(32) Finally

751 154 10
                                    

Dua bulan berlalu dan rasanya begitu cepat bagai sebuah embusan angin yang berada di permukaan laut. Yuna benar-benar bekerja keras dengan proyek ini dan hampir melupakan masalahnya dengan Taehyung.

Tersisa satu bulan lagi untuk gadis itu pulang kembali ke Korea.

Dan satu bulan yang tersisa itu hanyalah tinggal beberapa penutup untuk proyek ini. Seluruh karyawan sudah berhenti bekerja dan proyek sudah selesai dengan sukses.

Sementara itu, Yuna juga tidak pernah melupakan perasaannya pada Yoongi. Tentang bagaimana ia masih berpura-pura jika ia tidak mendengar apapun dari Juyeon. Yoongi juga masih belum menyadari jika Yuna sudah mengetahui semuanya.

Gadis itu hanya berpura-pura.

Ia ingin melihat bagaimana usaha Yoongi untuk membuatnya ingat.

Bahkan, sampai sekarang ini, saat Yuna berada di atas menara pantai dengan menyesap kopinya bersama Yoongi di sampingnya, ia masih tidak mengatakan apapun tentang hal yang ia ketahui. Dan ia berniat untuk mengungkapkannya sekarang.

"Sajangnim." Panggilnya sambil dengan menatap ombak di bawahnya.

Yoongi meletakkan gelasnya di sisi tubuhnya. Ikut menatap deburan ombak yang kencang di sore hari ini. "Hm?"

"Anda pernah berkencan?"

Pertanyaan Yuna sukses membuat Yoongi menatapnya, ada raut keterkejutan di wajahnya. "Pernah," jawabnya singkat. "kau?"

Yuna ikut menatapnya, lalu perlahan kepalanya mengangguk. "Pernah juga." Yoongi diam, menunggu gadis itu untuk melanjutkan ucapannya. "Tapi— seperti sebuah mimpi." Garis bibirnya terbentuk sebuah senyuman miris. "Mimpi yang sangat buruk."

Entah apa yang membuat Yoongi begitu berdebar sekarang, tapi— saat matanya bertemu dengan mata Yuna, ia merasakan sebuah hatinya yang menghangat. "Kenapa— itu sebuah mimpi buruk?" Yoongi bertanya karena penasaran sekaligus berdebar.

Mata Yuna kembali mengarah pada laut lepas di hadapannya. "Karena dia menyuruh Jimin untuk menghilangkan semua ingatan saya tentangnya."

Bagai sebuah bom yang menghantami tubuhnya, Yoongi langsung menegang dan jantungnya berdebar dengan sangat kencang. Matanya membelak dan raut wajahnya pucat.

Saat Yuna kembali menatapnya dengan sebuah garis senyum manisnya, Yoongi semakin merasa jantungnya berhenti berdetak. "Tapi saya tidak menuruti kemauannya dan menyuruh Jimin untuk tidak menghilangkan ingatan saya." Ujarnya dengan suara bergetar. "Karena itu— saya menyebutnya dengan 'mimpi buruk'"

Yoongi bahkan tidak bisa berkata-kata sekarang, satu tetes air mata turun ke pipinya tanpa bisa ia tahan lagi. Ia seperti merasakan seluruh perasaan harunya menjadi satu, entah itu rasa terkejutnya atau rasa senangnya. Yuna yang tiba-tiba mengungkapkan semuanya ini masih belum bisa Yoongi terima mentah-mentah.

Laki-laki itu masih sangat terkejut.

Yuna yang melihat itu terkekeh pelan. Matanya ikut berkaca-kaca dan senyum manisnya tidak hilang dari wajahnya. "Kita bertemu lagi, Ssaem."

Dan tanpa bisa Yoongi tahan lagi, ia langsung menarik tengkuk gadis itu dan menyatukan bibir mereka. Menyalurkan rasa rindunya yang sudah ia tahan selama hampir lima tahun ia menjadi manusia.

...

"Astaga! Mereka berciuman!" Seru Aeri pada Juyeon di sampingnya. Gadis itu memukul lengan Juyeon histeris, sementara Juyeon sendiri menahan senyumnya dan berjingkrak-jingkrak tidak jelas.

Aeri yang melihat itu merasa aneh dan tidak mengerti pada Juyeon. "Berhentilah melompat-lompat!" Serunya kesal karena pasir pantai mengenai wajahnya karena Juyeon yang terus melompat-lompat tidak jelas di sebelahnya.

Sebenarnya, mereka sudah berada di pantai sejak satu jam lalu. Juyeon dan Aeri juga terus mengawasi Yoongi dan Yuna yang berada di atas menara sana, takut-takut jika mereka bunuh diri bersama, tapi yang mereka dapatkan ternyata adalah sebuah ciuman.

Sebuah tontonan yang sangat menarik dan mengejutkan.

"Ti-tidakkah Bosmu itu menciumnya terlalu lama?" Aeri merasa cemas dan raut wajah mereka yang sebelumnya histeris menjadi ngeri. "Lihat! Lihat Juyeon! Yuna mulai kehabisan napas dan memukulnya! Bagaimana jika sahabatku mati?!"

...

Penutupan proyek dilakukan malam itu, seluruh karyawan dan kru melakukan makan besar di sebuah aula besar penginapan mereka. Pesta ini tidak terlalu formal dan lebih untuk beristirahat dari semua beban yang sudah mereka pikul selama dua bulan ini.

Dan kabar jika Yoongi dan Yuna berciuman di menara pantai juga sudah tersebar sampai seluruh karyawan tahu. Alhasil, selama makan besar itu, seluruh karyawan tidak berhenti untuk menggoda mereka.

Yuna jadi malu sendiri karena hal itu. Ia sampai harus menjauhi Yoongi di pesta makan besar itu, tapi Yoongi malah terus menempel padanya dengan menyuruhnya untuk duduk di sebelahnya. Dan tanpa diduga sebelumnya, Yoongi melamarnya di depan seluruh karyawan.

Tanpa bunga dan cincin.

Hanya mengatakan jika ia akan menikahi Yuna dalam beberapa bulan kedepan.

Yuna yang tidak tahu akan mendapatkan sebuah lamaran itu, hampir saja pingsan karena saking malu dan terkejutnya ia.

Yoongi sendiri juga tidak memberitahunya lebih dulu.

Bagaimana bisa laki-laki itu melamarnya di hadapan seluruh karyawan? Membuatnya malu saja sampai ia tidak berani untuk mengangkat kepalanya.

...

"Berhentilah menatap saya seperti itu, Sajangnim." Ujar Yuna saat Yoongi menatapnya sejak sepuluh menit lalu. Sekarang mereka sedang berada di luar aula dan menatap suasana malam di luar ruangan.

Bukannya berhenti menatap, Yoongi malah menarik pinggangnya untuk mendekat. "Jangan memakai bahasa formal padaku." Yoongi berkata dingin. Terlihat tidak suka.

"Tapi Sajangnim adalah pimpinan sa—"

Cup,

Satu kecupan mendarat pada bibir gadis itu. Sontak Yuna membelak dan mendorong dada Yoongi. "Ya! Bagaimana jika ada yang melihat?!" Serunya panik dengan mengitarkan pandangannya ke sekitar aula. Memastikan jika tidak ada karyawan yang melihat.

Tangan Yoongi menarik dagu Yuna agar menatapnya. "Jika memakai bahasa formal lagi aku akan menciummu."

Tatapan mereka bertemu, dan Yuna bisa merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya. "T-tapi jika di depan karyawan lain—"

"Hanya jika bersamaku saja, kau bisa memakai bahasa formal jika di depan lainnya." Sahutnya dan Yuna bisa menghela napas lega karena hal itu. Yang benar saja jika Yuna memakai bahasa informal pada Yoongi saat berada di depan karyawan lainnya. Ia akan terlihat tidak sopan meskipun seluruh karyawan tahu jika mereka berkencan.

"Coba panggil namaku."

"Huh?"

"Dengan kata 'sayang' juga tidak masalah."

Yuna menatap sekitar, kembali memastikan jika tidak ada orang selain mereka di sini. Ia lalu kembali menatap Yoongi dengan perasaan gugup. "Y-yoongi?"

"Dengan 'sayang', Yuna."

Yuna menggigir bibirnya, merasa aneh. "Y-yoongi sa-sayang?"

Senyum Yoongi mengembang lalu dengan tiba-tiba mengecup kembali bibir gadis itu. "Menggemaskan. Kenapa kau menggemaskan sekali?! Membuatku ingin terus menciummu saja."

"Y-ya!" Yuna menahan dada Yoongi yang ingin kembali memajukan tubuhnya untuk menciumnya. Tatapannya turun pada bibir Yoongi, sebetulnya Yuna juga merindukan bibir laki-laki itu setelah hampir lima tahun mereka tidak bertemu. Tapi ia merasa jika di sini tidak aman. "Jangan di sini," gadis itu mengigir bibirnya gugup. "Ingin ke ka-kamarku saja?"

tbc,

dengerin ini sambil nyetel musik blue jeans gangga kerasa bgt vibesnya😔😔😔

btw tinggal dua chapter lg yaaaa😔😔

Demon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang