Yuna membuka matanya bertepatan dengan Yoongi yang meneriaki namanya dengan kencang. Dan saat ia baru saja sadar, tatapannya langsung bertemu dengan mata Yoongi yang basah dan raut wajahnya yang terlihat sangat cemas dan ketakutan.
Padahal, Yuna tidak pernah melihat raut wajah Yoongi yang seperti itu, karena biasanya Yoongi selalu tenang dan santai di setiap waktu. Tapi kali ini berbeda, Yoongi mempunyai ketakutan yang sangat besar.
Greb,
Tanpa aba-aba, laki-laki itu menjatuhkan tubuhnya dan memeluk Yuna se-erat mungkin. Sangat erat sampai Yuna merasa jika mungkin ia akan kehabisan napas jika Yoongi terus memeluknya seperti ini.
"Aku takut—" Yoongi terisak pelan, "benar-benar takut jika kau akan meninggalkanku." Jadi, beginilah rasanya. Baru kali ini Yoongi merasakan ketakutan yang tiada bandingnya. Ketakutan akan kehilangan sosok yang begitu ia cintai untuk kedua kalinya.
Yuna menanggapinya dengan senyum, tangannya menepuk-nepuk pelan punggung Yoongi yang berada di atasnya. Gadis itu bahkan baru menyadari jika Yoongi memindahkan tubuhnya di sofa ruang tengah dan langsung memeluknya sesaat setelah ia baru saja sadar.
Melihat Yoongi yang begitu ketakutan seperti ini, ia jadi mengingat percakapannya dengan Jimin tadi.
"—ingin aku melakukannya untukmu?"
Yuna menghentikan tangisannya, meskipun masih ada isakan kecil dari mulutnya, tapi ia berusaha sekuat mungkin untuk tetap tegar dan menjawab ucapan Jimin. "Tidak." Jawabnya dengan sangat yakin. "Aku tidak ingin melupakan Yoongi dari kehidupanku."
Jimin mengerutkan keningnya.
"Jika aku melupakannya, aku tidak akan mempunyai gairah untuk melanjutkan hidup, Sunbae." Ia berkata lirih, tapi dengan makna yang sangat dalam. "Aku ingat jika kehidupanku yang sebelumnya abu-abu berubah menjadi berwarna saat Yoongi datang." Gadis itu menutup wajahnya. "Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpanya setelah ini jika aku melupakannya."
"Jadi, kau ingin waktu terus berjalan?"
"Ya."
"Meskipun kau akan mati atau Yoongi yang akan menghilang dari kehidupanmu jika waktunya sudah tiba?"
Yuna menarik napasnya lalu mengangguk. "Setidaknya aku masih bisa menikmati sisa-sisa waktuku bersamanya, Sunbae." Ujarnya dengan tenang dan yakin.
Jimin yang mendengar itu akhirnya mengangguk, laki-laki tidak punya pilihan lain. "Baiklah," ia menurunkan tangannya yang merangkul Yuna dengan berat hati. "Jalan lah menuju air terjun itu dan kau akan kembali sadar."
Yuna melangkahkan kakinya maju beberapa langkah, tapi tiba-tiba saja ia melambaikan tangannya pada Jimin dan tersenyum lebar. "Sampai bertemu semester depan, Sunbae!" Serunya sebelum berlari dengan kencang menuju air terjun itu.
Meninggalkan Jimin yang tersenyum tipis dengan menjawab ucapan gadis itu di dalam hati. 'Tidak mungkin, semua akan berakhir dalam 30 hari lagi— sebelum semester depan dimulai.'
"Yuna." Yoongi mengangkat kepalanya dan menatap wajah gadis itu yang merupakan ketakutan terbesarnya. "Kau tahu jika aku mencintaimu, kan?"
Yuna mengangguk. "Aku tahu." Tangannya lalu terulur untuk mengalung pada Yoongi yang masih berada di atasnya. "Aku juga mencintai Ssaem."
Seolah tersenget sesuatu, tiba-tiba saja Yoongi sangat ingin mencium kekasihnya ini. Terlebih lagi saat Yuna tersenyum dan mendekatkan wajahnya. "Yuna." Panggil Yoongi serak. "Aku ingin bibirmu."
Gadis itu membelak lalu menahan bahu Yoongi yang sudah ingin mendekat. "Makananku belum habis," itu adalah sebuah penolakan halus. "aku habiskan dulu, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon
FantasyIm Yuna tidak tahu jika akhir dari kehidupannya akan berakhir satu tahun dari sejak masuknya ia pada dunia perkuliahannya. Tapi, siapa yang menyangka jika malaikat maut yang akan merenggut nyawanya sendiri sudah ada di sekitar kehidupannya dan menja...