Yuri menghilang. Benar-benar menghilang. Ia gunakan semua uang yang diberikan Eunkwang untuk pergi entah kemana.
Eunkwang sempat frustasi dan berusaha menghubunginya. Tapi ia gagal. Semua akun sns Yuri dinonaktifkan. Setelah semua uangnya di rekeningnya diambil, rekening itu ditutup. Nomor handphonenya diganti. Emailnya tak bisa diakses. Jinkyu tak tau dimana keberadaannya. Ia juga tak kembali ke pesisir. Ia tak ada dimanapun.
Eunkwang menutup laptopnya dengan kesal.
"Kau mencarinya?" Kata Sohee di ujung pintu ruang kerja Eunkwang. Eunkwang membawanya kerumah setelah keluar dari rumah sakit. Akan baik jika Eunkwang merawatnya secara langsung. Ia bangkit dari kursi kerjanya dan menghampiri Sohee.
"Aku ingin menyelesaikannya dengan baik" kata Eunkwang. Ia memapah Sohee duduk di sofa ruang tamu. Sohee membenamkan tubuhnya di pelukan Eunkwang.
"Aku tak peduli dia membenciku atau tidak, aku bahagia disisimu oppa" kata Sohee. Eunkwang diam dan mengecup kepala Sohee.
"Oppa, aku ingin tinggal disana" kata Sohee.
"Dimana?" Eunkwang menatapnya lembut.
"Di pesisir, aku menyukai tempat itu. Aku ingin menghabiskan waktuku dengan memandang lautan. Pasti menyenangkan dan bagus untuk penyembuhanku" ia tersenyum.
Eunkwang berpikir semalaman. Bagaimanapun pesisir mengingatkannya pada sosok Yuri yang ia temukan disana.
Keesokan harinya ia melihat Sohee memegangi dadanya.
"Sohee, kau sakit? Haruskah kita ke rumah sakit?" Tanya Eunkwang panik. Sohee menggeleng.
"Kabulkan permohonanku, aku bosan disini" katanya.
Eunkwang menyetujuinya. Mereka mengepak beberapa barang dan memutuskan untuk tinggal di pesisir sementara waktu.
Sejak hari pertama tinggal disana. Eunkwang menyerahkan diri jadi pendengar yang baik bagi Sohee. Ia merawatnya. Mereka menghabiskan waktu bersama. Menatap indahnya senja setiap sore. Eunkwang merawatnya dengan baik.
Sohee akan menyandarkan kepalanya dibahu Eunkwang setiap sore. Mereka akan duduk berdua di ayunan kayu yang Eunkwang siapkan. Setelah matahari tenggelam. Mereka akan masuk ke dalam rumah untuk makan malam.
Hari itu, tak seperti biasanya Sohee terlihat sangat cantik. Ia memakai pakaian casual cantik berwarna putih. Ia membiarkan kepalanya tanpa penutup dan ia merias wajahnya.
"Kau cantik sekali hari ini" kata Eunkwang "aku punya sesuatu" Mereka duduk di ayunan kayu dengan senyuman.
"Oppa, terima kasih. Aku sangat bahagia. Aku pasti cepat sembuh" kata Sohee tersenyum manis. Eunkwang menatapnya dan mengecup bibir Sohee yang berpemulas pink itu.
"Tentu saja. Kau akan sembuh dan kita akan bahagia. Aku punya sesuatu untukmu" kata Eunkwang mengeluarkan bungkusan kain kecil berwarna merah. Ia mengeluarkan sebuah cincin. Dan memakaikannya di jari manis Sohee "aaah, terlalu besar katanya"
"Oppa ..." mata Sohee berkaca-kaca. Ia kehabisan kata-kata.
"Kau harus sembuh. Berjanjilah padaku. Kau senang?" Kata Eunkwang. Sohee tak mampu berkata-kata. Air matanya tumpah. Mereka berpelukan.
"Terima kasih oppa" kata Sohee pelan.
"Kau tak boleh menangis. Riasan matamu luntur" Eunkwang mengusapnya dengan ibu jari.
Sore itu mereka menghabiskan waktu menatap senja.
"Kau bahagia, Kim Sohee?" Tanya Eunkwang.
"Aku bahagia, karena kau memilih untuk ada disampingku oppa" kata Sohee. Eunkwang menggenggam tangannya dan membiarkan Sohee menyandarkan tubuh dan kepalanya di bahunya.
Hari semakin gelap.
"Sohee, ayo kita masuk. Sudah malam. Ayo kita siapkan makan malam" kata Eunkwang. Sohee diam tak menjawabnya.
"Sohee, kau tertidur? Ah wanita manja ini. Aku lelah harus mengangkatmu ke tempat tidur" kata Eunkwang. Sohee diam tak bergeming. Jantung Eunkwang berdegup kencang. Tiba-tiba matanya panas.
"Sohee, kau lelah?" Tanya Eunkwang lagi. Sohee tak menjawab. Genggaman tangan Sohee terasa lebih dingin dari biasanya. Eunkwang memegang wajah Sohee. Ia tertidur dengan senyuman. Sisa air mata menetes daru selat matanya.
"Kim Sohee, kau bahagia?" Air mata Eunkwang berjatuhan. Ia memeluk dan menciumi wajah Sohee yang sudah tak bernyawa itu. Sohee pergi ...
"Sohee ... " Eunkwang terisak "kau bahagia? Apa kau pergi dengan bahagia?"
Eunkwang terisak, menangis kencang. Rad
Eunkwang mengangkat tubuh itu. Cincin yang baru saja ia pakaikan jatuh dan terlepas. Air mata Eunkwang berjatuhan.
Ia menghubungi Minhyuk.
"Minhyukah, Sohee ..."
***
Upacara pemakaman Sohee dilaksanakan cepat. Eunkwang terdiam menatap foto Sohee. Begitupun Minhyuk.
"Ia pergi dengan perasaan bahagia" kata Minhyuk. Eunkwang mengangguk. Ia tersenyum.
"Setidaknya tak seumur hidupnya ia terluka" kata Eunkwang
"Semua karena kau, Eunkwang" Minhyuk menepuk pundak Eunkwang "pulanglah. Aku akan berada disini sampai pagi" Kata Minhyuk. Eunkwang mengangguk pelan.
Malam itu Minhyuk disana sendirian. Ia meneguk minumannya dengan pandangan kosong. Seseorang datang. Ia menaruh setangkai bunga dan memberikan penghormatan.
"Yuri" Minhyuk memanggilnya. Yuri menghampiri Minhyuk dan memeluknya. Ia menangis. Menangis sejadi-jadinya. Minhyuk mengusap pelan rambut Yuri.
"Gwenchana?" Minhyuk tau betapa kecewanya Yuri. Changsub memberitahunya cerita di rumah sakit. Changsub juga yang memberi tahu Yuri kabar kematian Sohee. Hanya Changsub yang selama ini tau Yuri ada dimana.
"Aku akan pergi jauh Oppa. Jangan pernah katakan siapapun aku pernah kesini, ya?" Kata Yuri. Minhyuk mengangguk pelan. Yuri pergi, ia menghilang.
Mungkin ia tak akan kembali kali ini.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR MY AHJUSSI 3
FanfictionChangsub berusaha sekeras mungkin agar Yuri bisa kembali dengan Eunkwang. Tapi ada perasaan aneh yang semakin lama semakin menghangat setiap kali ia berurusan dengan Yuri. "Oppa kau tau kau tak boleh menyukaiku, kan?" Changsub mengangguk cepat. Ia t...