09 ; Worried

1.2K 203 6
                                    

Triple up nih, votement nya dong ;)
-----▪︎▪︎▪︎■■▪︎▪︎▪︎-----


Perlahan Ryujin membuka matanya dan mendapati selang infus sudah melekat di tangannya.

"Ah sial pusing banget"

Ryujin mengedarkan pandangannya ke sekitar ruang rawat rumah sakit yang saat ini ditempatinya. Sepi tak ada orang.

"Udah sadar?" Ryujin terlonjak kaget saat melihat Jeno yang baru saja keluar dari kamar mandi ruang rawatnya.

"Ngapain lo disini?" Tanya Ryujin pada Jeno

"Jual beli barang bekas"

"Shopee dong"

"Lazada anjir"

"Toko pedia goblok" Bukan Jeno atau Ryujin yang menjawab tapi Yeji yang baru saja masuk ke ruang rawat Ryujin.

"Bunda otw kesini" Ucap Yeji pada Ryujin

"Bunda siapa?"

"Bunda Jeno! Ya Bunda elu lah maemunah!"

"Oh... eh! Ngapain lo nelpon bunda gue sinting!"

"Udah baik gue nelpon bunda lo, malah lo ngatain gua sinting!"

"Ck' belum pernah ngerasain ngga punya mulut ya" Yeji dan Ryujin langsung diam saat suara Jeno mengintrupsi perdebatan mereka.

"Gue mau nyari angin dulu" Yeji yang sepertinya mengerti situasi langsung ngebirit keluar memberikan ruang untuk Jeno dan Ryujin.

"Sejak kapan lo sering kena teror?" Tanya Jeno to the point.

"Bukan urusan lo!"

"Jelas ini urusan gue, lo sekarang pacar gue!"

"Cih memangnya sejak kapan kita pacaran tuan Lee Jeno"

"Hari saat gue mengklaim lo sebagai mainan"

"Nah kan gue cuman mainan lo! Bukan pacar lo!"

"Mulai sekarang lo pacar gue!"

"Tapi gue ngga mau jadi pacar lo! Udah cukup hari gue dapat masalah cuman karena lo yang mengklaim gue sebagai mainan. Lo ngga tau kan kalau degem-degem lo di luar sana itu sinting, ngga ada otak"

"Itu sebabnya gue nanya sejak kapan lo kena teror sayang"

"Aish, cheesy banget! Udah ah ngga usah ikut campur, lagian juga gue udah terbiasa begini, ya walaupun ini yang paling parah"

Jeno menghela napasnya, ia berjalan mendekat ke brankar tempat Ryujin. Lalu tanpa di duga tangan Jeno terulur mengusap pelan rambut Ryujin.

"Gue ngga pernah ngerasa sepeduli ini sama orang lain, tapi hari ini ngedengar lo yang tiba-tiba pingsan—" Jeno mendekatkan wajahnya membuat Ryujin menahan napas. "—membuat gue ngerasain yang namanya benar-benar khawatir"

"Dan lo harus tanggung jawab karena udah buat gue khawatir gini Shin Ryujin" Jeno semakin mendekatkan wajahnya pada Ryujin bahkan gadis itu bisa merasakan deru napas Jeno saat ini.

Cklek

"Eh eh! Astaga! Bunda ganggu kalian ya"

-----▪︎▪︎▪︎■■▪︎▪︎▪︎-----

"Jeno Yeji makasih udah bantu bawa Ryujin ke rumah sakit"

"Ngga apa-apa kok tante, itu udah emang tugas Yeji sebagai sahabat. Kalau gitu Yeji pulang duluan" Ucap Yeji lalu membungkuk sopan pada Bunda Ryujin.

"Kalau begitu saya juga pamit dulu tante. Nanti malam saya akan kesini lagi" Jeno pun juga membungkuk sopan.

"Iya, kalian berdua hati-hati di jalan"

Jeno dan Yeji pun sama-sama berlalu pergi dari ruang rawat Ryujin.

"Jeno" Merasa namanya di panggil oleh Yeji, pemuda bermarga Lee itu menghentikan langkahnya.

"Lo tau kan alasan kenapa hari ini Ryujin kena shock berat sampai pingsan seperti itu" Ucap Yeji membuat Jeno menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Iya. Gue tau alasannya karena gue, tapi gue juga ngga tau kalau dari awal Ryujin memang sudah sering kena teror seperti itu"

"Sebenarnya Ryujin sudah terbiasa dengan siswa-siswa yang iri dan dengki padanya, tapi karena lo yang udah mengklaim Ryujin sebagai mainan membuat orang yang iri dan dengki padanya semakin menjadi-jadi karena orang itu salah satu fans gila lo!"

"Siapa orang itu?"

"Cih memangnya apa yang bakal lo lakuin kalau lo tau orangnya hah?!" Tanya Yeji seolah menantang Jeno

"Tentu saja membuat orang itu lebih menderita dari pada Ryujin" Sekarang Yeji dapat merasakan aura Jeno sangat menyeramkan dari pada sebelumnya.

You just raised the devil dear

TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang