JARAK TERDEKAT

161 20 14
                                    

Pagi itu Changsub sudah bangun dan menunggu Yuri di mobilnya. Yuri masih tak percaya ini hari pertamanya bekerja dirumah Eunkwang.

Ia masuk ke dalam mobil Changsub dan menatap Oppanya dengan dengan sebal.

"Harum sekali" kata Changsub memperhatikan Yuri yang tampak manis dan beraroma sedap pagi itu. Sedangkan ia belum mandi, hanya sempat mencuci wajahnya. Ia bahkan menjemput Yuri dengan menggunakan Piyama tidur. Ia menyerahkan sebuah dokumen rumah sakit.

"Jadwak terapi Eunkwang. Temani dia, oke?"

Yuri membacanya sekilas dan mengangguk.

***

Eunkwang mengerjapkan mata. Ia baru benar-benar bangun dari tidurnya dan tersenyum mencium aroma masakan sedap dari dapurnya.

"Yuriku ada disini" katanya tersenyum. Ia bangkit dan membasuh wajahnya, serta menggosok gigi "aku harus jual mahal" katanya mantap.

Eunkwang membuka pintu kamarnya dan melihat Yuri sedang menyiapkan sarapan untuknya. Yuri memakan pakaian rumah yang sangat manis. Ia menggunakan celemek masak yang biasa ia gunakan ketika ia masih di rumah ini. Eunkwang tersenyum melihat pemandangan indah di hadapannya. Yuri meninggalkannya selama berbulan-bulan dan ia kembali ada disini.

Yuri mendapati Eunkwang sedang tersenyum sambil memandanginya. Eunkwang salah tingkah. Ia masuk kembali ke kamarnya dan menutup pintu. Ia memegangi dadanya dan mengatur pernafasannya.

"Tenanglah, tenanglah" katanya pada diri sendiri. Setelah dapat mengendalikan degup jantungnya. Ia keluar lagi dari kamarnya.

"Kau sudah datang?" Katanya pada Yuri mencoba tanpa Ekspresi.

"Sejak jam 7 pagi" Suara Changsub mengagetkan Eunkwang.

"Sejak kapan kau duduk disitu?" Eunkwang melihat Changsub duduk santai mengenakan piyama tidur sambil menyesap secangkir kopi pahit.

"Hari pertamanya bekerja, aku harus memastikan dia bekerja dengan baik" kata Changsub. Yuri menatapnya sebal. Eunkwang duduk di meja makan. Menemani Changsub "sepertinya dia sudah mahir bekerja disini, aku akan pergi karena kau sudah bangun". Changsub bersiap.

"Oppa" Yuri memanggilnya "tidak bisakah kau menemaniku disini seharian?" Pinta Yuri. Changsub menarik telinganya.

"Kau pikir aku pengangguran? Temani dia, jangan sampai dia tersedak" Changsub berlalu. Membiarkan Eunkwang dan Yuri menikmati waktu canggung mereka.

Pintu rumah Eunkwang berdentam dan tertutup rapat. Eunkwang dan Yuri berpandangan. Lalu Yuri membuang muka, kembali pada pekerjaannya.

Dengan sigap ia menghidangkan masakannya agar Eunkwang bisa sarapan.

"Temani aku makan" kata Eunkwang.

"Makanlah, Ahjussi. Aku bisa makan nanti" Yuri menolaknya dan beranjak.

"Yurissi" Eunkwang memandang punggung kecil itu "aku tak bisa makan menggunakan tangan kiri" Katanya. Yuri berbalik dan memandang Eunkwang. Kemudian ia duduk kembali dan menyuapi Eunkwang makan dengan perlahan.

Sebetulnya Eunkwang membiasakan diri makan dengan tangan kiri. Tapi hari ini berbeda. Ia ingin menatap wajah wanita itu dari dekat.

Yuri benar-benar mahir menjaga pandangannya. Ia sama sekali tak mau menatap Eunkwang. Ia tau ia sedang diperhatikan. Hanya saja ia enggan. Laki-laki dihadapannya masih jadi laki-laki yang ia benci sampai hari ini.

"Ekhem" Eunkwang berdehem. Mengalihkan perhatian Yuri padanya.

"Kau tersedak? Sebentar kuambilkan minum" kata Yuri bangkit mengambilkan segelas air. Eunkwang tersenyum tipis.

Selesai makan, Eunkwang masuk kamarnya untuk mandi, lalu keluar lagi tanpa pakaian atas. Ia hanya mengenakan celana pendek dan mengaitkan handuk di pundaknya. Yuri yang sedang sarapan di dapur tersedak dan terperanjat. Ia buru-buru minum.

"Ahjussi!" Katanya membuang muka.

"Pakaikan aku kaus, aku tak bisa memakainya sendiri" kata Eunkwang menyodorkan sebuah kaus berwarna hijau pada Yuri. Yuri mengambilnya dan memakaikan kaus itu dengan segera.

Dari jarak ini. Ia dapat menatap kulit lembut Eunkwang. Tubuhnya yang atletis dan aroma sabun kesukaannya. Ia juga menyemprotkan perfume favorit Yuri.

Setelah selesai memakaikan kaus, Yuri menengadahkan wajahnya. Ia menatap mata Eunkwang yang sedang memandanginya. Wajah itu. Rambut alis Eunkwang yang legam, tatapan dari mata kecilnya, hidung mancung dan bibir merahnya. Bahkan Yuri bisa merasakan hangat nafas Eunkwang di wajahnya. Wajah itu, wajah laki-laki kesukaannya. Wajah yang menemukannya di pesisir.

Jantung Yuri berdegup kencang, begitupun dengan Eunkwang. Ini hari pertamanya bekerja atas permintaan Changsub. Ia juga tak bisa memungkiri perasaan rindunya pada laki-laki dewasa itu.

"Yuri ..."

Yuri terkesiap. Ia membuang muka dan membalikan tubuhnya.

"Katakan padaku jika ada yang kau butuhkan, ahjussi. Aku akan berada di ruang makan". Kata Yuri berlalu meninggalkan Eunkwang.

Eunkwang mendengus pelan. Itu tadi hampir saja. Ia benar-benar tidak mampu mengendalikan degup jantungnya. Eunkwang berlalu. Meninggalkan Yuri sendiri di meja makan. Ia mengambil sebuah buku dan duduk nyaman di kursi baca nya.

"Yurissi" ia memanggil Yuri. Yuri bergegas menemuinya "tolong ambilkan kacamata baca ku, ada di ..." Eunkwang terdiam. Ia lupa dimana ia terakhir menaruh kacamata  baca nya.

"Samping tempat tidur sebelah kanan, di kamarmu, kau taruh di laci paling atas disamping alkitab" Eunkwang bangkit. Ia bergegas ke kamarnya dan membuka laci yang disebutkan Yuri. Benar kacamatanya ada disana. Yuri menatapnya dan tersenyum.

"Terima kasih" Eunkwang tersenyum kembali. Yuri masih ingat betul kebiasaan Eunkwang. Ia melanjutkan pekerjaannya sambil tersenyum.

***

DEAR MY AHJUSSI 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang