GERAKAN EUNKWANG

163 19 12
                                    

Pagi berikutnya. Eunkwang sarapan seperti biasa. Yuri membantunya memulai sesi terapi seperti video yang kemarin ia rekam. Mereka melakukannya dengan baik. Menyisakan degupan jantung yang masih sama seperti kemarin. Sulit diatur.

"Bisakah kau membantuku memilihkan pakaian kerja hari ini, Yurissi?" Kata Eunkwang sebelum itu mandi "aku harus menghadiri rapat direksi di kantor. Kau juga harus ikut aku hari ini" katanya kemudian ia berlalu.

Yuri memilihkan sebuah kemeja panjang berwarna abu terang, celana panjang hitam, sebuah vest dan dasi belang dengan warna abu gelap. Ia menatanya di tempat tidur Eunkwang agar Eunkwang mudah menjangkaunya.

"Pilihan yang bagus" Suara Eunkwang terdengar hanya beberapa sentimeter di belakang Yuri. Yuri terperanjat kaget dan berbalik. Ia melihat Eunkwang berdiri disana dengan handuk yang mengait dibagian tubuh bawahnya. Rambutnya, tubuhnya, wajahnya basah.

"Kau mengagetkanku, o .. oppa" Kata Yuri tergagap "ka .. kau sudah se ... lesai?" Tanya sambil membuang muka. Ia berusaha mundur tapi tersudut di ujung ranjang. Eunkwang melangkah lagi semakin dekat.

"Buka" Katanya pada Yuri. Jantung Yuri berdegup kencang. Tatapan Eunkwang semakin hangat.

"Kenapa?" Kata Yuri mengelilingkan pandangannya seolah mencari bantuan.

"Karena aku mau mandi" Eunkwang terlihat bingung. Yuri melayangkan pandangannya pada tangan Eunkwang. Ia hampir salah paham "bukakan bungkusan sabun ini untukku, aku tak bisa membukanya sendiri" Kata Eunkwang tanpa Ekspresi.

Yuri mengelus pelan dadanya.

"Kenapa?" Tanya Eunkwang pada Yuri. Yuri menggeleng dan meraih sabun cair baru itu dari tangan Eunkwang. Ia membukanya dengan buru-buru dan mengembalikannya ke Eunkwang.

"Panggil saja aku jika butuh bantuan pakai baju" Yuri berlalu meninggalkan Eunkwang yang kebingungan.

"Dia memanggilku oppa?" Eunkwang tersenyum pada sabun.

***

Yuri menyisir rambut Eunkwang dan memakaikan dasi yang tadi dia pilihkan. Eunkwang menatap dirinya sendiri di depan Cermin sesekali tersenyum menatap Yuri.

"Yuri" panggilnya tanpa menoleh. Sibuk memperhatikan Yuri dari cermin. Yuri menoleh padanya dan tetap sibuk dengan dasi "tadi kau memanggilku 'oppa'" kata Eunkwang tersenyum bangga. Yuri diam. Mereka berpandangan.

"Benarkah?" Katanya singkat, kemudian kembali pada ikatan dasi.

"Kau boleh memanggilku, oppa" Eunkwang tersenyum hangat padanya. Yuri tak banyak bicara. Ia mengalihkan pandangannya dan mengangguk saja "Yurissi" panggil Eunkwang. Lipatan dasinya selesai ia menoleh lagi pada Eunkwang "Apakah Oppa terlihat tampan hari ini?"

Yuri merapikan kerah kemeja Eunkwang dan menatap lelaki itu dengan lembut. Ia membelai kemeja Eunkwang dari kerah ke bagian bawah.

"Ya ..." katanya dengan suara pelan dan tak mengalihkan pandangan penuh cintanya dari Eunkwang "...oppa begitu tampan" Yuri tersenyum. Jantung Eunkwang tak karuan. Rasanya mau meledak karena bahagia. Ia tersenyum bahagia dan pelan-pelan mencondongkan wajahnya. Rasanya sangat ingin ia melumat bibir wanita itu.

Yuri tak bereaksi. Ruangan dingin itu menambah syahdu. Ia tak akan melawan. Ia memejamkan matanya. Nafas Eunkwang terasa hangat di wajahnya.

'Ddddddrrrrrrrzzzzttt ddddddrrrrrzzzzttt ddddrrrrzzzztttt' getar ponsel Eunkwang membuyarkan suasana. Mata Yuri dan Eunkwang terbuka. Wajah Yuri memerah. Ia tersipu malu dan mendorong pelan tubuh Eunkwang yang terlalu dekat.

"Aku akan bersiap" kata Yuri meninggalkan Eunkwang.

Pintu kamar Eunkwang tertutup

"Aaaiiiissssshhhhh" Eunkwang kesal. Ia menyambar handphonenya dan melihat nama Yook Sungjae memberikan tiga panggilan tak terjawab disana "siaaaal!!!" Ia membanting handphonenya ke tempat tidur dengan kesal.

***

DEAR MY AHJUSSI 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang