Yuna tidak mampu lagi menahan debaran jantungnya saat menatap Yoongi yang sekarang sedang memasak sesuatu di dapurnya. Matanya tidak lepas dari punggung Yoongi yang membelakanginya.
Pikirannya tiba-tiba saja teralih pada kejadian tadi pagi saat Yoongi menciumnya dan berakhir mereka tertidur bersama sampai malam. Saat ini bahkan sudah pukul delapan malam dan Yoongi belum juga pergi dari rumahnya.
Tadi, saat mereka bangun sekitar pukul tujuh malam, Yoongi kembali menciumnya dan hanya menciumnya, tidak melakukan hal lebih meskipun mereka berada di atas ranjang. Yuna jadi berpikir jika ia mungkin bisa saja ketagihan dengan bibir Dosennya sendiri. Tapi aneh sekali, biasanya laki-laki tidak akan bisa menahan nafsunya ketika berada di atas ranjang berdua dengan wanita. Kenapa Yoongi hanya menciumnya tadi? Tidakkah laki-laki itu merasa terbebani? Terlebih lagi mereka berada di atas ranjang.
Tapi, kenapa sekarang kesannya Yuna sangat ingin melakukan hal yang lebih dengan Yoongi? Oh astaga, sepertinya pikirannya memang aneh beberapa hari terakhir ini.
Senyum Yoongi tertarik saat mendengar isi kepala Yuna yang terus terdengar di telinganya. Sedari tadi ia tidak bisa untuk tidak menahan senyumnya meskipun tubuhnya memunggungi perempuan itu.
Tiba-tiba saja kepalanya menengok kebelak, menatap Yuna yang sedang berada di meja makan dengan tangannya yang menumpu dagunya. Jelas sekali jika ia sedang menatapnya, dan saat sadar Yoongi yang ternyata berbalik, Yuna langsung menegakkan tubuhnya dan menatap ke arah lain.
Pipinya memanas.
Yoongi yang melihat itu terkekeh pelan, menganggap jika Yuna sangat menggemaskan saat ini. Ia lalu kembali pada masakannya yang hampir selesai.
Yuna kembali menatap punggung Yoongi, benar-benar merasa malu saat tertangkap basah sedang menatapnya. Saat ini, ia masih belum merasa jika waktu berputar begitu nyata. Yuna masih belum menerima jika ciumannya dengan Yoongi sangat membuatnya candu dan ingin terus menerus.
"Sudah jadi." Yoongi berbalik dengan dua piring yang berada di tangannya. Ia lalu meletakkan piring itu pada hadapan Yuna dan satu lagi di hadapannya. Ia melapas celemek yang ia pakai sebelum beranjak duduk. "Makanlah." Ujarnya lagi dengan senyum manis yang terpampang jelas di wajah tampannya itu. Menatap Yuna dengan wajahnya yang memerah, sangat menggemaskan hingga Yoongi sangat ingin menciumnya lagi.
...
Pagi hari ini, Yuna memberanikan diri untuk ke kampus setelah beberapa hari terakhir ia tidak memunculkan dirinya. Setelah Yoongi menenangkannya kemarin, ia berusaha untuk tidak memikirkan tentang kematiannya dan hanya akan fokus pada setahun terakhir yang ia miliki.
Namun, tentu saja tidak mudah untuk membangun mental dan keberaniannya setelah mendengar tentang kematiannya sendiri. Lagi pula, siapa yang akan semangat hidup jika tahu ajal akan menjemputnya hari demi hari? Seharusnya ia berdoa saja di kuil dari pada harus ke kampus seperti ini.
"Yuna? Kau Im Yuna, bukan?"
Yuna langsung berbalik saat seseorang memanggil namanya. Matanya terbelak lalu membungkukkan tubuhnya. "Ahh, halo. Kau Jongho, ya?" Balasnya mengingat laki-laki yang berkencan buta dengannya beberapa hari lalu.
Laki-laki itu terlihat tersenyum. "Jangan terlalu kaku seperti itu, kita seumuran." Mata Jongho berbinar saat ia menatap Yuna di pagi hari ini. Perempuan itu terlihat sangat cerah dan segar meskipun matanya sedikit bengkak. "Aku hanya lewat di sekitar sini dan tidak sengaja bertemu denganmu." Tatapannya lalu beralih pada gedung yang berada di belakang Yuna. "Jadi, kau di fakultas ini?"
Yuna menganggukkan kepalanya. "Ya, aku dan Aeri sejurusan. Kau ingin melihat-lihat di dalam gedung?" Tawarnya yang tanpa sadar melupakan seluruh pikiran tentang kematiannya. Sepertinya, memang seseorang harus mengajaknya mengobrol untuk mengalihkan pikirannya. Sama seperti Yoongi, tapi jika bersama Yoongi lebih condong ke ciuman yang manis dan menenangkan.
"Tidak usah, aku juga akan ada kelas setelah ini." Ia kembali menatap Yuna, dan Yuna tahu jika Jongho sedang mengaguminya. Tatapan matanya sama seperti yang di berikan Yoongi atau pun Jimin padanya. Namun, ia mencoba menghilangkan perasaan anehnya itu.
Yuna kembali mengangguk. "Kalau begitu aku pergi dulu, ya?" Ujarnya lebih ke pernyataan. Yuna melambaikan tangannya pada Jungho sebelum berbalik dan menaiki tangga untuk masuk ke dalam gedung.
Namun, baru saja ia masuk ke dalam gedung saat pintu otomatis bergeser itu terbuka ke arahnya, ia langsung bisa merasakan lengannya yang di tarik hingga Yuna terlonjak terkejut dan ingin memukul seseorang itu jika saja ia tidak sadar yang menariknya adalah Yoongi.
Yoongi membawanya masuk ke dalam ruangan yang biasanya di buat mahasiswa untuk bertemu dosen pembimbing. Yoongi menutup pintunya lalu melepaskan lengannya. Ia lalu berdiri menghadap Yuna dengan tatapan dinginnya. "Kau masih bertemu dengannya?" Ujarnya dingin, kedua tangannya ia lipat di depan dadanya. Menatap Yuna seolah sedang mengintimidasinya.
"Ti-tidak, Jongho hanya kebetulan lewat tadi." Entah kenapa Yuna gugup sekarang, ia sedikit takut saat Yoongi menatapnya seperti itu. Di tambah mereka sedang berada di ruangan yang mana hanya ada mereka di sini.
Yoongi masih mempertahankan raut wajahnya. "Kenapa mengobrol lama dengannya?"
Apa lagi sekarang? Apa ia tidak di perbolehkan berbicara dengan seseorang? Lagi pula, bukankah ia hanya berbicara sebentar dengan Jongho?
Menyadari Yuna yang menatapnya dengan kebingungan membuat Yoongi menghela napasnya. Menatap Yuna yang begitu manis di pagi hari ini entah kenapa membuatnya ingin menciumnya lagi, dan juga Yoongi ingin mendengar suara pikirannya setiap saat. Yoongi selalu ingin tahu apa yang berada di pikiran Yuna untuk membuatnya tahu tentang gadis itu.
"Kemarilah, aku ingin menciummu." Baru saja Yoongi ingin menarik Yuna ke dalam dekapannya, tapi Yuna lebih dulu mengangkat tangannya di hadapan Yoongi hingga membuatnya terhenti. Yoongi yang melihat itu mengerutkan keningnya, tidak biasanya Yuna menolaknya seperti ini. "Ada apa?" Tanyanya tak mengerti.
Mata Yuna mengelilingi ruangan ini lalu terhenti pada CCTV yang berada di pojong atap ruangan. "Memangnya tidak apa berciuman di sini?" Intonasi suaranya terdengar sedikit ngeri.
Yoongi yang melihat itu terkekeh pelan, ia kira Yuna akan menolaknya, tapi ia hanya takut pada CCTV itu. "Kalau begitu ke ruanganku saja." Ucapnya dengan sudah memenggenggam lengan gadis itu dan membawanya berteleportasi sebelum Yuna bisa berbicara sepatah kata lagi.
...
Jongho belum juga beranjak dari tempat ia berdiri sejak Yuna masuk ke dalam gedung beberapa menit lalu. Senyum miringnya tertarik saat ia menyadari sesuatu.
Tangannya lalu terulur untuk mengambil HP yang berada di saku celananya. Memanggil seseorang dengan nomor yang sudah ia hapal di luar kepala. Beberapa nada panggil sebelum seseorang yang berada di seberang mengangkat panggilannya.
"Yeosang, sepertinya tebakan kita benar." Ujarnya dengan setengah berbisik, masih dengan menatap gedung tinggi yang berada di hadapannya. "Aku akan menemuimu sekarang, tunggu aku." Lanjutnya dengan kepala yang mendangak untuk menatap ujung dari gedung itu lalu memejamkan matanya dan menghilang di balik embusan angin yang melewatinya.
tbc,
coba tebak ada berapa demon di cerita ini???
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon
FantasyIm Yuna tidak tahu jika akhir dari kehidupannya akan berakhir satu tahun dari sejak masuknya ia pada dunia perkuliahannya. Tapi, siapa yang menyangka jika malaikat maut yang akan merenggut nyawanya sendiri sudah ada di sekitar kehidupannya dan menja...