Satu bulan berlalu, pesta penutupan untuk proyek dilaksanakan nanti malam pukul sembilan. Saat ini Yuna sangat sibuk untuk menyiapkan sambutan dan sedikit presentasi terkait hasil yang di dapatkan dari proyek ini.
Sementara ia duduk di bangku salon dengan membuka-buka berkas dan dokumen, dua perias yang berada di belakangnya sibuk menata rambutnya dan satu lagi merias wajahnya. Sesekali Yuna harus mendangakkan kepalanya untuk memudahkan akses perias itu untuk mendandani wajahnya.
Gadis itu sudah tidak bisa lagi menahan jantungnya yang berdebar bukan main karena pesta ini bersifat sangat formal dan dihadiri banyak petinggi-petinggi penting. Bahkan terdengar kabar jika walikota juga ikut dalam pesta penutupan ini.
Semoga saja ia tidak melakukan kesalahan.
"Selesai." Dua perias itu menjauhkan tubuh mereka dan menatap Yuna melewati cermin. Ternganga karena hasil tangan mereka pada dewi yang berada di hadapan mereka.
Yuna yang merasa di tatap, mulai meletakkan berkasnya dan menatap dirinya di cermin. Sedikit terkejut karena wajahnya yang sedikit berbeda malam ini. Persis seperti di hari kelulusannya, di mana banyak orang yang jatuh hati padanya.
Rasanya seperti déjà vu, ia juga harus memberi sambutan hari ini, sama seperti hari kelulusannya.
"Yuna, lihat aku, apakah dress ini cocok untuk—" Aeri yang baru saja menghampiri Yuna langsung ternganga saat menatap sahabatnya itu. Matanya membulat dan mulutnya setengah terbuka. "A-astaga, bagaimana bisa kau secantik ini?!"
Yuna beranjak berdiri lalu mengusap tengkuknya canggung. "Tidakkah ini berlebihan? Maksudku— apa aku harus di dandani seperti ini hanya untuk memberi sambutan?"
"Tentu saja!" Aeri berseru heboh sampai Yuna membelakkan matanya karena terkejut. Beruntung dua perias itu sudah keluar ruangan, kalau tidak mungkin mereka akan menganggap Aeri gila. "Kau yang akan menjadi pembuka acara ini, Yuna. Semua perhatian akan terpusat padamu— tapi tidakkah dress ini terlalu pendek? Yoongi akan baik-baik saja? Bukankah dia tidak suka jika kau memakai pakaian minim?"
...
Ucapan Aeri benar adanya, saat acara pesta penutupan di mulai, dan saat Yuna mulai menaiki panggung aula mewah itu dengan mic di tangannya dan beberapa berkas di tangannya, semua perhatian berpusat padanya.
Tatapan kekaguman tidak luput darinya yang berjalan menuju tengah panggung. Suara langkah high heels-nya sampai terdengar karena saking sunyinya aula malam itu. Tidak ada yang tidak menatapnya.
Bahkan, sampai ia di tengah aula dan menarik napas serta tersenyum ke semua orang yang duduk di beberapa meja melingkar, tatapan kekaguman dan tatapan penuh cinta masih mengarah padanya.
Kecuali satu orang.
Min Yoongi.
Yang duduk di salah satu bangku meja lingkaran di tengah aula. Laki-laki itu menatapnya dingin dan tajam, seolah tidak suka akan apa yang gadis itu kenakan.
Karena itu Yuna tidak akan menatap Yoongi dan hanya akan menatap beberapa orang saja. Ia pasti akan gugup jika matanya bertemu dengan mata tajam Yoongi.
"Selamat malam." Yuna memulai sambutan dengan suaranya yang merdu dan indah. Membuat semua orang yang berada di sana semakin jatuh hati padanya. Suara serta pembawaannya yang sudah lihai akan sambutan membuatnya lancar dan menghilangkan kegugupannya.
Gadis itu pandai membawa suasana, public speaking yang sudah terlatih sejak di bangku kuliah membuatnya lihai dan tidak mengecewakan. Tidak ada yang tidak memberikan perhatian padanya yang berada di atas panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon
FantasyIm Yuna tidak tahu jika akhir dari kehidupannya akan berakhir satu tahun dari sejak masuknya ia pada dunia perkuliahannya. Tapi, siapa yang menyangka jika malaikat maut yang akan merenggut nyawanya sendiri sudah ada di sekitar kehidupannya dan menja...