(22) Empty Feeling

616 131 2
                                    

4 Tahun Kemudian...

"Selamat kepada mahasiswi Im Yuna yang lulus dengan nilai sempurna!"

Sontak aula ricuh, suara tepukan tangan dan sorakan riang terdengar dari berbagai sudut ruang aula. Semua mata yang berada di aula itu tertuju pada seorang gadis cantik yang mulai berdiri dari banyaknya tempat duduk di aula itu.

Senyum manis terukir sangat indah di wajah Yuna yang saat ini terlapisi make up graduate-nya. Membuatnya terlihat jauh lebih dewasa dan cantik di saat bersamaan.

Langkah sepatu high heelsnya yang melangkah di karpet merah terdengar sangat anggun dengan seluruh tatap mata yang sedang menatapnya dengan kagum dan terpana.

Perlahan, Yuna mulai menaiki tangga panggung dan menuju pembicara dan beberapa dosen yang berada di tengah-tengah panggung. Ia berjabat tangan dengan senyum sumringah yang tercetak di wajahnya.

Salah satu dosen memindahkan tali toga-nya dan menjabat tangan gadis itu dengan perasaan yang bangga dan kagum. "Selamat."

Yuna tersenyum. "Terimakasih, Ssaem." Ia membungkukkan tubuhnya sedikit dan menerima piagam yang di berikan kepadanya.

"Silahkan ucapkan beberapa kata." MC memberinya sebuah mic yang menyala.

Sebetulnya Yuna sedikit gugup untuk berbicara, ia bahkan ingin sekali menolak. Namun, sepertinya semua orang sangat menginginkannya untuk berbicara. Terlebih lagi perempuan yang sejak tadi sudah heboh di barisan para mahasiswa itu.

Sahabatnya, Aeri. Yang sejak tadi tidak berhenti untuk meneriaki namanya di antara kursi-kursi para mahasiswa itu. Menyoraki namanya dan bahkan berdiri untuk melambaikan tangannya kepadanya. Benar-benar membuat Yuna malu.

"Eum, hai semua." Yuna membuka sambutannya. Tangannya memegang piagamnya dengan erat dan sesekali menatap piagam itu dengan mata yang berbinar. Tanpa sadar matanya mulai memanas. "Pertama-tama saya berterima kasih kepada orang tua saya yang sudah melahirkan saya dan memperkenalkan dunia ini kepada saya." Senyumnya terukir. "Semoga kalian tenang di sana, Yuna menyayangi kalian"

Aula hening.

Ikut terharu.

Yuna harus menggigit bibirnya dalam agar ia tidak menangis.

"Dan juga, bersenang-senanglah setelah ini! Kita semua pengangguran sekarang!" Ucapan Yuna sukses membuat gelak tawa aula menjadi begitu kencang. Gadis itu benar-benar pintar untuk membalikkan suasana. Dan tanpa sadar semakin banyak pasang mata yang menjadi begitu terkesan dengannya.

Yuna mengembangkan senyumnya. Ia lalu mengucapkan kalimat penutup dengan sdikit terselip candaan di baliknya. Seluruh Aula menjadi kembali bersemangat karena sambutan Yuna yang sangat lucu dan menggemaskan.

Gadis itu lalu turun dengan penuh tepuk tangan yang mengarah padanya. Bahkan, sampai ia duduk di bangkunya saja, masih banyak sekali pasang mata yang mengarah padanya. Terlebih lagi para laki-laki yang mulai merasa jatuh cinta pada pandangan pertama.

Yuna yang selalu menjadi selebriti kampus itu memang tidak dapat diragukan lagi.

...

"Bersulang!!"

Yuna mengangkat gelasnya lalu menyatukannya dengan banyak gelas lainnya yang dipegang oleh teman-temannya. Suara dentingan gelas kaca menjadi begitu menyegarkan bagi seluruh orang yang berada di sana sebelum meneguknya dengan sekali shot.

Panas menjalar di leher Yuna saat cairan itu mengalir sesaat setelah ia meminumnya.

Ah, ia tidak bisa melanjutkan ini.

Demon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang