"Kemarilah." Yoongi menepuk ranjang yang berada di sebelahnya saat melihat Yuna yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan baju tidur barbienya.
Yuna menggosok-gosok rambutnya memakai handuk lebih dulu lalu melangkah menuju ranjangnya. Meletakkan handuk itu pada meja dan langsung merebahkan tubuhnya di sebelah Yoongi.
Yoongi mengambil tubuh Yuna dan mendekapnya sangat erat.
"Ssaem, aku banyak tugas." Ujar Yuna mencari alasan untuk keluar dari zona nyaman yang Yoongi berikan. Pasalnya, sejak dua jam yang lalu, Yoongi terus saja memeluknya dan tidak membiarkannya untuk melakukan kegiatan lainnya.
Tangan Yoongi mengelus rambut Yuna yang berada di dadanya. "Aku masih merindukanmu."
"Tapi kita sudah berpelukan selama dua jam lebih."
"Masih kurang."
"Memangnya Ssaem ingin berpelukan seharian?"
"Ya."
Mendengar itu membuat Yuna memutar kedua bola matanya. Namun, ia tidak menolak dekapan Yoongi. Ia malah melilitkan tangannya di pinggang Yoongi. Mencium wangi maskulin Yoongi dari dadanya.
Wangi sekali.
Berapa lama ia tidak bertemu Yoongi?
"Ssaem," Yuna memulai percakapan. "Jimin sunbae itu apa?"
Yoongi tiba-tiba saja membuka matanya. Ia menundukkan kepalanya untuk menatap Yuna yang juga sedang mendangak untuk menatapnya. "Maksudmu?" Balas Yoongi tidak mengerti.
"Ah, aku belum cerita, ya?" Yuna menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Ia lalu membenarkan posisinya di dada Yoongi dan mulai bercerita. Tentang bagaimana Jimin melindunginya dari kecelakaan mobil dan bagaimana kekuatan yang Jimin tidak sengaja tunjukkan padanya.
"Kapan kau mulai kenal dengannya?" Yoongi bertanya, ada sedikit intonasi suara cemas di pertanyaannya barusan. "Kejadian apa yang membuatmu kenal dengannya?"
Yuna terlihat berpikir sebentar. "Sejak aku SMA, Jimin sunbae menjadi murid pindahan dan terkenal karena dia osis dan masuk ke dalam peringkat paralel sekolah." Yuna kembali mendangakkan kepalanya untuk menatap Yoongi. "Sudah sekitar dua tahun lalu."
Seolah tidak percaya dengan apa yang baru di dengarnya, Yoongi terdiam sebentar.
Tangannya menekan kepala Yuna untuk berada di dadanya. Semakin mendekapnya dengan erat. Seolah tidak ingin Yuna beranjak darinya sedikit pun.
"Bisa saja— menurutku—" ia terlihat ragu untuk mengatakannya. "Jimin adalah malaikat pelindungmu."
Yuna membelak, terlihat sangat terkejut. "Pelindung?!" Serunya antusias. "Berarti— Jimin sunbae bisa membuatku terbebas dari kematian satu tahun ini?"
Yoongi menatap lirih dirinya yang terpantul kaca rias Yuna. Menampilkan sosok asli dirinya yang hanya berupa asap berwarna hitam menyeramkan dengan mata yang merah menyala.
Perlahan, kepalanya mengangguk— membenarkan ucapan kekasihnya ini. "Ya." Jawabnya lirih lalu mengangkat dagu Yuna untuk menatapnya. "Dan dia bisa menghilangkan iblis maut yang akan mencabut nyawamu dalam satu tahun ini."
Mata Yuna berbinar, muncul secercah harapan di hatinya. "Benarkah? Sungguh? Berarti aku bisa hidup terus bersama Ssaem? Bukankah Ssaem juga menjadi—" sebelum Yuna selesai dengan ucapannya, Yoongi sudah lebih dulu memajukan kepalanya dan mencium gadis itu.
Melahap bibirnya seolah tidak ada hari esok.
...
Yoongi mondar mandir di ruang tengah rumahnya. Merasa gugup. Sangat amat gugup sampai ia sendiri mungkin merasa akan meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon
FantasyIm Yuna tidak tahu jika akhir dari kehidupannya akan berakhir satu tahun dari sejak masuknya ia pada dunia perkuliahannya. Tapi, siapa yang menyangka jika malaikat maut yang akan merenggut nyawanya sendiri sudah ada di sekitar kehidupannya dan menja...