ini.
"Mungkin terdengar berlebihan, tapi kamu tahu sendiri, Yuna. Jika saya menjadi seperti sekarang ini karena harus berjuang lebih dulu dengan berseteru pada semesta. Maaf jika saya telat datang untuk memilikimu kembali."
Aula menjadi hening.
Suara nyanyian yang menjadi backsound Yoongi saat berbicara selesai. Satu tarikan napas terdengar.
"Im Yuna, will you marry me?"
Yuna menunduk, mengeluarkan seluruh air matanya yang sudah terbendung sejak tadi. Bahunya bergetar dan isakan terharu terdengar darinya.
Gadis itu lalu berdiri, melepas high heelsnya agar bisa berjalan dengan mudah. Seluruh pasang mata mengarah padanya. Ikut merasa terharu.
Lalu, saat ia sampai di hadapan Yoongi, ia mendangak untuk menatap kekasihnya itu. Menunduk sebentar lalu mengangguk. "Yes, I will."
Tepukan tangan terdengar sangat keras dan lampu aula kembali menyala seluruhnya.
Yoongi tidak bisa lagi menahan perasaan menggebu di hatinya. Alhasil, ia menarik dagu serta pinggang gadis itu dan menyatukan kedua bibir mereka. Mendekap Yuna di rengkuhannya seolah tidak ingin kehilangan lagi sosok perempuan cantik ini.
Tepukan tangan semakin terdengar. Perasaan histeris serta terharu menjadi satu di ruangan itu menjadikan saksi dua sejoli yang telah resmi mengikatkan janji mereka.
END.
halooo😢😢😢 akhirnya tamat juga cerita demon ini!!! sebenernya aku gabakal nyangka bakal selesai, soalnya di tengah2 nulis ini aku stuck parah dan writer block. tp akhirnya bisa selesai jugaaa😢😢😢
MAKASI SEMUA YG UDH BACA YG UDH VOTE ATAU YG JADI SIDER VOTE WKWKW MAKASI YA UDH BACA CERITA AKUU❤️
nanti kalo aku punya waktu bakal aku bikinin sekuelnya beberapa part yaa.
btw jgn lupa follow instagram aku @debitaputri yaa hehe jgn lupa jg baca cerita aku yg lain juga yah!
aku sayang kalian!
with lots of love❤️
-deb
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon
FantasyIm Yuna tidak tahu jika akhir dari kehidupannya akan berakhir satu tahun dari sejak masuknya ia pada dunia perkuliahannya. Tapi, siapa yang menyangka jika malaikat maut yang akan merenggut nyawanya sendiri sudah ada di sekitar kehidupannya dan menja...