⚠ D u A P u L u H ⚠

181 23 10
                                    

Harry tidak dapat menahan keinginan untuk mengacaukan pikiran malan ini.

Kembali ke masa lalu, ia lagi-lagi pergi ke bar terpencil di kawasan kumuh dan berakhir babak belur karena terlibat pertengkaran dengan orang primitif.

Kemejanya basah dengan cairan wine dan minuman pahit lainnya, sepertinya ia memecahkan beberapa botol dan kini ia seolah bingung mengapa tangannya kesakitan saat hendak memutar knop pintunya.

"Fuck..." Umpatnya kecil, lantas masuk ke dalam dan bersandar pada pintunya.

Kepalanya masih berdenyut meski tidak separah sebelumnya, dan ketika ia berbalik ia melihat seorang perempuan tengah berjalan menuju sebuah lorong.

Seolah memancing perhatian, Harry mengikuti perempuan itu dan menemukan rambut cokelatnya yang bergelombang terkibas seiring kakinya berjalan. Sosok itu berhenti di depan pintu perpustakaan dan menoleh.

Amicia, berdiri di hadapannya.

Harry yang mabuk sontak menghampiri dan memperhatikan wajah gadis itu penuh sesal.

"Maafkan aku--"

Tiba-tiba saja gadis itu menariknya ke dalam ciuman, Harry terkesiap dan segera melingkarkan lengannya di tubuh gadis itu.

Sosok jelita itu menariknya ke dalam ruangan dan mulai menggodanya seolah menginginkan permainan.

Sebagian diri Harry tidak dapat mentolerir situasi janggal yang sedang terjadi, namun ia tidak dapat menahan godaannya. Harry terbawa suasana dan mulai melakukan apa yang selama ini ingin ia lakukan.

Ia menindih gadis itu dan mulai bergerak seperti sudah sering melakukannya.

Pandangannya memudar, namun ia tidak peduli dengan hal itu.

Hingga kemudian kesadarannya sepenuhnya menghilang.

...

Harry terbangun dan merasakan tubuhnya berubah seringan kapas, ia ingat betul dengan apa yang terjadi kemarin malam.

Ia mabuk.

Kepalanya mendongak cepat hendak meminta maaf, namun keningnya berkerut tajam usai melihat bukan Amicia yang ada di bawahnya.

"Selamat pagi, Harry..."

"FUCK!" Pria itu menggeram kuat membuat Alyona segera mundur dari tempatnya.

Gadis itu memaksakan tawa remeh meski jelas-jelas ia sempat ketakutan. "Kau tergila-gila pada gadis itu Harry, aku tahu sekarang..."

"Tutup mulutmu, atau aku akan mengusirmu."

"Itu tidak akan terjadi, kau membutuhkanku. Mungkin kau belum menyadarinya, namun aku yakin kau memiliki sebuah alasan khusus untuk bernafas selagi tangan-tanganmu mengambil peralatan tulis dan membalas suratku." Alyona masih duduk di bawah karpet merahnya tanpa sehelai benang.

Pria itu buru-buru memakai kemejanya yang kotor. "Pakai bajumu." Titah Harry seolah tidak mendengar perkataannya.

"Pakaikan untukku." Alyona mencebikkan bibir seraya mengangkat bajunya, lagi-lagi ia melihat pria itu menoleh ke arah pintu. Alyona tergelak kecil. "Kau sangat ketakutan, Harry."

Pria itu mengabaikannya dan pergi dengan membanting pintu.

Langkah kaki Harry terhenti ketika melihat Amicia yang asli sudah tiba di bawah dengan membawa koper.

Rasanya seperti terombang-ambing, Harry segera menghampiri gadis itu cepat dengan nafas memburu. "Apa yang kau lakukan?" Tatapannya seolah tidak mengijinkan meski gadis itu belum mengeluarkan sepatah kata.

Once Upon A Time In Eroda [H.S.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang